Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Mau Jadi Atlet, Yakin?

4 Agustus 2021   02:04 Diperbarui: 5 Agustus 2021   07:15 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mempersiapkan diri untuk menjadi atlet profesional. (sumber: Thinkstockphotos via kompas.com)

Masih dalam perayaan Olimpiade 2020 yang diselenggarakan di Tokyo nih, berhubungan dengan kemenangan Greysia Polii dan Apriyani Rahayu yang berhasil menggondol emas dari cabang ganda putri badminton untuk Indonesia. 

Bagi kamu pengguna Tiktok, kamu akan lihat betaaapa ramainya video yang fyp dengan keinginan mereka yang mendadak ingin jadi atlet. 

Wajar sih. Jadi idola se-Indonesia, lho. Hehe. Belum lagi hadiah yang berdatangan dari sana sini. Presiden RI aja nyempetin diri buat hubungi dan ngobrol langsung dengan GreyAp buat ngucapin selamat. 

Belum lagi berangkatnya dianterin dengan baik, pulangnya disambut.  Wahhh, pokoknya tampak hidup serba mudah deh. 

Tapi, bener ya seenak itu?

Ya bener lah. Masa engga?!

Catatan ini aku persembahkan buat kamu yang tiba-tiba punya keinginan untuk menjadi atlet setelah melihat kemenangan atlet Indonesia di Olimpiade 2020. 

Bener, atlet yang berhasil dapet medali emas sekelas Olimpiade akan semenyenangkan itu. Tapi, yang perlu digarisbawahi adalah, perjalanan menuju ke sana. Ke medali emas itu. 

Biar adil, mari kita lihat dari dua sisi. 

Serunya menjadi atlet berprestasi

Ilustrasi atlet sedang latihan | Foto: ANTARA
Ilustrasi atlet sedang latihan | Foto: ANTARA

Dulu, waktu masih SMA, aku sempat tergabung dalam salah satu klub olahraga, khususnya bela diri. 

Seru banget, pengalaman baru juga tentunya buat aku. Banyak temen baru dan komunitas yang positif. 

Karena ini ceritanya jaman SMA, jadi keseruan yang aku bagikan juga ya level SMA, ngga bisa disamain dengan prestasi di atasnya. Hahaha. 

Ketika mengikuti kejuaraan dan menang lalu diumumin di sekolah setelah upacara selesai, buhh, jalan ke depan itu leher tegak banget euy. Hahaha. Ya setidaknya kita dinotice ada di sekolah itu meskipun di kelas ngga bisa-bisa amat diandelin

Guru Matematikaku bahkan pernah menahan diri untuk tidak memukulku yang saat itu ngga bisa beresin tugas Matematika hanya karena aku gabung di club olahraga itu. 

Senior-senior di club olahraga yang sudah mengikuti berbagai turnamen bahkan acap kali dapat undangan dari walikota setelah pulang berlomba dan tentu saja membawa piala. 

Dapet undangan dari Walikota aja udah satu kehormatan, apalagi ditambah hadiah. Apa ngga makin bangga?

Yap, rasa bangga pada atlet berprestasi itu memang tidak bisa dilepas. 

Oh ya, bonus yang akan terus terasa dari menjadi atlet adalah bentuk tubuh yang terus terjaga. Tapi ngga selamanya, kalau ngga dirawat dan ngga olahraga lagi, ya beda cerita. Hehe. 

Itu hanya sedikit keseruan dari menjadi atlet berprestasi ala anak SMA. Tau kan kalau bahasannya atlet dunia? Ya kita udah lihatlah sama-sama hadiah apa saja yang mereka terima. 

Perjalanan menuju sebuah kehormatan

Perjalanan ini sering disebut pula sebagai tantangan. Orang yang mencintai olahraga akan menyebutnya proses. 

Pecinta bulu tangkis Indonesia tentu sudah tau bagaimana perjalanan Greysia Polii sebelum berhasil mendapatkan medali emas. 

Greys meniti perjalanan karirnya di dunia bulutangkis sejak umur 14 tahun. 

Kevin Sanjaya lebih manteb lagi, ayahanda menyebut bahwa bakat Kevin sudah terlihat sejak umur 2,5 tahun. Beda lagi Apriyani Rahayu yang sudah mengenal bulutangkis sejak umur 3 tahun dan mulai mengikuti kejuaraan di umur 7 tahun. 

Panjang, Guysss! Dari piyik-piyik udah berjuang. Cobaa tanya diri sendiri, di umur segitu kamu ngapain aja? Cobaaa. 

Maksud aku adalah, untuk mendapatkan kehormatan itu, banyak yang harus dikorbankan. 

Waktu

Kamu akan kehilangan waktu. Kehilangan kesempatan untuk mengenal lebih dekat orang-orang terdekatmu karena harus menghabiskan waktu di tempat latihan. 

Siap-siap dijulidin

Karena waktumu yang habis tersita di ruang latihan, kamu akan banyak menerima cemooh dari orang-orang sekitar kamu. Tantangan ini akan makin tinggi lagi ketika kamu belum menunjukkan prestasi apa-apa. 

Mulai dari diomongin di belakang, sampai dicap jadi orang sombong. 

Siapkan mental anda!

Air mata

Olahraga itu ngga cuma bikin kamu kuat dalam satu cabang olahraga. 

Olahraga juga ngajarin gimana kamu menerima kemenangan dan kekalahan. Gimana kamu mau bersabar dalam proses demi bisa mengantongi sebuah medali. Dan semua itu, dibayar dengan air mata. 

Latihannya tentu berat.
Pertama kali aku ikut kejuaraan, latihannya tiap hari. Pagi, siang, malam di jam-jam tertentu. Belum lagi harus repotin temen karena jarak rumah dengan lokasi latihan yang cukup jauh. Males kalau harus pulang. Hehe. Untung temennya pada baik. 

Kaget sih, kok gini banget latihannya? Ngga bisa diundur jamnya? Ngga bisa dilonggarin sedikit waktunya? 

Ya ngga bisa. Kalau mau ikut turnamen, latihannya lebih gila. Lari puluhan keliling, main skipping di tempat, sparing sama partner. Macem-macem. 

Sakit? Ya tentu. Badan remuk? Ya tahan. Balik lagi, katanya mau ikut turnamen???

Legowo

Meski sudah lelah latihan, belum jaminan kamu terpilih masuk turnamen. Jadi ya terima aja diterima atau ditolaknya. 

Buat yang bilang tiba-tiba mau jadi atlet nih. Bisa memukul shuttlecock bukan berarti bisa langsung berangkat Olimpiade

Namanya juga perwakilan negara, yang diberangkatkan tentu bukan atlet abal-abal. Sekelas pertandingan antar daerah aja milih-milih siapa yang mau diberangkatin, apalagi sekelas negara?

Harus lewatin seleksi yang super ketat dulu. Makanya banyak atletkan yang bilang "Bisa berada di Olimpiade ini aja udah mimpi yang jadi nyata" karena memang prosesnya yang ngga mudah. 

Konsistensi

Mencintai olahraga yang berniat untuk jadi atlet perwakilan sebuah negara, ngga bisa olahraga hanya satu dua kali lalu berhenti. Dibutuhkan konsistensi sampai kamu benar-benar layak untuk diandalkan. 

Hari ini mungkin menang, tekanan malah bertambah. Karena ketika kejuaraan berikutnya kalah, remuk rasanya. Siap-siap lagi dijulidin. Hehe

Target kamu untuk mendapatkan medali emas mungkin saja tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bagaimana kamu mampu mengatur emosi dan menjaga sabar serta konsistensimu untuk bisa tiba di titik mimpi - medali emas - bahkan ketika kamu merasa itu sulit untuk didapatkan. 

Menjadi pribadi yang down to earth

Kalah akan memberikan pengalaman agar seseorang belajar. Namun menang sering jadi boomerang ketika seseorang berhenti dan berpuas diri. 

Kamu akan dituntut menjadi pribadi yang tetap baik, ramah, tidak sombong, dan terus berlatih. 

Sudah dengarkan pesennya orang tua Greys, dan Ginting? Kurang lebih pesannya sama. Jangan sombong dan harus terus berjuang. 

Biaya

Apriyani menjadi salah satu atlet berprestasi sekaligus menginspirasi. Ceritanya yang hanya bermodal raket dan uang Rp 200.000 untuk menghadapi Pelatnas menjadi catatan juga bagi kamu yang ingin berproses menjadi atlet. 

Menjadi seorang atlet berprestasi memang butuh biaya, tapi lebih butuh lagi mental yang ngga gampang kalah. 

Dukungan orang tua

Karena pengorbanan panjang yang harus ditempuh, ngga jarang orang tua yang awalnya beri dukungan penuh, malah berbalik untuk memintamu berhenti. 

Mungkin karena ngga tega juga melihat anaknya latihan begitu capenya. 

Harus memilih antara prestasi di sekolah atau di olahraga

Pernah dengar ngga wawancara Kevin dan Marcus,  mereka memilih menjadi atlet karena males sekolah katanya. Hehe. 

Sebetulnya, jauh lebih keren kalau kehidupan sekolah dan olahraga berjalan aeimbang. Tapi ngga apa-apa juga kalau kamu memilih fokus satu diantaranya, tapi dengan catatan ya jangan setengah-setengah. Harus totalitas. 

Setidaknya bila prestasi di sekolah tidak bisa diandalkan, prestasi olahragamu harus bisa menyelamatkan nama baikmu.

Terakhir, meski proses untuk menjadi seorang atlet berprestasi rasanya berat, tapi hasilnya sangat lebih dari cukup. Kamu akan menjadi individu baru kecintaan dan kebanggaan masyarakat Indonesia tentu dengan hadiah-hadiah yang tak henti dari berbagai pihak. 

Setelah mengetahui proses untuk menjadi atlet berprestasi, gimanaaa, masih yakin mau jadi atlet? Hehe

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun