Foto Profil Bagi Seorang Pimpinan
Sama halnya dengan Facebook, Instagram, Path maupun media social lainnya, atau aplikasi chatting macam WhatsApp, Telegram, BBM juga membutuhkan foto profil. Meski di jejaring sosial, foto profil kerap dianggap sebagai style atau gegayaan doing demi eksistensi semata, ternyata tidak begitu untuk di WhatsApp (WA), Telegram ataupun BBM. Untuk media yang mempermudah komunikasi ini, ternyata foto profil membawa banyak sekali dampak baik itu positif maupun negatif, terutama bagi seorang sales.Â
Apakah kamu memiliki nomor hp seorang atasan di sebuah perusahaan? Jika kebetulan nomor tersebut adalah nomor yang didaftarkan untuk aplikasi WAnya, maka kamu berkesempatan untuk mengetahui wajahnya. Atau, setidaknya bagaimana kira-kira gaya seorang pimpinan saat difoto? Apakah sama dengan staff-staff yang kerap melampaui batas normal (dalam hal positif tentunya) saat berfoto. Misalnya, membentuk duck face saat akan berswafoto, atau gaya-gaya alay dan sebagainya (Ini benar-benar bikin penasaran ya).
Pada umumnya, pimpinan tidak akan mencantumkan foto pada akun WA mereka. Entah karena apa ya. Mungkin karena penulis bukanlah seorang pimpinan dalam suatu perusahaan, jadi masih doyan alay gonta-ganti foto di WA. Iseng dan untuk seseruan aja, meski terkadang menjadi bagian pemberitahuan secara tak langsung ketika sudah melakukan suatu hal. Paling sering, jika sudah travelling ke suatu tempat. Jadi tuh, seminggu sekali ganti foto, Hahaha.
Pernah iseng bertanya kepada salah satu orang yang memiliki posisi cukup tinggi di perusahaan, kenapa beliau tidak mencantumkan foto di WA (Boleh dicek, rata-rata seorang pimpinan melakukan hal yang sama). Jawaban beliau simple, nanti kamu mudah kenal saya. Nah lho! Terasa seperti jawaban yang beraroma canda, tapi sebenarnya jika ditelaah, benar juga adanya.
Tidak sedikit seorang pimpinan yang diteror di jalan. Tidak sedikit pimpinan yang melakukan test dadakan pada mereka-mereka yang akan diinterview di suatu perusahaan. Misalnya, berpura-pura duduk di dekat jobseeker dan mengajak mereka berbicara. Ada kalanya karena deg degan, jawaban jobseeker ya seadanya. Menjawab seperti berbicara pada seseorang yang tidak penting, tidak tahunya lawan bicaranya adalah penentu dia akan diterima atau tidak.Â
Foto Profil Bagi Seorang Sales
Berbeda dengan seorang pimpinan, untuk seorang sales yang belum menjadi pimpinan, hal ini tidak berlaku. Foto pada WA, BBM, atau Telegram memiliki andil untuk customer memutuskan apakah mereka akan mempercayakan produk yang dicarinya pada sales tersebut atau tidak.
Penulis mencoba menempatkan diri menjadi seorang customer. Saat menyimpan nomor kontak seorang sales, hal yang pertama penulis lakukan adalah memerhatikan foto sales tersebut. Kira-kira tampangnya bisa dipercaya atau tidak (Meski sebenarnya rupa tidak mewakili sikap dan profesionalisme), kira-kira meyakinkan tidak untuk diajak kerja sama mencari produk yang saya inginkan, dan penilaian lainnya terhadap si sales. Ini tentang rupa.
Saya akan lebih percaya pada mereka yang memasang foto profil berdampingan dengan produknya daripada mereka yang memilih foto selfie dengan duck face sebagai foto profilnya. Saya akan lebih percaya pada mereka yang berdiri di tengah-tengah sebuah pameran produknya dibanding mereka yang membuat foto profil bersama pasangannya lagi makan di sebuah caf.
Lho, kenapa? Emang tidak boleh? Apa ada larangan?
Jelas tidak! Sales diizinkan untuk menggunakan foto apapun. Apapun! untuk digunakan sebagai foto profilnya. Tapi, sesekali coba menempatkan diri sebagai seorang customer, apakah foto Anda meyakinkan untuk dipercaya sebagai seorang sales? Anda tentu tahu jawabannya.
Maksud lainnya adalah, sales pasti memiliki berbagai jenis media social lain. Instagram sudah cukup untuk posting berbagai foto alay, betul? Path sudah cukup untuk memberi tahu Anda sedang kemana, dimana, dan melakukan apa, betul? Facebook sudah cukup untuk sekedar mencantumkan status luelah cekali akyu hare neh, betul? Betul!
Kenapa Anda, sebagai seorang sales, memutuskan untuk berbicang dan menjalin komunikasi dengan seorang customer via WA? Tentu untuk secara professional Anda bisa menjelaskan kepada customer Anda tentang semua hal yang perlu mereka ketahui. WA Anda adalah asset Anda. Cara agar Anda dipercayai seorang customer sehingga customer memutuskan untuk percaya pada Anda. WA itu adalah media Anda untuk closing! Dan Anda memasang foto dengan duck face di sana? Are you sure? Jika saya adalah customer Anda, saya akan memutuskan untuk mencari sales lainnya. Tidak tahu dengan customer lain ya.
Jika Anda sebagai sales tidak mencatumkan foto apapun, bagaimana saya akan mengetahui Anda nantinya jika sudah dijadwalkan akan bertemu? Bagaimana saya bisa percaya orang yang saya temui adalah orang yang sama dengan yang saya ajak berbicara. Bagaimana saya bisa percaya untuk memberikan sejumlah uang sementara wajah Anda pun saya tidak ada bayangan.Â
Sederhana ya. Hanya perkara foto profil tapi ternyata dampaknya cukup besar.
Oke... tidak semua customer memang yang berpikiran seperti ini. Tidak semua sales juga yang terlalu perduli dengan foto yang digunakannya. Namun seorang sales yang professional akan dengan bangga menunjukkan produk yang akan dijualnya. Siap untuk meyakinkan customer melalui foto yang ditunjukkannya. Membuat customer percaya melalui sebuah foto yang berbicara, yang seolah menyampaikan pada customer "Anda berada di tempat yang tepat."
Jakarta, 4 Agustus 2017
Awan Kumulus
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H