Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menikmati Sedikit Legenda Minahasa Melalui Novel Seira dan Tongkat Lumimuut

14 Agustus 2018   15:49 Diperbarui: 14 Agustus 2018   20:09 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seira dan Tongkat Lumimuut | Foto: FiksiGPU

Asal mula danau toba, Sangkuriang, Malin Kundang, dan sederet legenda lain kerap menghampiri telinga saat kanak-kanak.

Kisah-kisah inipun tak luput dari bahan pelajaran Bahasa Indonesia semasa sekolah dulu. Pun sering menjadi pengantar tidur oleh orang tua. Menarik, meski terdengar menyakitkan, setiap kisahnya mengandung pelajaran moral yang disampaikan secara tersirat.

Sebagaimana namanya, masyarakat setempat mempercayai hal tersebut benar adanya. Sebagian lagi memutuskan untuk menganggap cerita tersebut sekedar cerita karangan biasa. Hanya sebagai penghibur yang tidak sungguh-sungguh terjadi.

Terlepas dari benar tidaknya legenda tersebut, legenda berhasil menempati hati setiap peminatnya. Bahkan konon di Padang, legenda Malin Kundang menjadi salah satu alasan kuat untuk tidak pernah menyangkal atau menolak perintah Ibu. Hal ini diamini oleh penulis kondang, Ahmad Fuadi yang disampaikan pada seluruh peserta dalam acara temu kangen Danone Blogger Academy Batch 1.

Mengenal Legenda Minahasa lewat Novel Seira dan Tongkat Lumimuut

Jika selama ini masyarakat Indonesia sering sekali didendangkan legenda dari Sumatera Utara, atau dari Padang Sumatera Barat, maka melalui novel Seira dan Tongkat Lumimuut, kali ini saya berkesempatan berkenalan dengan legenda Minahasa yang dikemas secara ringan oleh sang penulis, Anastasye Natanael.

"Setelah sekian lama, Siow Kurur yang terkubur hampir di dasar bumi kembali merasakan panggilan dari seorang Walian"

Bukankah ini pembuka yang menarik? Tentang Siow Kurur di dasar bumi yang dipanggil oleh Walian  untuk tujuan tertentu?

Siapa itu Siow Kurur? Mengapa pula dia terkubur di dasar bumi sana sementara kuburan manusia pada umumnya hanya berukurang 3x2 m? Lalu untuk apa dia dipanggil? Bagaimana bentuknya?

Ada banyak pertanyaan yang muncul saat menikmati Prolog pada novel. Tenang saja, rentetan pertanyaan tersebut akan terjawab pada masing-masing bab dalam Novel Seira dan Tongkat Lumimuut.

Legenda Rasa Modern

Meski berselimut kisah legenda, novel ini mengisahkan sesuatu yang berada di luar prediksi. Tentang Lokon misalnya, sang ahli racun paling hebat di Minahasa yang keberadaannya tak kasat mata. Juga Warereh, keduanya memiliki barang elektronik terupdate yang manusia biasa pun bahkan tak memilikinya. Termasuk Drone keluaran terbaru. Drone. Ya, drone! Lokon menerima hadiah tersebut tanpa mau melepaskannya barang sedetikpun.

Seira, sang tokoh utama pada novel turut serta memberi peran bingkai modern pada novel. Sebagai seorang mahasiswi, Seira membuat kisah lebih berwarna dengan perjalanan ke mall bersama dua sahabat barunya -- lebih tepatnya, orang baru kenal yang memaksakan diri mereka agar menjadi sahabatnya. Atau tentang perasaannya kepada dua orang pemuda yang selalu di sisinya dalam segala kondisi.

Di sisi yang berbeda, Seira bisa menjadi seorang yang sama yang dapat berbicara dengan para roh opo yang ada di dalam benaknya. Bukan halu. Sewaktu-waktu, Seira bisa meminta tolong pada roh opo-opo tersebut untuk membereskan sesuatu yang menurutnya sulit untuk diselesaikan sebagai manusia biasa. Ah ya, dan setiap pemakaian kemampuan tersebut dibatasai hanya 5 kuota. Berasa lagi pake kuota data internet ya? Ada limitnya.

Terkesan memaksa memang, sebuah legenda disulap dengan rasa kekinian. Walau demikian, setiap alur cerita tidak ada yang terasa gamang. Semua mengalir menjadi sebuah rentetan cerita ringan tentang Minahasa.

Penggunaan nama Dewa Dewi dari Minahasa, pengenalan nama-nama lokasi di sana, serta istilah-istilah Minahasa yang digunakan dalam novel menjadi bumbu penyedap saat menikmati novel ini.

Sebagai novel yang mengusung genre fantasi, novel ini tergolong menarik untuk dilahap. Dapat pula dikatakan tidak kalah saing dari novel-novel fantasi dari luar negeri. Untuk beberapa bagian cerita, ada rasa drama korea yang berjudul "My Love From Another Star" namun dengan versi yang lebih mengejutkan.

Di awal bagian cerita tersebut, pembaca dibawa mengarah ke judul, namun di pertengahan, ketika pembaca makin yakin bahwa cerita sedikit menjiplak dari drama korea di atas, penulis berhasil membelok imajinasi jauh dari tebakan.

Ada beberapa judul film yang dicantumkan di dalam novel ini sebagai jembatan yang mempermudah pembaca untuk mendapatkan bayangan kisah yang sedang dibacanya.

Dari rentetan betapa menariknya berimajinasi tentang Seira yang awalnya mahasiswi biasanya ternyata adalah reinkarnasi seorang Dewi, ada satu yang sedikit menyangkut saat menikmati novel ini, yakni 2 kata "Singkat cerita" pada bab terakhir.

Untuk ukurang genre fantasi yang lagi seru-serunya dalam petarungan sengit antara dewa pelindung reinkarnasi serta dewa jahat, penulis bisa-bisanya mencantumkan "singkat cerita" di sana? Sebagai pembaca, kok yo saya ngga terima ya? Hahaha.

Barangkali karena setiap adegan baik cerita maupun film, klimaks justru menjadi adegan yang paling dinanti. Dalam petarungan, ada baiknya jika penulis mendeskripsikan secara detail bagaimana salah satu kubu tumbang tak berdaya. Detail bagian-bagaian tubuh yang berhasil dilumpuhkan kubu lawan serta memberikan bayangan bagaimana kubu tersebut kalah lalu kubu seberang menjadi pemenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun