Siang tadi (Selasa, 23/01) sekitar pukul 13.30, saat sedang asik berkutat dengan kerjaan, terasa goncangan di lokasi saya bekerja. Tepatnya di Halimun, Setiabudi, Jakarta Selatan. Posisi kantor yang saat ini sedang dalam tahap renovasi dan berdekatan dengan rel kereta api membuat saya berpikir bahwa goncangan tersebut mungkin efek dari kedua hal yang saya jelaskan di atas. Sesekali jika kereta lewat memang terasa ada guncangan, tapi tak lama sudah hilang. Dan getarannya pun tidak terlalu terasa.
Berbeda dengan guncangan yang datang kali ini, sedikit lebih kencang. Saya masih berpikir barangkali di atas ada orang yang sedang lari-lari hingga terasa berguncang hingga ke lantai tempat saya bekerja.Â
Pikiran saya mulai tak karuan saat guncangan tak kunjung berhenti. Kok yo lari-lari lama banget? Kok guncangannya makin terasa? Dan benar, rekan kerja dari ruangan yang berbeda juga sudah mulai saling lirik merasa aneh dengan guncangan yang dirasanya masing-masing. Satu per satu mulai berlarian menuju tangga darurat dan teriakan "gempa" mulai membahana.
Benar saja, rupanya gempa berkekuatan 6,4 berpusat di Banten sedang terjadi.
Kehadiran gempa bumi atau hal-hal membahayakan lainnya yang kehadirannya sering tak terduga kerap membuat orang kelimpungan dan bingung harus melakukan apa di tengah kepanikan seperti yang baru saja terjadi. Namun, meski dalam keadaan takut dan gemetar sekali pun, tidak ada orang yang akan menyelamatkan diri kita jika bukan diri sendiri, bukan? Semua orang sibuk untuk menyelamatkan dirinya sendiri terlebih dahulu.Â
Dan setelah mengalami hal yang baru saja terjadi, hari ini saya mendapatkan pelajaran ini:
1. Kesampingkan update di sosial media!
Saat lari-lari di tangga, ngelirik sesaat ke ruang kerja di lantai bawah, ada seorang pria dengan wajah yang antara bimbang ingin melanjutkan dokumentasinya atau pergi berlari menyelamatkan diri. Saat itu dia sedang menyorot hp nya tepat ke arah lampu yang memang terlihat goyang.
Ini lucu. Sepenting itukah update di sosial media hingga menomorduakan keselamatan diri? Setau saya di kantor bawah itu tidak ada perusahaan semacam media yang butuh informasi aktual untuk kebutuhan beritanya.Â
Hmmm... ya, selamatan diri dululahhh, kalau emang harus, di bawah bisa kok ngevlog, live, atau dokumentasi dalam jenis apa pun itu untuk kebutuhan sosial media.Â
2. Jangan panik