Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kerja Tak Sesuai Jurusan, Memang Kenapa?

3 Agustus 2017   13:00 Diperbarui: 3 Agustus 2017   16:18 7498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: http://careernews.id

Sekolah (Tidak) Membatasi

Pernah mendengar kegalauan orang-orang yang bekerja tidak sesuai dengan jurusannya? Atau mungkin kamu jadi salah satu di dalamnya? Bagaimana perasaanmu? Sedih? Galau? Malu? Atau ada perasaan lain yang mungkin tak bisa kau jelaskan, yang sebenarnya berujung pada sesuatu yang tidak kau sukai? Jika ya? Kau tidak sendiri.

Hal ini biasanya melanda mereka-mereka yang datang dari bangku kuliah. Mengambil sekelumit kalimat dari buku Merry Riana "A Gift From A Friend", menyatakan "Saya tidak dapat melakukan itu, saya adalah seorang sarjana" atau "Saya tidak dapat melakukan itu. Saya adalah seorang insinyur. Saya tidak mau melakukan sales." Namun di sisi lain, mereka setuju menyatakan bahwa seseorang pergi ke sekolah untuk bisa melakukan lebih banyak hal. Bukan kurang. Sangat berbanding terbalik.

Namun nyatanya, jurusan dari jenjang pendidikan yang diterimanya berhasil memberi batasan pekerjaan apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan. Mereka lulusan pertanian harus bekerja di bidang pertanian. Mereka lulusan guru harus menjadi guru. Dan sebagainya.

Apa yang terjadi?

Setelah berurai air mata berhadapan dengan skripsi yang menguras tenaga, otak, materi dan segala fokus yang kamu miliki, kamu berujung pada pertanyaan "Kok gue belum kerja ya?" Kepanikan melanda saat kamu tahu bahwa temanmu yang wisuda berbarengan denganmu telah bekerja, sesuai dengan jurusan. Telah mulai menikmati seperti apa itu yang namanya gaji. Sementara kamu masih berjibaku dengan pertanyaan tersebut?

Melihat itu, akhirnya kamu berpikiran Kerjaan apa aja ya, Allah. Aku jabanin. Yang penting aku kerja. Doamu terkabul. Tadaa. Kamu bekerja dan tidak sesuai dengan jurusan.

Awalnya rasanya sangat bahagia. Seolah olah berhasil mendapatkan pekerjaan adalah pembuktian diri bahwa gue yang lulusan sarjana ini udah kerja, lho, di gedung tinggi. Di perusahaan besar. Kamu terlena dengan ucapan selamat. Kamu terlena dengan Fiuh, akhirnya gue kerja.

Sebulan dua bulan, kamu mulai merasa bahwa pekerjaanmu tak sesuai dengan jurusanmu. Kamu mulai merasa sayang dengan ilmu yang tak kau gunakan. Kau mulai menimbang untuk resign dan coba cari-cari pekerjaan yang baru. Karena apa? Klasik! Kerjaan gue engga sesuai jurusan gue!

Perlukah sebenarnya untuk malu?

No! Kamu jauh lebih hebat dibanding mereka yang tidak bekerja sama sekali. Hanya menengadahkan tangan pada orang tuanya. Kamu sendiri setuju bahwa sekolah mengajarkan seseorang untuk bisa melakukan lebih banyak hal. Bukan kurang. Lalu mengapa sebenarnya malu? Gengsi!

Sama halnya dengan ungkapan yang belakang dikatakan banyak orang hidup itu murah. Gengsi dan gaya yang membuatnya mahal. Nah, bagaimana denganmu?

Gengsi tidak akan menyelesaikan masalah. Gengsi tidak akan memberimu makan. Lalu kamu lebih memilih untuk tidak bekerja dibanding memahami hal baru yang sebenarnya tidak pernah terlintas dalam benakmu untuk kau lakukan?

Sekolah tak hanya ajarkan materi. Melalui beragam organisasi, mahasiswa dan siswa juga berkesempatan untuk memperdalam soft skill. Tidak ada alasan untuk mengatakan aku tidak bisa. Aku tidak mampu. Ini bukan jurusanku.

Sebagaimana menjadi seorang staff baru, jikapun pekerjaan yang kamu dapat sesuai dengan jurusan, kamu tetap akan menjadi pribadi yang tidak tahu apa-apa. Yang masih harus beradaptasi. Yang masih harus belajar ini itu agar benar-benar paham. Bedanya, mungkin kamu ada sedikit gambaran tentang apa yang akan kamu lakukan karena kurang lebih saat di sekolah atau kuliah kamu pernah melakukannya.

Boleh saja sih mengeluh dan malu, mengalibikan tidak sesuai dengan jurusan terhadap pekerjaan yang saat ini dipercayakan padamu. Tapi biasanya orang seperti itu adalah orang yang tidak bisa menghargai kerja kerasnya. Orang yang tidak bisa menghargai dirinya. Orang yang tidak percaya pada diri dan kemampuannya terhadap sesuatu hal yang baru.

Kerja tak sesuai jurusan? Hm.. siapa takut?!

Jakarta, 3 Agustus 2017

Awan Kumulus

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun