Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Panen, Petani Padi Panombeian Toba Menangis

18 Oktober 2017   15:00 Diperbarui: 19 Oktober 2017   00:33 2322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ((KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO))

Petani diposisikan pada pilihan sulit. Adalah hal yang sangat konyol jika menjual semua hasil panen tanpa meninggalkan sedikit untuk konsumsi keluarga. Gimana tidak konyol? Masa petani padi tidak punya beras hanya untuk sekedar menghidupi diri sendiri dan keluarga? Dan jika tidak dijual keseluruhan, utang tidak akan lunas dan akan terus menjadi beban. Bukankah tauke juga akan berpikir ulang untuk memberikan pinjaman pada mereka yang masih memiliki utang padanya? Sementara hari-hari ke depannya petani yang masih memiliki anak yang sekolah pasti akan membutuhkan pinjaman uang untuk keperluan sekolah anak.

Saya masih ingat persis saat musim panen tiba, dari 8 rantai sawah, mamak akan berhasil mendapatkan 50-55 karung padi ukuran 50 kg. Dan itu adalah hasil paling maksimal dari 8 rantai sawah tersebut. Berbeda dengan musim menuai kali ini, 'Nga godang i Inang molo boi dapot ni Oma 30 goni'(Paling banyak Mamak hanya bisa dapat 30 karung) Ujarnya dengan sangat lesu. 20 karung berkurang setara dengan 1 ton padi yang jika dijual akan menghasilkan Rp 4.1 jt. Angka yang sangat banyak untuk ukuran tinggal di desa. 

Tak cukup hanya tikus yang menjadi permasalahan, padi yang biasanya dihargai sebesar Rp 4.400- 4.500 per kg nya, kini mendadak turun menjadi Rp 4.100-4.200 per kg nya. Pertanyaan yang tak kunjung usai 'Mengapa selalu tiba-tiba turun saat panen tiba?'

Karena hasil melimpahkah?

Betapa beruntungnya kalian berhadapan dengan orang-orang kecil yang tidak akan berani menahan padinya karena kebutuhan yang mendesak. Jika itu terjadi, apa masih akan muncul kalimat 'hasil terlalu melimpah?'

Selamat menuai di tanggal 21 Oktober 2017, Mak. Semoga hari berpihak pada kita. Selamat menuai petani kusayang.  Setidaknya perjuangan hidup kalian mengajarkan apa itu makna bersyukur.

Selamat hari Pangan Sedunia.

Halimun
Rabu, 18 Okt 2017
Efa Butar butar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun