Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Jangan Asal Kirim, Begini Etika Mengirim Pesan Pertama Kali pada Orang Lain

12 Desember 2020   20:43 Diperbarui: 13 Desember 2020   20:54 2089
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada ngga yang suka kesal saat pertama kali dapet pesan WhatsApp, atau pesan dari manapun itu, isinya cuma "P"? 

Padahal nomor tersebut tidak tersimpan di kontak kita. Mana ngga ada foto profil pula kan? Udah dah tuh, biasanya sih pesan itu aku abaikan. Hahahha.

Pagi tadi, aku iseng-iseng buka sosial media. Dan kebetulan terbukalah IGS salah satu Kompasianer juga, yang kurang lebih isinya curhat tentang persoalan yang sama.

Aku juga baru kepikiran, kalau ternyata pesan WhatsApp yang tidak ada kejelasan pengirim di awal berpotensi bikin penderita serangan panik bisa langsung kambuh dan memikirkan banyak kemungkinan yang akan terjadi. Duh, kasihan juga ya.

Bukan hanya Kompasianer tersebut, beberapa orang yang kukenal juga ternyata merasakan hal yang sama. Merasa kurang nyaman dengan pesan masuk pertama kali yang isinya hanya "P". Yang menyampaikan sesuatu tanpa mengenalkan diri terlebih dahulu padahal kita belum pernah komunikasi apa-apa sebelumnya. Ngga heran kalau pesan-pesan seperti ini malah berujung diabaikan.

Memang, ada beberapa orang yang tetap berkenan membalas isi pesan tersebut, menurutku sih, kamu beruntung. Orang yang kamu kirimin pesan cukup baik untuk memberikan waktunya meladenin kamu yang bahkan menyapa saja tidak, memperkenalkan diri saja tidak.

Sepele sih, tapi ternyata cukup berdampak. Salah satunya yang aku bilang di atas, penderita serangan panik bisa langsung gugup dan mikirin yang ngga-ngga. Kasihan tauuuu. 

Nah, daripada kamu dicuekin, padahal menurutmu pesan itu penting, berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan saat berkirim pesan untuk pertama kali pada orang lain:

1. Sapa dan kenalkan diri
Mengenalkan diri adalah hal yang lumrah terjadi di antara dua orang yang belum saling mengenal. Sama seperti kita bertemu di dunia nyata dan belum pernah berkomunikasi satu dengan yang lain.

Untuk sekadar diketahui, orang yang sudah saling kenal lama saja, jika ganti nomor dan mengirimkan pesan kepada si penerima, tetap akan mengenalkan diri agar penerima tidak kebingungan dan bisa menyimpan nomor baru tersebut. Masa kamu yang baru kenal doang main nyelonong aja?

Selain itu, mengenalkan diri di awal pembicaraan membuat si penerima jauh lebih aman dan nyaman untuk melanjutkan komunikasi. 

Chatting sama orang yang ngga kita kenal buat apa sih? Bisa jadi juga yang ngirim pesan itu penipu kan?

Kamu ngga mau dianggap orang iseng atau penipu kan sama si penerima? Nah, sebaiknya kenalkan diri dengan baik di awal pesan.

2. Ingatkan kembali dimana kamu dan si penerima bertemu hingga kamu berani mengiriminya pesan
Sebelum Covid-19, kita banyak melakukan aktivitas yang melibatkan kerumuman. Dalam satu hari mungkin bertemu satu dua orang baru. Kalau seminggu, lumayan juga, ada 14 orang.

Beberapa mungkin akan berkesan hingga mudah sekali menempel dalam ingatan, beberapa bisa jadi terlalu kalem hingga luput dari perhatian dan terlupakan.

Berhubung nama orang banyak yang serupa, pastikan kamu juga menyampaikan kepada si penerima pesan kapan dan dimana kalian bertemu. Hal ini untuk memudahkan si penerima mengingat kamu juga.

3. Hindari mengiriman pesan hanya berisi "P"
Zaman Blackberry Messenger dulu, ada PING!!! Yang tujuannya untuk memastikan apakah BBM si penerima aktif atau tidak. 

Jika beberapa saat muncul hurud "D", maka dapat dipastikan BBM orang tersebut aktif.

Sayangnya, kini BBM tak lagi digandrungi. Orang-orang beralih ke WhatsApp. Dan setelah beberapa tahun menggunakan aplikasi ini, setahuku sih ngga ada PING di WA. Hahahahha. 

Entah kenapa dan entah siapa yang memulai terlebih dahulu, mulai deh rame penggunaan "P", semacam kata sapaan saat pertama kali mengirim pesan.

Bahkan pernah beredar sebuah asumsi di Twitter, kalau "P" itu adalah singkatan dari Ping yang diwarisi dari era BBM. 

Katanya sih, umumnya dipakai untuk meminta perhatian dalam kondisi mendesak. Tapi ya, balik lagi, itu hanya asumsi.

Banyak netizen yang kontra dengan penggunaan "P" ini malah plesetin bahwa "P" itu mungkin maksudnya permisi, atau mungkin punten. Eh, ada lagi yang bilang perhatian. Hahah.

Aku salah satu orang yang kurang sepakat dengan penggunaan "P". Memang, ya kalau ke pacar, beberapa kali kugunakan juga huruf ini. Wkkwkwkwk. 

Namun, kalau ke orang lain, apalagi yang sama sekali belum pernah ketemu tapi ada satu hal yang memaksa untuk menghubungi orang tersebut untuk kukirimi pesan, seingatku sih tidak pernah.

Rasanya kurang sopan, alih-alih mengenalkan diri, malah P P P beruntun yang bikin penerima bukannya penasaran, malah kesal duluan. 

Bisa-bisa bukan hanya diabaikan sih kalau begini. Diblokir juga kali. Hahah. Tuh kan, jadi sayang. Padahal, bisa jadi sebetulnya pesan yang mau kamu sampaikan sangat penting. Tapi karena caranya salah, ya kamu diblokir dan pesannya ngga sampai. 

4. Sampaikan alasan mengirim pesan
Selain mengenalkan diri, mengingatkan di mana bertemu hingga berani mengirimi pesan, sampaikan juga alasanmu untuk mengirim pesan.

Kalau aku biasanya dibarengi juga dengan ucapan "mohon maaf mengganggu". Ngga harus sih, tapi kurasa lebih beretika aja.

Menyampaikan maksud mengirimi pesan juga akan memberi kemungkinan yang lebih besar agar pesanmu dibalas oleh si penerima.

5. Hindari langsung menelpon yang bersangkutan
Oh, iya. Mau ingetin nih. Kalau hp kamu bisa saja dipegang oleh pasangan, kamu juga harus memikirkan hal yang sama pada si penerima pesan. Mohon maaf, jomblo minggir dulu! Peace ^^

Agar tak menimbulkan kecurigaan pada pasangan si penerima yang mungkin lagi menggunakan HP tersebut, ada baiknya 4 tips di atas kamu terapkan. 

Satu lagi, kalau masih baru bertukar nomor, hindari langsung menelepon yang bersangkutan.

Kalau memang dirasa genting dan harus bicara langsung lewat telepon, upayakan untuk kirim pesan terlebih dahulu dengan 4 tips di atas, lalu ditutup dengan pertanyaan "Ada waktu ngga? Kalau bisa, gue mau bicara dong sebentar" jadi yang nerima telepon juga ngga was was nerima telepon kamu. Dan kalau kebetulan pasangannya yang pegang hp tersebut, dia bisa kasih dulu hp nya ke si pemilik hp.

Coba, kalau langsung main telepon aja, setaumu nomor tersebut dimiliki oleh seorang perempuan, eh yang angkat laki-laki, kamu bingung sendiri juga kan? Jadi mikirnya Gue salah nelpon ngga ya ini? 

Mengapa tips di atas penting dilakukan?

Terakhir kali pacarku mengangkat telepon dari nomor tak dikenal, gaji satu bulan raib kena tipu -- atau hipnotis? Entahlah apa sebutannya, yang jelas gaji sebulan ditransfer semua ke si penelpon tersebut, begitu pun adikku mengalami hal yang sama. 

Akhirnya sampai saat ini, tiap kali ada nomor baru, deg deg ser mau ngejewab. Kapok, takut, trauma, waspada tingkat tinggi, no bengong-bengong club. Ngga mau keulang lagi.

Beberapa kali tetap ku jawab sih, takut ada kurir yang anter paket ke rumah dan aku lagi di luar. Tapi kalau begitu diangkat jawabannya belibet dan muter-muter, ngga nunggu dua kali, aku blokir itu nomor. Apalagi kalau sampai melempar pertanyaan balik "Masa ngga kenal suara aku sih?" 

Sekali lagi, memang urusan pesan seperti ini doang rasanya sepele ya, tapi ternyata dampaknya cukup besar terhadap:

  1. Nama baik kamu sendiri, 
  2. Kenyamanan si penerima pesan, dan 
  3. Penentu berlanjutnya komunikasi. 

Itu dia beberapa hal yang perlu diperhatikan saat berkirim pesan pertama kali pada orang lain. Setelah baca ini, semoga semakin berkurang orang yang tiba-tiba nge-WA orang dengan "P" beruntun yaaa. Hehhe.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun