Jika dulu setiap pulang kampung dompetku setebal bonggol bambu sebab ada berpuluh puluh lembar uang kertas yang tersimpan di sana sebagai persiapan transaksi, kini pulang kampung tanpa uang tunai ngga akan takut apalagi ragu karena tau, ada yang siap membantu.
Bedanya transaksi serta tarik tunai di kota dan kampung
Bank yang mudah kita temukan, ATM yang tersebar di pinggir jalan bahkan di berbagai bangunan, minimarketpun bisa dijadikan opsi kalau-kalau butuh uang tunai dan ATM terdekat lagi bermasalah. Yang paling mudah sih, bebas transaksi di berbagai situasi selama sinyal dan jaringan internet ngga lelet. Pokoknya gampang.
Ya, mungkin kemudahan bertransaksi dan tarik tunai ini adalah salah satu dari sederet keuntungan tinggal di kota. Beda cerita kalau di kampung. Coba kita list sama-sama, biar tau bedanya dimana.
- Jaringan internet yang suka tiba-tiba hilang bikin transaksi jadi berantakan,
- Lokasi bank dan ATM yang terbilang jauh dan terbatas. Jarak yang jauh ini membuat transaksi daring lebih sulit dan menyebalkan karena adanya estimasi waktu bayar untuk opsi pembayaran dengan virtual account. Mau ngga mau, daripada kesal sendiri, transaksi biasanya dilakukan saat jaringan internet sedang baik-baiknya atau sedang berada di kota saat sedang berdekatan dengan ATM.
- Sebisa mungkin, harus pegang uang tunai dalam jumlah besar mengingat transaksi yang berlangsung di kampung didominasi dengan pembayaran tunai.
Semoga ngga heran kenapa dompet orang-orang yang pulang kampung tebalnya ngalah-ngalahin bonggol bambu. Sungguh, ini bukan ajang pamer, tapi bagian dari mempersiapkan diri untuk segala kemungkinan transaksi.
Padahal, sudah jadi rahasia umum, membawa uang tunai dalam jumlah yang besar oleh mereka yang dalam perjalanan jauh beresiko membahayakan diri sendiri.
Masalahnya bila uang tunai tersebut tidak disiapkan, sama saja seperti mempersulit diri urusan bertransaksi.
Ngambil uang semudah jalan ke warung
Begini, di satu hari di bulan Februari tahun lalu, sejalan dengan acara pemakaman kakek, kami membutuhkan uang tunai Rp 3jt yang harus ada dan tersedia saat itu juga. Sementara, uang tunai di dompet tak mencukupi untuk itu. Bila harus ke kota, walah, butuh waktu sekitar 2 sampai 3 jam pulang pergi. Padahal, kebutuhan sangat mendesak.
Aku yang baru tiba dan belum tahu perkembangan apapun yang terjadi di kampung, bersiap mengeluarkan motor, berencana tancap gas ke kota untuk mencukupi kebutuhan tunai tersebut.
Belum saja mesin kunyalakan, mama hanya datang dan bilang dengan tenang "ambil di warung aja, ada BRILink" lalu melengos ke arah dapur.
Betul saja, warung bang Purba yang hanya beberapa langkah dari rumah itu rupanya sudah terdaftar jadi agen BRILink. Yang lebih menyenangkan lagi, limit tarik tunai di warung agen ini terbilang cukup besar, Rp 10jt untuk di kampung itu sudah luar biasa. Lebih dari cukup.