Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Ragam Kisah Manis bersama 8 Tahun Kompasiana

26 Oktober 2016   12:56 Diperbarui: 26 Oktober 2016   13:07 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

24 tahun sudah, aku kembali menoleh ke belakang. Tentang banyak hal yang telah kulewati. Bukan aku tidak bersyukur tentang berkat yang telah kuterima dari Tuhanku, hanya saja aku merasa hidupku begitu-begitu saja.

Berbicara tentang prestasi? Aku tidak ada apa-apanya. Aku bahkan belum menunjukkan apapun pada kedua orangtuaku yang mungkin saja bisa membuat keduanya bangga. 48 jam seminggu berkerja dan aku masih belum berkontribusi apapun terhadap keceriaan dan terwujudnya setiap hal yang orang tuaku inginkan.

3 tahun silam, berkat seorang blogger yang kala itu membagikan sebuah artikel di Facebooknya, aku berkenalan dengan sebuah wadah dimana aku bisa menjadi apapun yang kuingini. Pembaca ketika aku ingin menjadi pembaca, penulis ketika aku ingin menulis, bahkan menjadi komentator ketika aku tidak terima dengan pernyataan pada beberapa tulisan.

Keberadaanmu setidaknya menghibur hatiku dan sedikit menghapus rasa bersalah akan belum adanya prestasi yang kutorehkan hingga saat ini walaupun sebenarnya di sinipun aku tidaklah begitu bagus.

Disini, di dalamnya ada banyak sekali tulisan mulai dari yang sangat bermanfaat hingga hanya keisengan semata, dari politik hingga tulisan berlarik. Merangkul semua kalangan, dari yang muda hingga yang tua, dari anak sekolah hingga ibu rumah tangga tanpa memandang kelas tulisan.

Tiga tahun bergabung bukan berarti aku setara dengan para suhu yang luar biasa dalam tulisan. Menuliskan sebuah artikel dengan analisa yang akurat, referensi terpercaya hingga terjun langsung ke lapangan demi sebuah artikel. Tidak tanggung-tanggung. Keseluruhanya dilakukan dengan taruhan kebenaran dan kepuasan pembaca akan artikel tersebut.

Adanya wadah ini kuakui menjadi salah satu metode jitu bagi diriku sendiri untuk mengobati kerinduan hati akan impian-impianku. Aku mulai menulis, mengisahkan apapun yang ada dalam benakku, memotivasi diriku sendiri melalui tulisan-tulisanku, meyakinkan diri untuk satu keputusan yang ingin sekali kuambil namun hatiku menolak untuk mempercayai diriku untuk melakukannya. Untung-untung, apa yang kutuliskan bermanfaat bagi mereka yang kebetulan membukanya lalu masuk ke dalam setiap kalimatnya.

Jika dibandingkan dengan mereka, tulisanku tidak ada apa-apanya. Sangat jauh dari apa yang kuharapkan, jauh dari apa yang ingin sekali dibaca setiap orang, jauh untuk menggelitik orang-orang untuk membukanya lalu menikmatinya.

Jangankan dulu, untuk sekarang saja, terkadang aku merasa sangat kecil setiap kali memposting tulisan di wadah ini.
Tapi apakah aku harus berhenti berekspresi lalu mencari wadah lain dimana aku bisa bersembunyi, cari aman, dan tidak akan ada yang berontak dengan tulisanku? Lalu, bukankah aku jauh lebih pengecut lagi jika demikian?

Aku belajar mengalahkan diriku, belajar untuk bertepuk tangan atas prestasi orang lain dan berhenti terus-terusan membandingkan diri dengan mereka. Aku terus menulis, mencoba seperti mereka. Menumpahkan satu topik pembicaraan yang sebelumnya telah disusun dalam benak berikut dengan analisa dan keakuratan isinya.

Aku suka memanfaatkan wadah ini untuk mengungkapkan isi hatiku saat senang, saat marah, saat galau dan saat-saat dimana kondisi tersebut mengundangku untuk menulis. Aku tidak tahu apakah tulisanku dibaca atau tidak, setidaknya apa yang terbersit dalam benakku bisa kuluapkan dan setidaknya itu membuatku sedikit lebih tenang.

Aku tidak tahu kapan aku mendapatkannya. Ada angka 2 yang menjadi angka favoriteku bertengger di jejerang Headlineku. Kapan aku mendapatkannya? Kita memiliki jawaban yang sama, tidak tahu. Walaupun sekarang, angka 2 itu menghilang secara misterius dari list HL ku.

Namun hari itu tiba, hari dimana ketika aku mulai menumpahkan satu topik penuh isi dalam benakku yang memang sudah kususun rapi dari jauh-jauh hari berikut dengan pemilihan kata-katanya. Seperti biasa, aku meninggalkannya begitu saja segera setelah tulisan diposting.

Artikel yang dibuat berdasarkan True Story teman. (Screenshot)
Artikel yang dibuat berdasarkan True Story teman. (Screenshot)
Suatu kebahagiaan yang sangat menakjubkan ketika aku membuka akun Kompasianaku, untuk pertama kalinya bagiku bercerita tentang bagaimana seharusnya anak muda jangan terlalu mengharuskan diri mencari kerja setelah wisuda, namun seharusnya lebih fokus lagi pada pembangunan usaha sejak dari bangku kuliah dimana tulisan didasari oleh True Story dari salah satu rekan kerja yang mengemukakan penyesalannya setelah memutuskan untuk meninggalkan usahanya lalu berpaling pada perusahaan.

 Beruntung dia memiliki kesempatan untuk menjadi seorang manager, jika tadinya dia tidak memiliki presetasi, mungkin saja dari dulu dia sudah ditendang dari perusahaan yang bahkan namanya sajapun mungkin tidak diketahui oleh pimpinannya. Tulisan yang kubuat ternyata diganjar Headline dengan sebuah hadiah foto untuk melengkapi artikelku.

Jangan tanya rasa bahagianya bagaimana! Aku merasa luar biasa! Akhirnya aku bisa melakukannya. Sesuatu yang kuanggap seperti hard to find pada akhirnya bisa kulakukan. Untuk pertama kalinya setelah tiga tahun, akhirnya aku melihat tulisanku bertengger manis pada tulisan teratas wadah ini dan menginspirasi banyak orang.

Kami berbagi di sana, kami bertukar cerita, kami bertukar kisah, saling memotivasi, saling memberi dukungan, saling mengingatkan untuk memulai, saling memberi dukungan, saling berbagi pengalaman.

Bagi yang membaca mungkin hal ini begitu sederhana, hanya sekedar tulisan yang kebetulan ‘ngena’ ke mereka dan menjadi ajang bertanya jawab dan mencari jawaban dari pertanyaan yang selama ini dicarinya. Tapi bagiku? Aku tidak menyebutnya prestasi, tapi mendapatinya menjadi Headline menjadikanku semakin termotivasi untuk menulis dan menulis lagi.

Bukan hanya tentang update update berita terbaru, wadah ini juga memberikan peluang pada mereka yang mau membuka diri untuk menjadi lebih baik lagi, berkarya, dan menelurkan sebuah buku bahkan mendapatkan uang tambahan yang bisa diperoleh dengan mengikuti blog competition-blog competition yang tak jarang dilakukan berkerja sama dengan sponsor dan jumlah hadiah yang cukup menggiurkan.

Lagi-lagi aku memiliki kisah lain dengan wadah ini. Pertama sekali aku menggunakan ojek online demi mengikuti acara ini. Hati dag dig dug, takut banget telat. Acara berlangsung pukul 10.00 WIB, aku berangkat dari rumah pukul 06.00 WIB, alhasil aku harus nunggu hingga kurang lebih 2 jam. Luar biasa! Pikiran rada ‘alay’ “gimana nanti ya di sana?” yang walaupun setelah acara berlangsung rupanya aku ‘baik-baik saja’.

Pernah juga aku tiba sangat cepat ketika mengikuti suatu acara, demi untuk kebagian buku Andy Noya. Setelah tiba, aku pikir belum bisa masuk, aku tungguin dan ketika masuk aku ENGGA KEBAGIAN! Nice!

Aku juga bertemu dengan beberapa teman baru yang walaupun belum terlalu dekat. Wadah ini juga memberiku kesempatan untuk datang ke lokasi-lokasi yang dalam benakku mungkin menginjakkan kakipun tidak, termasuk itu kantor PLN.

Aku bertemu langsung dengan Glory Oyong, bertemu dengan Kang Maman Suherman serta mendapat hadiah novel Re; karya beliau berikut dengan tanda tangan dan foto bareng melalui sebuah komunitas fiksi yang disebut Fiksiana Community. Pertama kalinya aku menikmati Festival Film Indonesia 2015 kemarin di Galeri Indonesia Kaya tepatnya di Grand Indonesia. Keseluruhan yang kunikmati ini diberi secara CUMA-CUMA alisa FREE oleh KOMPASIANA bahkan masih ada tambahannya, kadang kala ada goodie bag, hadiah kecil lainnya dari Kompasiana saat nangkring, ada juga hadiah yang bisa kita terima ketika memenangkan tweet competition dan jika kita mengulas keseluruhan berjalannya acara secara sempurna, seperti yang pernah kuterima ketika berhasil menjadi pengulas tiga terbaik di FFI 2015.

Berkatmu pula, aku berkenalan dengan seorang wanita cantik yang menginspirasi banyak orang untuk terus menulis, Syifa Annisa. Aku begitu takjub melihatnya dan kepiawaiannya dalam memainkan kata serta kalimat.

Tiga tahun berlalu bersama denganmu yang semakin luar biasa dan aku belum siapa-siapa. Aku tidak tahu apa ini kebetulan semata atau apa. Genap 8 tahun sudah umurmu, berketepatan dengan 24 tahunnya diriku 22 Oktober 2016 yang lalu. Selamat ulangtahun untukmu dan aku.

Aku mengikuti perkembanganmu dari tahun ke tahun yang hingga sekarang semakin digandrungi, semakin besar dan semakin melahirkan banyak sekali karya dan penulis-penulis baru yang awalnya hanya iseng-iseng semata bahkan kini telah hadir di Play Store.

Aku tidak bisa berpuisi ria, memberimu rentetan bait menyentuh untuk dinikmati banyak orang. Terimakasih Kompasiana telah hadir dan ukir banyak memori indah, terimakasih telah bersedia mengajariku banyak sekali hal-hal baru. Terimakasih telah membukakan mataku untuk bahwa ada banyak sekali hal di dunia ini yang belum kuketahui.
Semakin besar, semakin bermafaat, semakin membuka diri untuk menjadi wadah bagi banyak orang untuk mengembangkan diri, dan semakin baik lagi ke depannya.

Jayalah terus hingga sampai ke umur kita yang selanjut lanjutnya.

Selamat ulang tahun Kompa(si Ana)!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun