Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kupinta Kau Pada Tuhanku, Silahkan Pinta Aku Pada Tuhanmu

22 Februari 2017   16:09 Diperbarui: 23 Februari 2017   18:27 1300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tangisnya masih berlanjut. Detak jantungnya seakan berkejaran dengan emosi. Tubuhnya limbung, terpuruk ke dekapan ayahku penuh air mata. “Jahat sekali engkau wahai diriku!!!!”

Ayahku hanya terpaku, ikut diam menahan praharanya. Sorot matanya semakin tajam menukik ke arahku, seakan mencoba menyampaikan pesan, Nak, mengalah lah!.

Aku semakin menangis, panic dengan kondisi Ibu yang melemah. Aku memeluknya dalam dekap berlatar belakang sayatan-sayatan yang tak tampak.

“Ibu bangun! Kumohon bangun, Bu!” Jeritku nyaring memecah hening malam yang membungkus kelam rumah hangat kami – yang dulu.

Sepertinya ini beberapa detik paling menegangkan dalam seumur-umur yang pernah kurasakan. Aku tak ingin cinta yang kurasakan pada seorang pria mengakhiri hidupnya yang juga sangat kucinta. Ibu.

“Jika ibu tidak berkenan, lupakan saja, Bu. Tidak akan ada pernikahan dengan David yang bukan pilihan Ibu.”

Tuhannn… Tuhan tidak akan menciptakan cinta diantara kami ini untuk berakhir tragis. Aku hanya meminta padaMu yang berkuasa atas segala sesuatu yang terjadi dalam hidupku, termasuk dia yang menjadi pilihan hatiku. Ibu, maafkan aku. Aku memintanya bukan padamu, tapi pada Tuhanku. Semoga hatimu bisa memahami apa yang kurasakan.”

Dalam hening malam yang memilukan, kami berpelukan. Sibuk dengan pikiran masing-masing.

Kekasihku, tak ada yang tak mampu dilakukan oleh Doa. Mintakan aku pada Allahmu. Bersujudlah hingga kau mengemis, memintalah hingga kau menangis. Pun hal yang sama akan kulakukan, memintamu pada Tuhanku. Bukankah kita harus berjuang berdua untuk cinta yang telah kita mulai ini? Dan bukankah katamu dulu bahwa Tuhan itu adalah satu? Sampai jumpa dalam doa-doa syahdu kita. Kutunggu kau dalam pelaminan bertahtakan Doamu, dan aku.”

Bekasi, 22 Feb 2017

Ditulis berdasarkan kisah nyata

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun