Berkali-kali saya putar, berkali-kali juga saya tidak menemukan apa yang membuat hati saya bertanya-tanya, sampai akhirnya, iseng saya melepas banned yang menyatukan produk.
Dannn.... tada... ternyata, kemasannya SUDAH PENYOK! Bagian penyok disembunyikan dengan menempatkan keduanya saling berhadapan lalu disatukan dengan selotip. Sehingga, bagian penyoknya tidak tampak dari bagian luar, sekilas di mata konsumen seolah-olah produk tersebut baik-baik saja.
Penyok pada minuman kaleng merupakan salah satu indikator adanya mikroorganisme di dalam produk tersebut. Dan apabila dikonsumsi, bisa menimbulkan efek yang tidak baik bagi kesehatan manusia. Indikator lainnya lainnya adalah kaleng menggembung. Kasus ini juga berlaku untuk produk minuman dengan kemasan kotak.
Tidak pikir lama, saya meletakkan kembali 'produk berbonus itu' lalu kembali menjelajah lorong demi lorong untuk kebutuhan pribadi saya selama sebulan ke depan. Produk itu tidak jadi saya beli.
Tidak semua konsumen yang berbelanja paham dengan hal-hal ringan seperti kasus di atas. Terkadang yang konsumen lihat adalah harga bukan kualitas suatu produk. Jadi, tidak heran mengapa produk-produk yang seharusnya ditarik dari pasar itu, malah habis terjual.
Untuk itu, Bunda, selain sebagai 'menteri keuangan keluarga', Bunda juga harus bisa menjadi 'menteri kesehatan' untuk seluruh keluarga. Jaga keluarga dari pangan yang tidak sehat, serta membahayakan tubuh. Tidak apa-apa mahal sedikit, Bun, yang penting konsumsi keluarga aman. Jangan hanya karena hemat Rp 2.000, Bunda harus meihat anggota keluarga meringis kesakitan akibat pangan yang tidak sehat.
Selamat HARI PANGAN SEDUNIA, jadilah Bunda sekaligus Menteri Kesehatan Keluarga yang baik.
Salam
Efa Butar-butar
Depok, 16 Oktober 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H