Supir tersebut buru-buru mencari kantong permen yang katanya diletakkan tepat di depan setir bus. Sayang, permen tersebut tak ditemukan. Dari sana, sangat jelas terlihat bahwa beliau sedang mengantuk.
Kondisi sudah aman terkendali. Sampai beberapa puluh menit kemudian, hal yang sama kembali terjadi, kami berada di jalur yang tak seharusnya hingga hampir tersambar oleh bus lain yang datang dari arah berlawanan. Kali ini, tidak ada yang berteriak melengking, hanya saja seorang Bapak yang ada di sebelah saya mencoba menyadarkan supir agar tak terjadi kecelakaan di hari itu.
Hampir mendekati tiba, tepatnya di penurunan penumpang di Kalibalok, bus berjalan keluar jalur dan hampir saja masuk ke dalam semak-semak. Dalam kasus ini, teriakan histeris kembali terjadi oleh para penumpang wanita yang duduk di bagian depan bus, termasuk saya.
Hmmm... untuk setiap Bapak supir yang akan memandu berjalannya mudik, boleh persiapakan kesehatan dan kesegaran diri yaa. Karena perjalanan panjang dan kemacetan yang ditempuh tujuannya untuk kebahagiaan, bukan untuk berujung menjadi cerita duka yang menelan korban.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H