Jika bisa menerka-nerka, maka kemungkinan besar adalah kurangnya edukasi terhadap para terapis sebelum campaign berjalan.
Kehadiran KOL tidak bisa dibilang "cuma" atau "hanya". Perlu kolaborasi antara pemilik dan pekerja, perlu edukasi pula terlepas dari apapun itu usia pekerja agar tetap memberikan pelayanan yang terbaik kepada setiap pelanggan - KOL, maupun pelanggan berbayar - sebagaimana mestinya.
Treatment sebagai produk yang diterima adalah bahan utama yang akan digodok menjadi konten, dan konten yang baik untuk branding perusahaan adalah konten yang didapat dari pengalaman yang baik pula.
Tidak perlu perlakuan khusus yang lebih mewah atau spesial dibanding pelanggan berbayar lainnya. Cukup bekerja dengan memberikan yang terbaik seperti biasa sebenarnya sudah membantu KOL untuk mendapatkan bahan cerita.
Perlakuan yang kurang seperti yang kualami akan membuat KOL kesulitan menyampaikan value dari perusahaan itu sendiri, sedangkan perlakuan yang terlalu berlebihan akan membuat pelanggan yang tertarik datang karena melihat konten yang dihasilkan KOL kebingungan jika sampai treatment yang sama tidak diperolehnya.Â
Kehadiran KOL dalam sebuah brand, tidak bisa dianggap remeh dan dibingkai sebagai layanan gratis yang tidak perlu maksimal. Tidak perlu juga dilayani berlebihan.
Sebaliknya, mari bekerjasama untuk mengemas brand dalam sebuah cerita menarik yang membuat orang lain tertarik untuk mengenal, atau mungkin datang bahkan mencobanya setelah konten KOL ditayangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H