Banyak kasus pejalan kaki ribut dengan pengendara karena mereka merasa hak mereka - jalan mereka - direbut secara paksa oleh pengendara. Bahkan tak jarang, hak itu diabaikan saat pejalan kaki sedang menggunakan sisi jalanan yang lebih dikenal dengan sebutan trotoar.
Tapi, tahu tidak sih, pejalan kaki itu sendiri disadari atau tidak sering pula melakukan hal yang sama? Merebut hak sesama pejalan kaki. Tidak percaya? Mari kita lihat, apakah diri kita termasuk dalam kategori tersebut.
Sebenarnya sama halnya dengan jalan tol. Sebelah kiri untuk pengemudi dengan kecepatan normal, sedang di bahu kanan jalan, pengemudi yang sedang terburu-buru dipersilahkan untuk melewatinya. Dengan demikian, jalanan tetap lancar tanpa hambatan. Masing-masing pengemudi berkendara dijalurnya.
Bagaimana dengan pejalan kaki?
Pernah tidak saat berada di tempat-tempat umum yang kebetulan adalah tempat sibuk, kamu dipertemukan dengan orang menyebalkan seperti ini?
1. Berjalan tenang di eskalator
Kalau di Singapore, di beberapa tempat-tempat umum yang memiliki mobilitas tinggi, kita akan menemukan tulisan yang menganjurkan agar mereka yang sedang tidak terburu-buru, berdiri di sisi kiri eskalator sehingga pengguna yang sedang terburu-buru bisa menggunakan sisi kanan eskalator untuk mempercepat langkahnya.
Di Indonesia bisa diterapkan tidak ya?
Sering sekali terutama di stasiun, pengguna stasiun yang sedang terburu-buru harus bersabar menunggu eskalator tiba di atas karena pengguna eskalator yang tepat di atasnya sama sekali tidak peduli dengan calon penumpang yang ada di belakang mereka. Malah kadang sibuk ngobrol seseruan berdua menutup akses eskalator. Begitu tiba di atas, orang tersebut sudah ketinggalan kereta.
Yah, gitu deh. Harus banyak-banyak sabar mah. Kalau diterobos, kemungkinan yang terjadi ada 2, berantem atau jatuh bareng-bareng. Daripada bahaya, boleh deh ya, ngalah saja nunggu kereta berikutnya.
2. Bergandeng tangan atau mengobrol santai di jalanan dua arah yang sempit
Di Stasiun Cikini, dari arah Kimia Farma, itu jalanan terbilang sempit karena dua arah. Lebarnya hanya muat untuk maksimal 2 orang saja. Di sini banyak juga orang yang ngga tahu tempat dan ngga tahu waktu. Ngobrol berdua gitu yaa, serasa jalanan milik berdua.Â
Tunggu dulu, ada orang dari arah yang berlawanan baru deh tuh, ngambil posisi semestinya. Terkadang ada juga yang masih ngga mau ngalah dan hanya memiringkan badan saja demi melanjutkan pembicaraan.