Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Kilas Balik Bertanam Pisang, Si Buah Sejuta Umat

18 Juli 2021   21:02 Diperbarui: 29 Juli 2021   23:53 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak Pemerintah mengumumkan adanya pasien positif Covid-19 di Indonesia pada Maret tahun lalu, bahan pangan, vitamin dan buah, kami prioritaskan selalu ada di rumah.

Dari sekian banyak jenis buah, pisang menjadi salah satu pilihan tepercaya yang tidak pernah absen di meja makan. Terutama pisang Cavendish. Setiap 100gr pisang Cavendish, mengandung 8,7mg vitamin C yang dapat memenuhi 15% dari kebutuhan harian tubuh terhadap vitamin C.

Sebetulnya, selain dari sisi kandungan gizinya, ada beberapa alasan lain yang membuat pisang ini selalu ada di meja makan kami:

  • Rasanya yang manis tanpa bikin eneg tentu menjadi daya tarik tersendiri akan buah ini
  • Harganya yang relatif terjangkau. Penawaran harga pisang di e-commerce cukup beragam. Dari rentang harga 19.000an hingga 35.000 per sisirnya. Resikonya adalah, adanya penambahan biaya kirim dan kemungkinan pisang berbenturan dengan produk lain sehingga terjadi kerusakan yang berimbas pada buah ketika kita terima. Itu sebabnya, meski beli buah dari e-commerce kedengarannya lebih "keren", kadang aku lebih memilih menunggu bapak penjual buah keliling yang suka lewat dari depan rumah. Yang ini, harganya jauh lebih terjangkau lagi. Cuma 10.000. Paling mahal ya 15.000 dan sudah bebas pilih sendiri.
  • Pisang merupakan buah yang cara konsumsinya saaaangat mudah dibandingkan buah lain yang harus terlebih dahulu dibersihkan, dikupas, dipotong-potong lalu bisa dikonsumsi dengan nyaman. Maksudku, pisang juga memang perlu dibersihkan dan dikupas, tapi ngupas pisang itu cukup dengan ujung jari tanpa perlu alat bantu pisau. Tak perlu pula dipotong-potong dengan pisau untuk kenyamanan saat makan, cukup potong pakai gigi karena teksturnya yang sangat lunak dalam kondisi matang sempurna
  • Pisang juga bisa dikreasikan menjadi bahan pangan yang ketika diolah bisa menghasilkan makanan lain yang tak kalah enak.
  • Tak perlu khawatir bila buah pisang yang dibeli masih berwarna kehijauan, karena pada pisang, masih akan terus terjadi proses pematangan lewat pelepasan gas etilen. Dengan begitu, beberapa hari kemudian, kita akan bisa mengonsumsi pisang yang sudah matang sempurna.
  • Buah sejuta umat ini juga mudah sekali ditemukan. Di pasar, di warung, di pinggir jalan, dijajakan bapak penjual buah keliling, di supermarket bahkan seperti tadi yang udah aku sampaikan pada poin sebelumnya, bisa juga kita dapatkan di e-commerce
  • Buah ini juga dikonsumsi oleh berbagai kalangan, jika dulu bumi masih baik-baik saja tanpa Covid-19 dan kita kedatangan tamu, buah pisang salah satu buah tangan dan buah yang bersahabat untuk dikonsumsi semua orang, dan
  • Tentu saja karena keamanan pangannya.

Untuk bisa mengonsumsi pisang dengan kualitas terbaik, sebaiknya pastikan Pisang yang dikonsumsi bebas dari bahan kimia berbahaya. 

Caranya adalah dengan memilih pisang yang telah memiliki sertifikat G.A.P (Good Agricultural Practices). 

Sertifikat G.A.P menjamin semua proses produksi yang ada sesuai standard agricultur dunia. 

Buah pisang dengan sertifikat G.A.P mempunyai standard checklist yang ketat berdasarkan praktik agriculture yang baik karena harus memenuhi 4 kriteria, yaitu:o

1. Food safety

2. Hygiene

3. Traceability (pelacakan), dan

4. Workers safety and welfarw

Kilas balik bertanam buah pisang 

Bicara tentang pisang nih, aku mau ajak kamu untuk sedikit kilas balik tentang cerita bertanam buah pisang ini.

Sebetulnya cerita masa kecil ini juga yang membuat aku tenang saat mengonsumsi buah pisang hingga sekarang.

Orang tuaku memang petani padi, namun di bagian kebun atau area yang kering, bapak sering nanem buah pisang di sana. Katanya sayang kalau dibiarkan kosong.

Meski jumlah pohonnya tidak begitu banyak, tanaman pisang itu tetap mendapatkan perlakuan yang sama seperti padi di sawah. Dirawat, dibersihkan dari ilalang di sekitar pohon pisang, diberi pupuk, dan terus diperhatikan kebutuhan-kebutuhan lainnya.

Oh iya, sering juga aku mendapati orang tua semacam berbisik di tengah-tengah sawah dan tanaman lainnya mengucapkan sai gabe ma naniula. Yang dalam bahasa Indonesia berarti semoga setiap hal yang dikerjakan berhasil.

Tanaman pisang itu akan terus diperhatikan dan dijaga sampai si pisang terlihat matang. Pernah beberapa kali aku mengatakan pada orang tuaku agar pisangnya diambil saja, karena menurut penglihatanku, mestinya sudah cukup untuk diambil. Eh, ternyata salah. Hahha

Orang tua ku bilang, belum waktunya, sabar. Sampai di masa yang dari sudut pandang mereka berdua, sudah layak untuk diambil dari pohonnya, maka pisang itupun dipetik.

Pernah juga aku kebingungan, seingatku dua pohon pisang itu ditanam bersamaan. Namun dipetik di waktu berbeda. Belakangan aku tahu, beda jenis pisangnya, beda pula masa tanam dan petiknya untuk mendapatkan cita rasa buah yang maksimal.

Bila ditanyakan secara ilmiah tentang prosedur tanam hingga umur petik buah pisang, orang tuaku mungkin akan kesulitan menjelaskan. Namun lewat pengalaman, mereka tahu persis bagaimana ciri-ciri pisang yang siap dipetik hanya dengan mata telanjang dan sedikit pengamatan.

Coba kita orang awam ini yang ditanya, mungkin kita akan gelagapan untuk menjawab karena warna petik buah pisang itu masih hijau, warna antara buah mentah sama matang siap petik itu sepertinya sama saja. Hahahha. Beda dengan buah lain yang bisa kita nilai karena perbedaan tekstur, aroma dan warna yang signifikan.

Demikian juga perlakuan pasca panennya. Pisang akan dipisah-pisah per sisir. Disusun rapi di dalam satu wadah lalu ditutup rapat agar buah bisa matang sempurna hingga beberapa hari ke depan.

Bila sudah betul-betul matang, orang tua akan menyajikannya di meja makan untuk dilahap oleh seluruh anggota keluarga.

Pernah melihat langsung dari tunas hingga disajikan di meja makan dengan cinta oleh orang tua, membuatku hingga kini percaya bahwa buah ini selalu disajikan dengan baik setelah melalui tahap-tahap yang ketat dan dijaga dengan penuh cinta sampai aku bisa menikmatinya setiap hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun