Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pie? Iki Bocah Mau Diangkat Jadi Duta Apa?

9 Mei 2016   17:04 Diperbarui: 9 Mei 2016   17:23 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu lalu, Indonesia dikagetkan oleh guyonan seorang artis cantik, "idola banyak orang" yang "ngasal" jawab lambang sila kelima adalah Bebek Nungging. Tak lama berselang, yang bersangkutan diangkat jadi duta Pancasila. "Pekerja seni itu sekali ngomong punya dampak besar. Karena mereka public figure, jadi akses ke media dan publik kuat. Kalau kayak saya politisi, ngomong di seribu pengajian belum tentu efektif. Sedangkan mereka sekali ngomong di media sosial langsung berefek besar. Jadi mereka ini sangat strategis, kita dorong untuk menjadi duta," jelas Abdul Kadir (Sumber: Ini)

Tak lama setelah itu, seorang siswi SMA yang mengaku sebagai anak mantan Kapolda Riau yang kini bertugas sebagai Deputi Bidang Pemberantasan di Badan Narkotika Nasional dan belakangan mengancam seorang Polwan ketika ditilang karena dengan sengaja memasukkan penumpang ke dalam mobil sedan yang ia digunakan lebih dari kapasitas seharusnya. Dan ternyataaa... Dia bukan anak dari nama yang disebutkan. Hanya sebatas keluarga jauh dan itu diakui oleh yang bersangkutan.

Lagi-lagi hal serupa dengan sang artis kembali terjadi. Siswi cantik tersebut diangkat menjadi duta narkoba. Beruntung kali kau, Dek masih kerabatan sama pejabat!

Dan saat ini, kembali muncul hal serupa. Beberapa anak muda (meminjam bahasa dari teman saya: Minta disniper!) dengan aksinya yang menduduki kepala patung pahlawan revolusi di Simalungun muncul ke permukaan. Bedanya untuk kasus sekarang adalah, anak-anak muda ini bukan siapa-siapa. Bukan seorang artis yang memiliki pengaruh besar ketika mengucapkan satu dua kalimat, bukan juga seorang anak dari orang penting di negeri Indonesia sehingga bisa diselamatkan ketika bertindak sembrono.

Lalu muncul satu pertanyaan yang saya yakin juga menggelitik di benak banyak orang. Mereka yang bukan anak siapa-siapa ini akan mengalami nasib seperti apa? Terjerumus dalam pasal atau malah syukur-syukur diangkat jadi "Duta" tertentu yang dianggap bisa untuk meningkatkan etika masing-masing anak?

Sumber foto

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun