Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tentang Kebaikan yang Tak Mudah Dilakukan Saat Tertekan

31 Desember 2020   20:37 Diperbarui: 31 Desember 2020   20:41 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi memberi. Sumber foto: Freepik

Menerima kebaikan dari mereka yang sedang tertekan

Petang itu, kendaraan roda empat yang kami tumpangi, tiba di salah satu hotel bintang lima di wilayah Nusa Dua, Bali. Selayaknya status bintang lima yang disandang, pelayanan primapun bisa langsung kami rasakan. 

Satu petugas membukakan pintu mobil, sedang satu lainnya menuju bagasi dan mengambil koper-koper kami. 

Usai check in, seorang Bell Boy siap membawakan koper-koper tersebut setelah sebelumnya menanyakan room mana yang akan ditempati. 

Beliau berada di depan sebagai penunjuk jalan sembari membawa beberapa koper tersebut menuju kamar. 

Setelah membukakan pintu, meletakkan koper di tempat yang dirasa nyaman dan tidak membahayakan, memberikan penjelasan sepintas tentang penggunaan kontrol AC, serta cara memanfaatkan mesin pembuat kopi, Beliau kembali memastikan apakah kami masih membutuhkan bantuannya atau tidak. 

Bermodal beberapa kali staycation, kami rasa bantuan, dan penjelasannya cukup. Sedikit berbagi, selembar 20ribuan kuselipkan ke dalam telapak tangannya sambil mengucapkan terima kasih. Ngga banyak, tapi kuharap bisa sedikit membantu. Lumayan kalau dikalikan dengan sepuluh tamu dalam sehari.

Dengan tangan kanan ditelungkupkan pada bahu kiri, Beliau sedikit menunduk, tersenyum, mundur ke arah pintu, lalu keluar. Sebelum itu, Beliau sudah lebih dahulu membalas terimakasih kami dengan ucapan "Dengan senang hati." Padahal, setiap orang yang melihatnya saat itu, bisa dengan mudah menebak bahwa Beliau tidak sedang senang hati.

Mata sembabnya sudah terlihat sejak dari lobby. Entah untuk alasan apa. Tapi untuk seorang laki-laki yang sampai meneteskan air mata, aku berasumsi bahwa ada sesuatu yang membuatnya sedang berduka. 

Bukan hal yang mudah memang untuk berbuat kebaikan dalam kondisi tertekan, tapi tanggungjawab membuatnya menjadi keharusan dan harus segera dilaksanakan, demi:

  • Profesionalime yang terjaga 

  • Harga diri dan nama baik tempatnya bekerja

  • Berbagi kebaikan untuk sesama

  • Menghadirkan rasa bahagia pada diri sendiri di tengah duka 

Pernah juga ada seorang petugas tol perempuan di China yang diam-diam menangis di dalam ruang kerjanya. Informasi yang beredar, petugas tersebut dimaki-maki oleh salah satu pelanggan. Namun, lagi-lagi tentang profesionalisme, setiap kali ada kendaraan yang mendekat, petugas tersebut buru-buru mengusap air matanya kemudian kembali menebar senyuman. Mungkin kamu juga sempat melihat video viral ini di lini masa media sosialmu. 

Seulas senyum, sederhana, tapi sangat bermakna

Tersenyum memang salah satu cara paling mudah untuk membuat seseorang bahagia, atau setidaknya, merasa tenang karena tau ada seseorang yang masih peduli dan bisa menyadarkan bahwa dunia baik-baik saja tak peduli seberapa berat masalah yang ada. 

Cukup tersenyum dan tenangkan diri. Kata Rancho dalam film 3 Idiots, all is well... all is well... all is well.

Memberi kebaikan dalam kondisi tertekan

Ya, aku sedang berbicara tentang dunia kerja yang melibatkan pelanggan di dalamnya. Apalagi kalau pekerjaan tersebut berurusan langsung dengan pelanggan.

Ingat tentang operator pengisi bensin yang ditampar pelanggan di wilayah Cipondoh 2018 silam? 

Akibat tamparan tersebut, sang operator harus berhenti bekerja selama 30 menit. Menangis. Lalu kembali bertugas. Masih banyak pelanggan lain yang harus dilayani dengan sebaik-baiknya. 

Beberapa tahun silam, aku dan timkupun pernah merasakan hal yang sama. Tapi lagi-lagi, Customer Service yang lebih dulu kena bulan-bulanan. 

Bekerja di perusahaan yang menyewakan travel wifi menjadi hal yang menyenangkan. Makin terasa lagi ketika masa-masa libur Idul Fitri, atau Natal dan tahun baru. "Menyenangkan" sekali. Kecuali tahun ini.

Pemesanan membludak, SDM terbatas karena sebagian sudah cuti. Mau ngga mau, kami harus bersama-sama menyelesaikan tugas tersebut meski di luar jobdesk kami.

Kami hanya 5 orang di sana. Satu orang handle pesanan pelanggan. Saat kosong, Customer Service tersebut beralih tugas mencetak alamat pengirim dan penerima barang.

Dua orang menyiapkan travel wifi untuk:

  • Memastikan produk berfungsi dengan baik,

  • Memastikan baterai produk tidak kurang satupun,

  • Memastikan kabel dan charger bisa mengisi dengan sempurna

Dan dua orang lainnya mengemas produk agar tiba di pelanggan tanpa kekurangan. Tak ketinggalan didouble packing dengan bubble wrap agar keamanan barang lebih terjamin. 

Ilustrasi produk. Sumber foto: Dokumen2 pribadi
Ilustrasi produk. Sumber foto: Dokumen2 pribadi
Memang, JNE yang kami percaya untuk mengirimkan pesanan-pesanan ini selalu menyantuni jika terjadi hal-hal yang tak diinginkan pada produk. Namun, demi kebaikan bersama, kami juga selalu memberi yang terbaik pada produk kami agar kemungkinan terjadinya hal-hal yang tak diinginkan bisa diminimalisir. 

Oh iya, untuk teman-teman pelaku bisnis yang mungkin saat ini juga disibukkan dengan pengiriman barang pesanan pelanggan, berikut adalah beberapa kebaikan yang kamu hadirkan saat double atau triple packing pada produk:

  • Meminimalisir kerusakan barang

  • Membantu kurir agar tak menjadi bulan-bulanan pelanggan jika kemasan rusak saat paket membludak

  • Menjaga nama baik ekspedisi yang sudah membantumu mendapatkan banyak sekali penghasilan 

  • Bisa menaikkan omset kamu juga lho. Jangan lupa tambahkan opsi kardus, atau bubble wrap pada toko online mu, ya

  • Menyenangkan hati pelanggan sehingga kemungkinan pelanggan memberi review bagus akan semakin lebih tinggi. 

Kendati demikian banyak kebaikan yang bisa diperoleh berbagai pihak jika barang dikemas dengan baik, pastikan kamu tidak merugi jika kemasan tambahan digratiskan.

Kembali tentang kami berlima. Sampai akhirnya, handphone Customer Service kembali berdering. 

Terbiasa menjawab dengan ramah, kali itu Customer Service kami menjawab terbata-bata. Sesekali hanya "Baik Bu", "Mohon maaf Bu" yang keluar dari mulutnya. Kami meliriknya sekilas.

Begitu sambungan telepon terputus, temanku duduk. Melirik ke arah kami, lalu perlahan mulai terisak. 

Seluruh kegiatan terhenti. Kami yang sedang kelelahan, kami yang sedang kejar-kejaran dengan waktu, kami yang sedang kebingungan takut tanggungjawab tak terlaksana dengan baik saling membisu. Menoleh bersamaan ke arahnya. 

"Katanya barang yang kita kirim ngga bisa aktif. Ibunya marah-marah. Aku dikatain bego, ngga teliti sebelum kirim, ngga bertanggungjawab, main kirim aja ngga pake cek dulu."

Dia terus saja menangis sambil mengeluarkan uneg-uneg. Sebetulnya, meski hanya didengar satu orang, amarah itu juga ditujukan pada kami semua. 

Kecewa tentu saja. Mengingat kami telah melakukan yang terbaik untuk tanggungjawab namun alih-alih menerima terimakasih, malah dimaki-maki.

Masalah lain muncul. Stock produk sudah benar-benar habis. Sembari memutar otak kami terus saja melanjutkan pekerjaan. Masih kepikiran, barang apa yang harus dikirimkan pada Ibu yang marah barusan untuk mengganti produknya. 

Sekitar 30 menit berlalu, lift berdenting. Padahal seharusnya tidak ada lagi orang yang datang karena hari itu tersisa satu hari sebelum perayaan hari Raya Idul Fitri. Dan produk yang sedang kami kemas tersebut, rencananya akan dikirimkan setelah ekspedisi buka kembali. 

"Gue nganter ini doang nih." Kurir JNE yang sudah sering keluar masuk kantor untuk mengantarkan barang pengembalian pelanggan nyengir. Nunjukkin paket yang sedang dibawanya. 

Mirip setetes air di tengah gurun pasir, kami langsung menghembuskan nafas super lega. Urusan kelar! 

Masnyaaaa, terima kasihhhh!!

Barang itu kami kirimkan kembali pada si Ibu yang marah-marah. Dan kamu tahu? Setelah produk yang disebut-sebut rusak itu kami terima, ternyata bisa menyala dan aktif secara normal. 

Usut punya usut, Beliau mengaktifkan produk dengan cara yang salah meski sebetulnya kami telah menyelipkan manual book di sana.

Tidak apa-apa, pada akhirnya, segala sesuatu yang berurusan dengan pelanggan akan dijadikan pembelajaran. Pembelajaran untuk kami, juga untuk pelanggan itu sendiri.

Berbagi kebaikan tak melulu tentang uang. Sesederhana Bell Boy yang menghantarkan barang bawaan kami dengan senyuman, sesederhana menanyakan baik-baik penyebab sesuatu sebelum kita benar-benar "meledak", sesederhana mengucap terima kasih ketika kita benar-benar terbantu melakukan sesuatu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun