Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Belajar dari Bill Gates Pendiri Kerajaan Microsoft dan Kebab Turki Baba Rafi

22 Agustus 2016   08:11 Diperbarui: 22 Agustus 2016   08:17 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Saya belajar dari para pengusaha sukses. Salah satunya, Bill Gates. Dia bisa mendirikan kerajaan Micrrosoft, meski tidak tamat sekolah. Jadi intinya, untuk menjadi orang sukses tidak harus memiliki gelar akademis dan indeks prestasi (IP) tinggi” Hendy Setiono – Pemilik Kebab Turki Baba Rafi (Dikutip dari buku Wirausaha Muda Mandiri: Ketika Anak Sekolah Berbisnis).

Dalam buku yang tersebut di atas, ada beberapa diantaranya banting setir dari orang kantoran menjadi seorang wirausaha, ada yang benar-benar fokus untuk menjadi seorang wirausahawan sejak awal dan tidak memilih untuk berbakti pada satu dua perusahaan, bahkan ada yang meninggalkan bangku kuliah dan fokus pada usaha yang ditekuninya.

Bagi mereka yang belum pernah mencoba dan terjun langsung di dalamnya, mungkin akan bertanya-tanya, kenapa terlalu berani mengambil tindakan yang cukup ekstrim ini? Kenapa lebih memilih untuk berwirausaha dibanding duduk di bangku kuliah, mendapatkan ilmu sebanyak-banyaknya, wisuda degan IPK tinggi lalu direkrut dengan sendirinya oleh berbagai perusahaan yang sedang membutuhkannya?

Jangan mengira keputusan seperti ini adalah keputusan yang mudah untuk dilakukan. Saya yakin, seorang Hendy Setiono mungkin uring-uringan, galau, tidak bisa makan dan tidur untuk memastikan diri tentang pilihan yang dibuatnya. Meninggalkan bangku kuliah dan menghabiskan waktu pada usaha yang dirintisnya, berjuang untuk meyakinkan orang tua dan untuk pembuktian pada keputusannya.

Ada berbagai aspek kehidupan yang dijaga saat keputusan itu diambil. Taruhan nama baik di lingkungan sekitar, taruhan masa depan yang masih semu, yang terutama adalah kekecewaan orang tua.

Saya selalu takjub pada orang tua yang tidak memaksakan kehendaknya untuk dilakukan anaknya, yang tidak memaksakan cita-cita masa lalunya yang tidak tercapai untuk diwujudkan anaknya. Namun memilih untuk meneliti kemampuan yang dimiliki sang anak sejak kecil, menanyakan kesukaannya, lalu mengarahkannya pada sebuah tempat dimana kesukaan tersebut bisa menjadi masa depan bagi anaknya.

Sayangnya, tidak semua orang tua memiliki pemikiran yang seperti ini. Masih ada juga orang tua yang memaksakan anaknya untuk menjadi seorang Sarjana atau lulusan bergengsi lainnya tanpa mau tahu apakah si anak menikmati dunia tersebut atau tidak.

Saya beruntung memiliki seorang Mama yang ketika saya katakan, “Ma, saya jualan ini, Ma, saya jualan itu, Ma, habisnya sekian, Ma, omzet yang saya peroleh sekian”  Beliau selalu menjawab “Anak Mama hebat!”

Mungkin saya belum sehebat yang Mama saya bayangkan, namun kalimat positif dan mendukung yang didapat dari orang tua sudah sangat cukup bagi saya untuk melakukan sesuatu yang lebih lagi dari yang saya peroleh hari ini.  Tidak seekstrim seorang Hendy Setiono memang, meninggalkan bangku kuliah untuk sesuatu yang menjadi mimpinya, karena semasa kuliah, yang ada dalam benak saya bukan berwirausaha, namun fokus untuk bisa segera selesai dari dunia perkuliahan.

Tetapi setiap hidup membutuhkan kepastian dan pilihan bukan? Mungkin jika seorang Hendy Setiono dulu tidak fokus pada bisnisnya dan menghabiskan waktu di bangku kuliah, tidak akan ada kerajaan Kebab Turki Baba Rafi yang sekarang. Tidak akan ada Kebab Turki yang memberikan kesempatan bagi orang lain bisa menjualnya dan mendapatkan untung, tidak akan ada Kebab Turki dengan omzet yang mencapai Milyaran rupiah setiap tahunnya, dan tidak akan ada seorang Hendy Setiono pada buku tersebut di atas.

Seru sekali rasanya membaca kisah-kisah perjuangan hidup yang dirasakan oleh pengusaha-pengusaha ini. Pemilik kerajaan-kerajaan sesuai yang diimpikannya. Mereka yang berani melawan harga diri untuk sebuah harapan.

Ketika ketidakpercayaan diri melanda, saya kembali pada buku ini, berimajinasi tentang kehidupan yang dulu mereka jalani. Kegalauan yang mereka rasakan, sepertinya sedang saya putar ulang dalam kehidupan saya. Dan melihat kesukesan mereka, ada rasa hangat yang memintal diri masuk ke dalam hati bersamaan dengan harapan-harapan serupa layaknya yang mereka rasakan ada dalam kehidupan saya kelak.

Mungkin ada banyak sekali Hendy-Hendy lain yang ada di bangku kuliah saat ini. Menikmati dunia bisnis namun tidak berani untuk mengambil langkah pasti, tidak berani keluar dari zona nyaman, atau masih menggunakan alasan klasik “nanggung, selesain kuliah dulu. Bisa sambil berjalan.” 

Jika usaha yang kamu lakoni sudah menyatu dengan dirimu, habiskan dirimu bersamanya untuk saling mengenal dan mengetahui kekuatan produk serta kemampuan diri sendiri. Galau adalah hal yang sangat wajar untuk kamu rasakan, namun berani mengambil keputusan dan membuktikannya adalah wujud nyata seorang yang menginginkan perubahan ada dalam dirinya.

Seorang H.R Ahmad pernah berkata, "Sembilan dari pintu rezeki adalah berdagang.”

Semoga Bermanfaat.

Bekasi, 22 Agustus 2016

Efa. M. B

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun