Saya termasuk salah satu orang yang saat berada di toko buku dan berencana untuk membeli, tidak pernah memperhatikan siapa penulis novel atau buku yang akan saya beli.
Biasanya saat berada di toko buku, saya lebih cenderung ke novel. Dan pemilihannyapun random, tidak begitu memperhatikan siapa penulis buku tersebut. Biasanya saya hanya akan mencari novel penulis tersebut jika sebelumnya saya sudah membacanya dan tertarik dengan caranya bercerita. Penulis yang sejauh ini sudah tercatut masuk dalam list "buku kudu beli" adalah Kang Maman, Pidi Baiq serta A. Fuadi yang bukunya sudah saya review di Kompasiana ini.
Dan awal tahun ini saya memutuskan untuk membeli dua buah buku, salah satunya adalah In A Blue Moon, sebuah novel karya Ilana Tan sang pengarang buku Mega Best-seller. Dua buku setiap bulan sepertinya akan menjadi rutinitas yang menarik sebagai bentuk realisasi resolusi tahun 2018. Baca habis dua buku baru setiap bulannya. Buku yang saya maksud dalam hal ini adalah novel -- karena saya menyukainya - Â Semoga bisa konsisten.
Ada beberapa hal yang membuat saya memutuskan untuk memilih sebuah buku: harga tentunya, sampul yang menarik dan lucu, dan synopsis yang berhasil bikin kepo. Dan ya, sampul buku In a Blue Moon ini entah kenapa seperti gambar dalam buku cerita yang begitu menarik (Dan kebetulan saya menyukai warna biru). Sebuah toko kue bernama A Piece of Cake berhias lampu-lampu dengan atapnya yang berwarna ungu putih.
Sebuah padanan warna yang jarang ditemui namun entah kenapa justru terlihat menarik. Toko tersebut dikelilingi beberapa pot bunga serta dua pasang kursi untuk pengunjung bisa menikmati kue-kue pesananannya dengan untaian salju di sekelilingnya yang membuat pembaca dapat merasakan kehangatan saat melihat toko kue pada sampul tersebut.
Di sisi lain, Lucas bisa dikatakan menjadi salah seorang pria yang paling beruntung karena telah dijodohkan oleh kakeknya dengan seorang wanita yang pernah disakitinya semasa SMA dulu dan yang ternyata adalah Sophie sendiri.
Kebencian Sophie kepada Lucas menjadi sebuah cambuk yang membuatnya harus berhasil membuktikan diri pada gadis tersebut bahwa dirinya benar-benar menyesal tentang keegoisannya semasa SMA dulu. Dan ini tentu saja bukan hal yang mudah, mengingat yang dihadapinya adalah seorang wanita yang tak bisa takluk dengan bermodal pesona semata. Namun demikian, usaha demi usaha yang dilakukannya perlahan membuat Sophie luluh.
Saya termasuk salah satu orang yang saat berada di toko buku dan berencana untuk membeli, tidak pernah memperhatikan siapa penulis novel atau buku yang akan saya beli.
Catatan untuk Mereka yang Menjalani Suatu Hubungan Di tengah Kesibukan
Ilana Tan menyampaikan dengan sangat baik sebuah pesan melalui novel ini, bahwa sebuah hubungan tidak mengenal kata sibuk. Pekerjaan akan selalu bertubi-tubih hadir tanpa bisa dicegah, namun bukan berarti harus mengabaikan hati lain yang tengah menanti dan bertanya-tanya di ujung sana. Dan menurut saya, ini manis.
Sophie selalu berupaya untuk tidak membuat pria itu terganggu oleh aktivitasnya, namun pada beberapa bab, Sophie dengan berat hati harus meminta bantuan pada Lucas agar Alison bisa diam dan tidak melulu merayunya demi menghadirkan Lucas di tengah-tengah mereka. Dan meski di tengah kesibukannya, Lucas dengan senang hati datang dan memberikan waktunya.
Bahwa untuk Mendapatkan Hati, Ada Hal yang Harus Dihadapi
Kedua kakak Sophie merupakan dua pria yang tergolong overprotektif terhadap adik bungsunya. Itu sebabnya setiap pria yang dekat kepada Sophie berarti harus berhadapan dengan kedua kakaknya. Dalam hubungannya yang terdahulu bersama Adrian, Sophie menyadari bahwa hubungan yang mereka bina timpang sebelah.Â
Adrian tidak berani untuk menghadapi kenyataan atas kegarangan yang ditunjukkan kedua kakak Sophie, sementara di lain waktu, meski dengan nyali menciut, Lucas memilih menerima resiko dan memutuskan menghadapi keduanya demi mendapatkan hati Sophie. Tak heran Sophie semakin yakin bahwa memilih Lucas bukanlah pilihan yang salah. Tentu saja sudah termasuk dengan beragam hal baik yang ditunjukkan Lucas untuk meyakinkan dirinya.
Tak Semua Hati Mau Menunggu Lama, Oleh sebab itu, jangan Menunda!
Empat tahun setelah kepergiannya, Adrian kembali ke hadapan Shopie berharap dirinya mendapatkan kesempatan kedua untuk membuktikan dirinya layak untuk menemani Sophie melewati hari-hari.
Empat tahun bukanlah waktu yang singkat untuk menunggu. Hati mungkin menyisakan rasa, namun selera pasti berubah. Sebelum kepergiannya, Sophie meminta Adrian untuk bertunangan namun Adrian menolaknya dengan alasan kedua kakak Sophie.
Empat tahun beralu dan Adrian kembali meminta kesempatan di tengah rasa yang mulai tumbuh kepada Lucas? Tentu saja ini merupakan pilihan yang sulit. Bagaimana jika 4 tahun sebelumnya Adrian mau menerima permintaan Sophie? Tentu hal ini bukan sesuatu yang perlu dipermasalahkan bukan? Namun yaa, dia menolaknya dan Sophie memilih memulai hidupnya yang baru.Â
Itu sebabnya, bagi siapapun yang tengah menjalani suatu hubungan, jangan membiarkan hati mengunggu terlalu lama. Mulut mungkin dapat berkata kuat, tapi tidak dengan hati.
Dan saya mendapati diri semakin hanyut dengan tokoh Lucas yang dengan lugas dan tegas memberikan dirinya "dipinjam" oleh sahabatnya, Miranda, tanpa ingin menyakiti hati kekasihnya. Sebuah kalimat yang cukup manis untuk menutup kisah ini adalah "Aku hanya ingin ketika aku mengatakannya, dia adalah orang pertama yang mendengarnya" ujarnya ketika Miranda menanyakan apakah dirinya menyukai Sophie atau tidak.
Kalimat-kalimat yang tersaji, meski sederhana, namun urusan hati mampu juga bikin sampe ngilu jika pembaca benar-benar terhanyut ke dalam cerita. Untungnya ngilu yang timbul hanya sesaat dan serta merta akan hilang begitu novel usai "disantap"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H