Tren kuis hari bumi
Jika mengikuti tren di sosial media, sejak kemarin hingga hari ini Kompasianer sekalian akan mendapati banyak postingan seputar kuis hari bumi.Â
Aku sendiri sudah mencobanya dan diserupakan dengan udang setandu, ada yang diibaratkan dengan cumi-cumi raksasa, ada trenggiling, komodo, sotong, bahkan ada mamot. Macam-macam.
Semuanya mengarah pada hewan yang disesuaikan dengan kepribadian individu yang memainkan kuis.
Sebetulnya, hari bumi atau earth day diperingati tiap tanggal 22 April, tujuannya untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap bumi sebagai tempat tinggal manusia. Kita.
Banyak kegiatan yang dikampanyekan di tanggal ini, salah satunya adalah menanam pohon dan hemat listrik.
Sebulan sebelum perjalanan menuju earth day, netizen sudah ramai-ramai ikutan kuis hari bumi. Keren sekali! Semoga pas hari H nanti, ngga tiba-tiba lupa ya, wahai kaum Udang Setanduk, Mamot, Trenggiling, dan yang lainnya.Â
Kalau dari segi penjelasannya sih, makna tiap hewan itu berbeda tapi keren semua.
Bicara tentang earth day dan kuis hari bumi yang (mungkin) sudah teman-teman coba, aku jadi teringat dengan cara peduli lingkungan lebih seru yang disajikan di Kampung Blekok, Situbondo.
Ekowisata di Kampung Blekok, cara peduli lingkungan yang lebih seruÂ
Sedikit bergeser ke arah Barat Daya dari Taman Nasional Baluran, sekitar 1,5 - 2 jam jarak tempuh dengan kendaraan roda empat, lewat Jl. Raya Pantura, kamu akan bertemu sebuah desa wisata yang bernama Kampung Blekok.
Kampung Blekok merupakan sebutan bagi Ekowisata Mangrove dan Burung Air yang terletak di desa Klatakan, Kabupaten Situbondo. Ekowisata Kampung Blekok juga merupakan habitat dari ribuan burung air terutama dari jenis Ardidae.
Bila ingin berkunjung, direkomendasikan pukul 16.00 WIB - 17.00 WIB karena di jam-jam inilah ribuan burung air kembali ke habitatnya. Warga setempatnya menyebutnya "Selangit dengan ribuan burung". Menarik, ya?!
Singkirkan sejenak tentang selangit dengan ribuan burung yang kalau dibayangin serunya minta ampun. Mari kita mulai cerita dari pintu gerbang desa wisata yang berhasil mendapatkan juara 1 Desa Wisata Rintisan Anugerah Desa Wisata Indonesia tahun 2021 ini.
Tempatnya pengrajin souvenir se-Indonesia
Menurut Mba Seta, pengelola Kampung Blekok sekaligus sebagai Wakil ketua pokdarwis (kelompok sadar wisata) di sana, hampir 80% warga Kampung Blekok merupakan pengrajin.
Yang diolah pun bermacam-macam. Ada dream catcher. Benda ini direbut Kim Tan dari Cha Eun Sang di pertemuan pertama mereka di Amerika Serikat dalam Korean drama "The Heirs". Konon, benda ini dapat menyaring mimpi buruk bila digantungkan berdekatan dengan tempat tidur sehingga pemiliknya hanya memimpikan hal-hal indah saja.
Beralih lagi, ada asbak dari tempurung kelapa, gorden yang terbuat dari cangkang kerang, hiasan sendok berbahan kayu, aksesoris, tanaman hingga gantungan kunci dengan beragam bentuk.
Uniknya nihh, souvenir-souvenir yang dihasilkan oleh warga dikirimkan ke berbagai daerah di Indonesia untuk dijadikan souvenir destinasi wisata di sana. Dengan kata lain, yang kamu beli di Bali bisa jadi diproduksi langsung di Kampung ini.
Dan, souvenir itu tidak bisa diperjualbelikan di Situbondo. Jadi memang konsepnya, pesan di Kampung Blekok, tapi belinya ya harus di destinasi tujuan agar tak mematikan rezeki kawan.
Satu lagi, sebagai pemasok souvenir terbesar, ya tentu, di tempat ini kamu bisa mendapatkan buah tangan dengan harga yang lebih terjangkau.
Oh iya, selain dikirimkan ke berbagai daerah di Indonesia, Kampung Blekok juga sudah menerima pesanan dari negara-negara tetangga, lho. Ada Malaysia, Cina bahkan hingga Eropa.
Souvenir berkonsep zero waste
Tim JALIN Komunitas sempat menyambangi rumah salah satu pengrajin yang sedang membentuk kepingan-kepingan dari cangkang kerang jenis Simping Kapis yang akan dibentuk menjadi gorden. Produk ini nantinya dikirim ke Bali dan Tiongkok.
Pak Abu Hasan namanya. Dalam satu hari, beliau bisa menghasilkan ribuan kepingan dari kerang yang telah dibersihkan sebelumnya.
Setelah menyelesaikan pekerjaannya membentuk kepingan, serbuknya akan dikumpulkan, kemudian digunakan menjadi pupuk tanaman.
Menurut beberapa literatur, cangkang kerang memang mengandung Kalsium (Ca) dan Posfor (P) yang baik untuk pertumbuhan tanaman.
Ini juga menunjukkan bagaimana warga memaksimalkan setiap bahan souvenir agar tetap dapat dimanfaatkan hingga ke bagian sisa. Istilah ini dikenal juga dengan zero waste. Hal yang sama berlaku pula dengan bahan baku souvenir yang berasal dari kayu.
Coffee shop dengan sedotan aluminium
Kampung Blekok juga menjadi tempat konservasi hutan mangrove. Bila kamu berkunjung ke sini, kamu bisa telusuri sepanjang jembatan mangrove. Di ujung jembatan nantinya, kamu akan bertemu dengan sebuah coffee shop sederhana.
Menunya cukup beragam. Dari rujak, cemilan jihu (kanji dan tahu) hingga minuman dingin yang melegakan.
Bukan asal coffee shop. Tempat ini menjual view gunung putri tidur serta hamparan laut di depannya.
Makan cemilan sambil santai liat pemandangan di tempat sehening Mangrove? Menurutku, tempat ini bisa jadi salah satu rekomendasi lokasi healing terbaik untuk kamu yang sedang dilanda gundah gulana.
Lagi, setiap minuman yang kamu pesan akan disajikan berikut dengan sedotan aluminium. Sedotannya bisa kamu bawa pulang, untuk digunakan di lain kesempatan.
Ada pesan kecil dari Kampung Blekok untukmu di meja saji "Plastik hanya akan punah setelah 450 tahun lamanya, sedangkan kita memakainya beberapa menit saja". Ini pulalah yang menjadi alasan di balik hadirnya si sedotan aluminium itu. Artinya, setiap pengunjung telah diajak berkontribusi menjaga lingkungan di sini.Â
Jadi memang peduli lingkungan itu mudah kok, dimulai dari hal yang paling kecil dan dari diri sendiri. Salah satunya, dengan stop penggunaan sedotan plastik sekali pakai.
Tanam satu pohon satu orang
Sebagai satu destinasi wisata yang menyajikan wisata mangrove di dalamnya, kamu juga berkesempatan mendapatkan experience serunya menanam pohon di hutan mangrove. Sebenarnya ini optional. Kalau mau main di seputar hutan mangrove dan singgah ke Coffee shop serta mampir untuk belanja buah tangan saja, ya bisa.
Tapi kalau dari Kampung Blekok ngga ngerasain pengalaman tanam pohon di hutan mangrovenya tadiiii, rasanya sayang sekali yaa.
Menuju ke lokasi penanaman, kamu akan menyeberangi sungai terlebih dahulu dengan menggunakan getek atau perahu yang dirakit dari bambu. Seru banget! Getek ini hanya akan mengarungi sungai dengan alur yang tepat bila satu atau dua penumpang berpegangan pada tali yang telah dikaitkan. Terlihat mudah, tapi kalau dicoba sendiri, hmmm, deg deg ser juga!
Menurutku aktivitas ini cukup seru. Bermodal pohon Rhizopora mucronata, setiap pengunjung saat itu, termasuk aku, mencari posisi yang telah diberi tanda sebelumnya untuk menanam pohon.
Pohon yang sudah ditanam kemudian nantinya akan diberi sign sesuai nama si penanam. Kelak kamu kembali, kamu tahu pohonmu yang mana.
Tapiiii, kalau mau merasakan pengalaman ini, pastikan kamu telah melakukan reservasi terlebih dahulu, ya. Minimal H-1 lahh, agar tim di Kampung Blekok bisa menyiapkan guide untuk handle kegiatan.
Bisa bawa anak juga. Malah lebih bagus melibatkan anak dalam aktivitas seperti ini sejak dini agar mereka lebih akrab dengan alam dan terbiasa memberi perhatian terhadap lingkungan dari hal-hal terkecil di sekelilingnya.
Tiketnya sangat terjangkau, hanya Rp 5.000 untuk dewasa dan Rp 3.500 untuk anak-anak. Harga ini juga sudah termasuk asuransi. Kalau ajak beberapa anak, bisa sekalian pesan paket edukasi yang meliputi:
- Edukasi seputar ekosistem mangrove dan burung air di Kampung Blekok
- Pemutaran video animasi
- Games mangrove
- Pengamatan burung air, dan
- Penanaman mangrove
Usai seseruan nanam pohon di mangrove, berdoa aja semoga kamu bisa mendapatkan moment "selangit dengan ribuan burung" yang sudah aku ceritakan di awal.
Memang, untuk mendapatkan moment ini, ya untung-untungan juga. Ada kalanya ribuan ekor terbang berarak, ada kalanya hanya beberapa ekor saja yang tampak.
Jangan khawatir kemaleman di sini. Memang seseruan di Kampung Blekok suka bikin lupa waktu. Tapi tenang! Tempat ini juga menawarkan home stay nyaman, aman, bersih dengan harga yang sangat terjangkau. Hanya berkisar Rp 75.000 -- 100.000 per orang. Per orang ya, hitungnya. Bukan per kamar.
Ada masjid juga untuk kamu singgah beribadah, hingga makanan berat yang dijajakan warga.
Taman di tengah desa
Agar lebih segar, kamu bisa bersih-bersih di toilet umum yang disediakan warga setempat. Toiletnya bersih sekali! Bergaya ala kamar mandi rumahan yang bikin betah berlama-lama.
Kamu juga bisa sekedar mengistirahatkan badan di saung atau duduk-duduk di taman di tengah desa.
Kampung yang dihuni campuran suku Jawa dan Madura ini juga sangat bersih. Menurut informasi, setiap bulan, di waktu-waktu yang telah ditentukan, memang warga akan bergotong royong membersihkan desa. Pastikan kamu ngga buang sampah sembarangan, ya. Malu sama warga.
Kembali tentang hari bumi dan kuis yang (mungkin) telah kamu ikuti, kalau masih bingung gimana caranya berkontribusi pada lingkungan tanggal 22 April mendatang, kamu bisa mendapatkan pengalaman seru menjaga lingkungan di kampung Blekok ini sambil liburan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H