Mohon tunggu...
Efan Setiadi
Efan Setiadi Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati Hukum dan Sosial

Mengajar di perguruan tinggi swasta di Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Diary

Enam Jam Antara Corona, Pikiran dan Keyakinan

9 Agustus 2021   12:00 Diperbarui: 9 Agustus 2021   12:02 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Enam Jam antara Corona, Pikiran dan Keyakinan

Sahabat-sahabat dan saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air

Sudah kurang lebih dua tahun corona/covid-19 menjadi perbincangan dunia termasuk di Indonesia. Saya menulis ini, sebelumnya mengajak kita semua untuk tidak mencari benar atau salah, tetapi lebih mengajak bagaimana kita menyikapi semuanya dengan pikiran dan keyaklnan kita kepada Allah. Selain itu apa yang saya tulis disini, berdasarkan beberapa pengamatan dan pengalaman pribadi.

Apakah corona/covid-19 itu ada? Ada 3 pilihan yang akan dijawab orang yaitu ada, tidak ada atau tidak tau (masa bodoh), tetapi dari 3 jawaban tersebut akan memunculkan alasan yang berbeda-beda, bisa jadi ada ratusan bahkan ada ribuan alasan.

Sahabat dan saudaraku...

Saya pribadi berpendapat virus itu selalu ada, apapun itu termasuk corona atau covid-19, tetapi tidak membahayakan terutama yang tidak memiliki penyakit bawaan. Pada tanggal 29 Juni 2021, sekitar jam 11.00 WIB, saya tes antigen di kantor dan dinyatakan positif. 

Tetapi saya bersyukur pada saat itu saya sama sekali tidak merasakan perasaan takut yang berlebihan, saya tidak mau menyalahkan siapa-siapa. Yang ada dalam pikiran saya adalah, "mungkin Tuhan YME menyuruh saya untuk introspeksi diri dan akan memberikan ilmu yang dapat saya bagikan untuk orang lain".

Setelah dari kantor, saya tidak langsung pulang ke rumah, tetapi saya mampir dulu ke sebuah mesjid di daerah Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Apa yang saya lakukan, mengalir seperti itu saja dan saya serahkan sepenuhnya kepada Allah. Beberapa saat sebelum zuhur, saya makan soto ayam panas dan agak pedas yang ada di area mesjid tersebut juga. 

Tidak lama kemudian azan zuhur dan saya ikut sholat berjamaah setelah itu berdoa meminta kemudahan dan pertolongan pada Allah. Keluar mesjid, saya membeli 1 botol minuman vitamin C dan saya minum sampai habis. Setelah itu saya meneruskan pekerjaan saya di salah satu rental internet yang tidak jauh dari mesjid ini juga.

Singkat cerita sampai waktu asar, saya selesai bekerja di rental internet, saya sholat asar dulu. Setelah itu beberapa saat kemudian, saya membeli salah satu obat batuk yang banyak dijual diwarung, saya meminumnya satu sendok teh, tidak lama kemudian saya membeli minyak kayu puith dan saya gunakan secukupnya. 

Kira-kira jam 17.00 saya ke sebuah Lab di sekitar tanah kusir Jakarta Selatan untuk tes antigen kembali, saya mengucap alhamdulillah karena 30 menit kemudian hasilnya negatif. Hanya 6 jam saya dititipkan positif covid, terima kasih ya Allah, semoga ini menjadi petunjuk dariMu agar hamba dapat menyampaikan "ilmu" yang Kau berikan kepada banyak orang.

Sahabat dan saudaraku...

Saya mau menyampaikan sebuah kesimpulan dari cerita dan pengalaman diatas dan bukan untuk mengajak atau mempengaruhi pikiran anda, bisa jadi saat itu sugesti saya atau apalah namanya.

Kesimpulannya adalah :

1. Jangan pernah takut yang berlebihan pada saat menghadapi sesuatu termasuk corona (takut itu boleh dan manusiawi, tetapi ingat tidak boleh berlebihan).

2. Pikiran harus selalu tenang, harus selalu berserah diri pada Allah, karena keterbatasan dan kemampuan yang kita miliki Allah sudah Maha Tau dan Allah juga yang akan menyembuhkan kita dengan keterbatsan dan kemampuan yang kita miliki tersebut dengan keyakinan kita pada Allah

3. Jangan arogan, ikuti aturan yang ada seperti protokol kesehatan dan lain sebagainya.

Salam sehat dan bahagia selalu untuk kita semua. Segala perbedaan yang ada ditengah kita, apapun itu, baik pendapat, status sosial dan lain sebagainya harus kita junjung tinggi selagi bisa saling melengkapi dan bisa saling toleransi.

Salam NKRI

Efan Setiadi

Dosen Tetap USNI Jakarta

Pemerhati Hukum dan Sosial 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun