Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Tren "Sumpah, Ini Enak Banget!" dan Perlunya Influencer Review Produk dengan Jujur

21 Juni 2020   17:51 Diperbarui: 22 Juni 2020   03:00 1477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tren menggunakan jasa influencer untuk membantu sosialisasi produk baru sebuah brand memang lagi digandrungi. Bukan hanya pelaku ekonomi besar, mereka yang baru saja merintis usaha juga melakukan hal yang sama.

Selain harganya yang cukup terjangkau, dampak penggunaan langsung influencer terhadap produk, yang dapat dilihat oleh followers dianggap ampuh untuk meningkatkan penjualan atau sekadar branding.

Aku mau sedikit bahas dari kedua sisi. Sebagai seorang pengguna Instagram yang beberapa kali ikut membantu sosialisasi produk baru dari brand, juga dari sisi calon konsumen.

Kebetulan postinganku di Instagram mau rapiin yang semuanya mengarah ke food. Tapi belum sanggup nolak tawaran lain di luar itu. Heheh. Doain biar konsisten yaa. Jadi sebetulnya artikel ini juga kutujukan pada diriku sendiri yang mudah-mudahan jangan sampai mengecewakan pembaca. Amin

Berawal dari postingan IG story teman yang merasa tertipu dengan review dari salah satu influencer makanan, aku mencoba mengangkat bahasan ini.

Jadi si temanku ini, beli makanan berdasarkan rekomendasi dari postingan influencer yang dilihatnya di media sosial.

Begitu makanan dipesan dan dia terima, ternyata ngga sesuai dengan apa yang dijelasin oleh influencer tersebut. Katanya, zoonk banget dan KAPOK mau beli lagi.

Kemarin, ada sebuah status dari blogger juga, yang membahas tentang tanggung jawab terhadap postingan atau segala sesuatu yang kita tampilkan di media sosial pribadi.

Seperti tips atau informasi yang kita bagikan di media sosial. Tak peduli berapapun itu jumlah followersnya. Masalahnya adalah, informasi atau tips yang kita bagikan dapat diakses dengan bebas oleh followers lalu mungkin diterapkan. Jika salah, akan menghadirkan kekecewaan.

Buruknya lagi, jika informasi yang kita bagikan berkaitan dengan brand dan informasi tersebut tidak tepat, imbasnya adalah ya seperti pengalaman temanku di atas. Kapok beli dan mungkin dia ngga akan percaya lagi sama infuencer yang dia dengar sebelumnya. Akhirnya mengurangi rezeki kedua belah pihak, kan?

Kehilangan kepercayaan dari pembaca adalah musibah bagi seorang yang mengaku sebagai penggiat konten.

Jadi bagaimana seharusnya?

Sebelumnya, mari kita bahas sedikit tentang cara review makanan yang banyak beredar.

"Sumpah, ini tuh enak banget. Ngga ngerti lagi. Seenak ituuuuhhh!" Temen-temen pembaca pasti bisa bayangin cara pengucapan kalimat ini. Biasanya ngomongnya sambil makan dan merem. Hahahha.

Terkadang pakai kata "Gila, gila, gilaaa." Untuk mendeskripsikan rasa yang menurutnya enak.

Ngomong-ngomong, rasa itu ada 4: Asam, asin, manis, dan pahit. Sedangkan untuk mendeskripsikan rasa dari penyedap rasa sering disebut yummy atau gurih. Itupun kembali lagi ke selera masing-masing orang.

Ada yang tergila-gila dengan cake, ada juga yang membencinya karena rasa manis yang berlebihan. Jadi semua balik lagi tentang selera.

Teman-teman cukup sampaikan saja tentang:

  • Bagaimana rasanya
  • Tampilannya
  • Varian rasa apa saja yang tersedia
  • Bagaimana aroma makanan tersebut
  • Apa yang teman-teman rasakan setelah memakan produk tersebut. Di Teknologi Pangan itu ada yang disebut after taste atau rasa yang tertinggal setelah makanan ditelan. Silakan dibahas..
  • Teman-teman juga bisa bahas dari segi kemasannya atauuu
  • Fungsi lain makanan usai dikonsumsi. Penggunaan sisa kopi hitam usai diseduh sebagai kompos, masker wajah atau sebagai pengharum ruangan misalnya. Bisa kok...

Dari penjelasan ini, calon pembeli dapat memutuskan poin mana dari yang teman-teman sampaikan yang menarik perhatian mereka, yang sesuai dan bisa menjadi alasan yang kuat bagi mereka untuk membeli produk tersebut.

Kalau memang rasanya sedikit asin, misalnya, sampaikan saja. Kalau memang aromanya kurang enak karena ada mengandung mint, sok, sampaikan. Bisa jadi calon pembeli tertarik dengan tampilan produk yang bikin mereka penasaran untuk membeli. Selalu ada sisi kuat untuk ditampilkan dari sebuah produk kan?

Kamu bisa deskripsikan dengan sangat jelas sisi kuat itu. Mungkin dari bentuknya yang lucu, mungkin dari warnanya yang colorful. Tapi harus bersikap gentle juga untuk menjelaskan secara rinci bagian minus dari produk. Biar balance.

Remember, kadang perempuan memutuskan untuk membeli sesuatu karena lucu. Termasuk aku. Kadang.

Dengan mengangkat sisi minus sebuah produk, ternyata teman-teman memberikan masukan terhadap pemilik brand, lho. Mereka bisa memperbaiki itu, atau mungkin malah membuat varian baru dari masukan teman-teman tersebut.

Kenapa perlu disampaikan sisi minus tersebut? Ingat lagi, bagus untuk kamu, belum tentu untuk calon pembeli. Begitupun sebaliknya. Siapa tau sisi minus yang kamu angkat justeru jadi sisi positif dari calon pembeli lain yang bahkan menjadikannya alasan untuk membeli? Iya kannn?

Misalnya, cake yang diendors ke kamu ternyata rasanya ngga begitu manis walaupun tampilan dan aromanya cantik banget. Ya sampaikan. Aku mau beli cake yang rasanya seperti itu. Aku akan memberikannya pada orang tuaku yang tidak terlalu suka rasa manis.

See, teman-teman sangat menjual di sana. Target pasarnya malah dapet.

Sehingga, saat mereka membeli dan ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi mereka, tidak ada yang diprotes. Harga diri teman-teman sebagai influencer juga tetap terjaga, begitupun dengan brand.

Oh iya, satu lagi. Hindari publish review makanan jika belum nyoba sendiri yaaa. Diketawain Nessie Judge, tuh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun