Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Tak Perlu Takut Tak Kerja di Perusahaan, Anak Muda, Ayo Ciptakan Usahamu!

18 Agustus 2016   08:04 Diperbarui: 18 Agustus 2016   11:05 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - yang muda yang berwirausaha. (Kompas)

Kalau tidak pernah berani tersasar, kalian tidak akan pernah menemukan jalan baru (Christopher Columbus)

Saya punya seorang teman berkepala empat yang sekarang berhasil menjadi seorang manager setelah 18 tahun mengabdi pada satu perusahaan yang sama. Saat senggang, dia bercerita tentang masa lalu yang cukup disesalinya.

“Dulu, sebelum saya nikah, saya usaha ikan hias. Dari hanya 2 akuarium berisikan 5 ekor ikan hingga berkembang menjadi 100 akuarium dengan masing-masing berisi jumlah yang sama. Berawal iseng doang, sih, ada teman yang nyari ikan hias untuk dilombakan. Kebetulan saya punya dari dua akuarium itu, lalu saya berikan padanya yang terbaik secara cuma-cuma. Namun begitu, teman saya tetap ngotot ikan yang saya beri harus dibayar katanya biar engga menghambat kemenangan si ikan saat lomba nanti.

Saat itu, saya tidak mematok berapa harga yang akan diberikan karena dari awal saya memberi ikan itu tidak ada niat untuk menerima imbalan apa pun. Di luar dugaan, saya diberi Rp300.000,00 yang saat itu sudah sangat lumayan jumlahnya. Beberapa hari kemudian, teman saya datang lagi ke rumah dengan sumringah. Dia memberikan saya sebuah amplop putih yang katanya adalah hadiah karena sudah memberinya ikan hias.

Setelah saya buka ternyata di dalam amplop tersebut, ada uang tunai sebesar Rp2.000.000,00 yang diberikan kepadaku diperoleh setelah memenangkan pertandingan lomba ikan hias. Total hadiah yang diterimanya Rp5.000.000,00. Itu kenapa teman saya berikan saya jumlah yang cukup bikin kaget. Dari sana saya semakin bersemangat untuk membudidayakan ikan hias hingga bisa mencapai 100 akuarium tersebut dan dua orang staf yang bisa membantu saya untuk pengiriman ikan ketika ada yang pesan dan memberi ikan-ikan tersebut makan ketika saya sedang di luar.”

“Sekarang sudah berapa akuarium?”

Dia menjawab dengan tertawa. “Itu dia yang saya sesalin. Dulu lagi musim deketin anak gadis orang, masa kalau ditanya kerjanya apa saya jawab tukang ikan sih? Kebetulan ada tawaran kerja di sini ya saya terima. Bagaimanapun, kalau saya main ke rumah orang tua si gadis dan mereka bertanya tentang pekerjaan saya, saya bisa dengan bangga menjawab di perusahaan pertambangan. Semua ikan yang dulu saya punya langsung saya jual dan tidak saya budi dayakan lagi. Nyesel sih, di sini gaji engga seberapa soalnya. Bahkan kalau dibandingkan dengan pendapatan saya waktu masih main di ikan, ya mungkin kalau nilai tukar rupiah saat itu sama dengan sekarang bisa saya bilang saya dapat lebih banyak dari hasil penjualan ikan.”

Sesuai yang diungkapkan Christopher Columbus di atas, sayangnya, walaupun sudah mengetahui jalan baru, teman saya lebih memilih untuk menghabiskan waktunya di kantor daripada memulai kembali. Karena menurutnya, setelah tua, keinginan untuk memulai usaha itu sudah kecil. Sudah ada anak dan istri yang harus dipenuhi kebutuhannya. “Kalau mau mulai lagi, gimana anak istri saya mau makan nanti?”

Ada banyak sekali peluang bisnis yang sebenarnya bisa dijajaki, hanya saja ada lebih banyak lagi daftar alasan yang membuat peluang itu tertutup lalu ditinggalkan termasuk gengsi. Sarjana-sarjana lebih memilih mempersembahkan ijazah yang diperolehnya dengan kerja keras untuk mengabdi pada setumpuk tugas dan tekanan dari pimpinan.

Sumber foto: http://maulinho.blogspot.co.id/2014/11/bisnis-itu-aksi-nyata-bukan-cuma-ingin.html#
Sumber foto: http://maulinho.blogspot.co.id/2014/11/bisnis-itu-aksi-nyata-bukan-cuma-ingin.html#
Izinkan saya bertanya satu hal, pernahkah terpikir olehmu perusahaan besar yang menjadi tempatmu mencari hidup sekarang dulunya juga dimulai dengan merangkak?

Tidak ada satu usaha yang dibangun dengan begitu cepat dan mudah. Ada proses yang berperan di dalamnya hingga dalam satu titik waktu, ketika pembuktian itu sudah mulai terlihat, masyarakat bisa menerima keberadaannya dan mengakuinya. Kecuali jika orang tersebut memiliki peliharaan yang bisa bertanya, “Kuberi satu permintaan!” Sambil mengusap-usap dagu. Dan itu mustahil.

Bukankah menurutmu sangat sayang sekali, semua kerja keras yang kamu upayakan untuk kemajuan perusahaan pada akhirnya nanti, setelah tenagamu tak lagi dibutuhkan, akan menjadi milik mereka yang ada di atas yang bahkan mengetahui namamu pun tidak?

Bagaimana jika kamu memiliki pilihan lain yang lebih luar biasa lagi? Mulailah! Berjibakulah! Berupayalah! Menangislah! Dan buktikanlah! Tenang saja, hasil akhir dari tangismu pada akhirnya akan menjadi milikmu. 

Tidak masalah menghabiskan setahun dua tahun di sebuah perusahaan di mana kamu bisa mempelajari berbagai hal yang harus kamu ketahui untuk memulai. Namun, keluarlah dari sana dengan berbagai bekal, baik bekal modal maupun ilmu pengetahuan yang mendukung bisnis yang akan kamu garap.

Lalu bagaimana memulainya? Mulailah dari hal-hal sederhana yang ada di sekitarmu, hal-hal sederhana yang menarik perhatianmu, hobimu, kemampuanmu, dan teman-temanmu.

Bagaimana jika tidak mengerti dan mentok di tengah jalan? Ketika hatimu sudah menyatu dengan rencana usahamu, akan selalu ada jalan keluar bagimu dalam setiap pertanyaanmu. Yang diperlukan adalah kemauan dan kesetiaan hingga semua orang bisa melihat dengan jelas pembuktian dan kemampuanmu. Keberhasilan tidak mematok janji kapan untuk muncul di hadapanmu, namun kamu bisa memanggilnya kapan pun dengan bayaran keringat dan kerja kerasmu.

Bekasi, 18 Agustus 2016

Efa M. B

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun