Sama halnya dengan film KKN Di Desa Penari. Satu-satunya latar tempat yang bisa kita bahas hanya sebuah desa yang masih sangat asri, jauh dari modernisasi bahkan listrik tak bisa didapat di desa ini.
Sejumlah lokasi terlihat cukup sempurna untuk dikunjungi seperti desa itu sendiri, gunung yang mungkin jadi target lain dari para pendaki, hingga sungai bebatuan lepas tapak tilas yang konon jadi perbatasan dunia desa dan mereka yang tak kasat mata.
Pun, bila tempat tersebut sejatinya memang sehoror yang diceritakan, ohh sejak tahun lalu, Menparekraf sudah bidik potensi wisata mistis yang dinilai bisa jadi daya tarik pariwisata di Indonesia.
Pengenalan tarian
Lukis Badarawuhi (Penari) yang diperankan Aulia Sarah masih terus terbayang-bayang bahkan hingga sekarang. Pesonanya dalam balut kain Jawa terkait berwarna hijau berhasil mengangkat sosok Dawuh yang anggun, cantik, mempesona sekaligus misterius lewat tatapan dan tariannya yang tiada henti.
Sebetulnya tokoh tersebut dideskripsikan dalam rupa cantik, entah kenapa saat menatap dalam-dalam rasanya kok yo beliau ini makin lama makin menakutkan. Menurutku, sosok Dawuh berperan penting menghadirkan unsur seram dalam film ini hanya lewat tatapannya dan senyumannya.
Dilanjut pula Ayu yang diperankan oleh Aghniny Haque, sang mahasiswi nakal saat pelaksanaan KKN tersebut. Tariannya saat menjadi Dawuh tak kalah bagus dari Badarawuhi.
Tarian ini, bila wisatawan dengan bantuan, panduan dan pantauan petugas setempat diperkenankan mencoba sendiri, mungkin sensasinya akan jauh lebih seru. Promosinyapun bisa lebih jauh. Ya asal jangan jadi Dawuh yang ngiterin seisi hutan aja, repot juga.
Pembangunan daerah yang lebih baik
Seandainya - lagi - wisatawan diizinkan datang ke desa ini, meski sekedar mencoba tariannya yang menawan, atau sekedar main ke sungai berbatu lepas Tapak Tilas, mungkin akan lebih banyak warga yang merasakan pertumbuhan ekonomi baik untuk diri sendiri, keluarga hingga seluruh desa.
Namun, kembali lagi. Kita hanya berandai-andai, karena sejak kehadiran cerita inipun, latar tempat ditutup rapat-rapat. Yang lain, biar hanya menebak-nebak.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H