Seorang anak tidak akan pernah kembali menjadi bayi lalu memberi kesempatan pada orang tua untuk memperlakukannya sebagaimana mestinya. Memang orangtua perlu bekerja agar kehidupan keluarga tercukupi, namun rasanya tak salah juga jika harus membagi adil waktu tersebut dan tak melulu tenggelam dalam kesibukannya lalu disuatu waktu bertanya "kenapa kamu cepat sekali besarnya, Nak?" tanpa pernah bertanya pada diri sendiri ke mana saja dirinya pergi hingga tak sadar anaknya tak lagi seorang anak-anak.
Beruntung jika anaknya masih diberi kesempatan untuk terus sehat, dan bertumbuh, lalu bagaimana jika adegan pada film sewaktu-waktu terjadi? "Orang tua beruntung karena telah sempat merasakan muda, namun yang muda belum tentu dapat menikmati masa tua"bukan?
Hidup Seolah Akan Mati Esok
Tak ingin menyia-nyiakan hidupnya yang hanya hitungan jam, Ethan berputar haluan dan beralih kelompok. Dia ingin agar "ikan menyukainya."
Tak ada yang tahu akan hidup. Tak seorang pun. Kecuali Ethan yang dalam film tersebut hidupnya sudah diset hanya dapat bertahan hidup dalam hitungan jam saja hingga akhirnya berpulang.
Ketidaktahuan akan hidup sering sekali disemena-menakan dan membiarkan waktu demi waktu berlalu tanpa sesuatu yang berharga atau bahkan melaluinya dengan menorehkan hal buruk baik bagi diri sendiri atau untuk orang lain.
Mengetahui waktu kematian dalam film ini ternyata sangat membantu membuat seseorang berubah 100%. Ethan ingin hidupnya yang tinggal beberapa jam lagi bermanfaat untuk orang lain, dan ia berhasil melakukannya.
Kita mungkin tidak mengetahui umur diri sendiri, namun dengan tetap berbuat baik, setidaknya jika tetiba waktu tidak lagi berpihak pada kita, kematian bukanlah sesuatu hal yang perlu dirisaukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H