Berlatar di Tiongkok, Jia yang diperankan oleh Li Bingbing sekaligus produser dari film ini masuk dalam tipu muslihat Mason (Kelsey Grammer). Menjual nama sang adik yang menurutnya telah hilang saat melakukan penelitian, menjadi senjata ampuh yang membuat Jia masuk dalam perangkapnya. Kasih sayangnya pada sang adik membuat Jia tak berpikir dua kali dan bergegas menuju ke Tiongkok, tempat di mana sang adik -- Luke (Wu Chen) -- dinyatakan hilang.
Bersama Mason, Jia mendarat tepat di markas di mana peneliti lainnya berkumpul, di pegunungan gersang di Tiongkok. Pilihan hanya ada 2, lekas berjalan atau masuk dalam gulungan badai. Pilihan pertama adalah pilihan jitu yang diyakini dapat menyelematkan diri semua anggota tim sekaligus mewujudkan misi pencarian Luke.
Keanehan mulai terjadi ditemukan dalam perjalanan menghindari badai. Sejumlah bangkai tergeletak tanpa tersisa daging sedikitpun. Tak ingin ambil pusing dengan keanehan tersebut, tim memutuskan untuk terus melanjutkan perjalanan hingga bertemu dengan rumah perlindungan sementara.
Badai yang terjadi tak hanya sebatas badai angin, ada hal lain yang lebih membahayakan dari sekedar angin.
Tiba di rumah perlindungan tersebut, tim kembali dihadapkan pada keanehan yang sama. Alih-alih segera menyelamatkan diri ketika melihat "sesuatu" bergerak di dalam tubuh mayat manusia, salah satu tim tak bergegas lari untuk menyelamatkan diri, namun memilih untuk terus menunggu meski temannya sudah mengingatkan untuk segera meninggalkan lokasi tersebut. Sial tak dapat dihindari, dirinya terkena gigitan kecil.
Ternyata gigitan tersebut adalah petunjuk awal jawaban dari semua keanehan yang mereka hadapi.
Berbeda dengan Jia, rupanya Mason memiliki maksud tersembunyi yang bertolak belakang dengan apa yang menjadi tujuan kedatangan seluruh tim dan berbalik menjadi musuh tim usai mendapatkan apa yang diinginkannya.
Dalam perjalanan, tim kembali menemukan bahwa ternyata gigitan kecil yang mengenai salah satu tim bukanlah satu-satunya musuh yang perlu diselesaikan. Ada hal lain yang jauh lebih besar dan menyeramkan. Belum lagi, lokasi yang mereka masuki adalah kota bawah tanah yang sengaja dibangun 2000 SM yang lalu untuk tidak diketahui oleh orang lain. Itu sebabnya, ada banyak teka-teki yang harus terjawab jika ingin melalui satu pintu ke pintu lainnya. Salah-salah, nyawa taruhannya.
Meski mengusung genre horor sains, film ini juga berhasil meredam ketegangan penonton lewat jawaban-jawaban dan tingkah laku Shane Jacobson yang memerankan tokoh Gary dalam film. Shane yang merupakan seorang komedian di dunia nyata memang mampu menghilangkan sesaat ketakutan yang melingkupi penonton sebelum kembali lagi pada ketegangan-ketegangan berikutnya yang tak kalah menakutkan.
Kesinambungan Cerita
Penonton dibawa pada kisah-kisah 2000 tahun Sebelum Masehi yang menjadi sejarah teka-teki yang tengah dihadapi seluruh tim. Sejarah tersebut disebut-sebut hanya mitos sampai akhirnya diakui usai ditemukan dalam pencarian Luke yang hilang.
Hilangnya Lukepun tak luput dari cerita, sayangnya, yang sedikit janggal dalam film adalah saat Luke ditemuka "tertidur" dalam balutan benang, sementara korban-korban lain ditemukan meninggal tanpa sisa daging ditubuhnya.
Tak dijelaskan bagaimana pula Luke dapat bertahan hidup di tengah keseraman hal yang memburunya dan memburu setiap orang yang memasuki wilayah "mereka". Hingga film usai, selamatnya Luke dari gigitan penjaga tetap menjadi teka-teki.
Sebelum Luke ditemukan, terdapat sebuah jarum suntik yang tergeletak tak jauh dari lokasi Luke terkubur dalam balutan tersebut. Hanya saja, jarum suntik tersebut tak begitu menjelaskan bagaimana Luke bisa bertahan hidup di tengah-tengan serbuan penjaga kota yang terkubur tersebut.
Ending
Ketegangan mulai terasa dari sejak Jia dan Mason menginjakkan kaki di pegunungan gersang Tiongkok, makin terasa lagi begitu tim memasuki wilayah kota terkubur karena telah berhadapan dengan segerombolan musuh yang tak ada habisnya.
Sayang, akhir cerita yang dalam ekspektasi saya sebagai penonton mengharapkan ada sesuatu yang berhasil ditemukan oleh tim untuk mengusir mundur musuh, hilang sudah. Tim berhasil melewati musuh terbesar hanya karena berhasil menjawab teka-teki yang telah disiapkan ribuan tahun silam, bukan karena sebuah penemuan baru yang berhasil diperoleh untuk membasmi musuh. Ending yang tak terlalu mengigit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H