Kilas balik bertanam buah pisangÂ
Bicara tentang pisang nih, aku mau ajak kamu untuk sedikit kilas balik tentang cerita bertanam buah pisang ini.
Sebetulnya cerita masa kecil ini juga yang membuat aku tenang saat mengonsumsi buah pisang hingga sekarang.
Orang tuaku memang petani padi, namun di bagian kebun atau area yang kering, bapak sering nanem buah pisang di sana. Katanya sayang kalau dibiarkan kosong.
Meski jumlah pohonnya tidak begitu banyak, tanaman pisang itu tetap mendapatkan perlakuan yang sama seperti padi di sawah. Dirawat, dibersihkan dari ilalang di sekitar pohon pisang, diberi pupuk, dan terus diperhatikan kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Oh iya, sering juga aku mendapati orang tua semacam berbisik di tengah-tengah sawah dan tanaman lainnya mengucapkan sai gabe ma naniula. Yang dalam bahasa Indonesia berarti semoga setiap hal yang dikerjakan berhasil.
Tanaman pisang itu akan terus diperhatikan dan dijaga sampai si pisang terlihat matang. Pernah beberapa kali aku mengatakan pada orang tuaku agar pisangnya diambil saja, karena menurut penglihatanku, mestinya sudah cukup untuk diambil. Eh, ternyata salah. Hahha
Orang tua ku bilang, belum waktunya, sabar. Sampai di masa yang dari sudut pandang mereka berdua, sudah layak untuk diambil dari pohonnya, maka pisang itupun dipetik.
Pernah juga aku kebingungan, seingatku dua pohon pisang itu ditanam bersamaan. Namun dipetik di waktu berbeda. Belakangan aku tahu, beda jenis pisangnya, beda pula masa tanam dan petiknya untuk mendapatkan cita rasa buah yang maksimal.
Bila ditanyakan secara ilmiah tentang prosedur tanam hingga umur petik buah pisang, orang tuaku mungkin akan kesulitan menjelaskan. Namun lewat pengalaman, mereka tahu persis bagaimana ciri-ciri pisang yang siap dipetik hanya dengan mata telanjang dan sedikit pengamatan.
Coba kita orang awam ini yang ditanya, mungkin kita akan gelagapan untuk menjawab karena warna petik buah pisang itu masih hijau, warna antara buah mentah sama matang siap petik itu sepertinya sama saja. Hahahha. Beda dengan buah lain yang bisa kita nilai karena perbedaan tekstur, aroma dan warna yang signifikan.