Satu hal yang paling saya sukai di film ini adalah, bahkan ketika adegan yang menghanyutkan sekalipun, ada saja dialog Milly yang pada akhirnya mengundang gelak tawa penonton. Dialog ini diikuti dengan mimiknya yang kelihatan tidak bersalah sama sekali saat mengucapkannya sehingga kelucuan cerita semakin terasa. Balance. Romatis iya, kesal iya, bahagia iya, tegang iya, lucupun iya.
Bertemu dengan Rangga akhirnya menjadi pilihan Cinta. Ini dilakukan untuk teman-temannya dan memastikan antara dirinya dan Rangga sudah tidak ada apa-apa lagi. Hanya ada dia dan trian.
Pertemuan yang direncanakan hanya akan memakan waktu hingga 2-3 jam saja ini ternyata jauh dari perkiraan. Cinta mendapati banyak sekali kejutan saat menghabiskan waktu dengan Rangga. Fakta tentang bisikan Papanya pada Rangga, fakta tentang tidak adanya wanita lain yang bisa menggantikan posisi Cinta di hati Rangga serta pengalaman-pengalaman baru yang membawa mereka pada kisah manis yang lebih dalam lagi. Hingga waktu berputar menjadi subuh. Cinta lupa oleh-oleh untuk Trian, tunangannya.
Subuh menghilang berganti pagi. Rangga dan Cinta tiba di Vila penginapan. Tanpa terasa akhir dari perjumpaan ini mengantarkan mereka pada satu titik emosional yang tak terbendung, lalu ciuman itu pun terjadi.
Bahkan hingga sekembalinya mereka ke Jakarta, Cinta masih diselimuti bayang-bayang kenangannya bersama Rangga. Sekali lagi Rangga berusaha untuk menemuinya di Jakarta dan Cinta menolak. Berusaha untuk melanjutkan pertunangannya dengan Trian walau dia sendiri tahu hatinya bohong.
Rangga tidak terima dengan penolakan Cinta lalu memaksa masuk ke Galeri Cinta walau waktu kunjungan sudah tutup. Rangga masih berharap satu kesempatan lagi untuk memiliki Cinta. Kalimat tolakan Cinta perlahan mengantarkan Rangga mundur dan keluar dari Galeri, sayangnya, kepergiannya bersamaan dengan datangnya Trian sehingga pertemuan itu tidak terelakkan.
Satu purnama berlalu, Cinta masuk ke dalam sebuah cafe di Brooklyn, bersamaan ketika seorang wanita memeluk pria yang dicarinya. Langkahnya mundur rapi lalu menjauh. Sebuah salah paham yang begitu menyakitkan mengingat dia harus memberanikan diri untuk datang ke negeri orang demi seorang yang sudah dibohonginya. Tentang hatinya.
"Dia karyawan saya, saya baru saja naikin gajinya lalu dia memeluk saya karena bahagia." Rangga menjelaskan singkat padat dan jelas dengan tergopoh-gopoh setelah berusaha mengejar Cinta. Cintanya.
"Semua yang saya katakan saat di Jakarta, itu bohong."
Dan ya, sebuah pilihan telah ditetapkan. Mulut bisa saja berdusta, namun hati? Iya tahu apa yang diinginkan. Trian bukan pilihan akhir. Ada takdir yang berperan di sana. Ketika lamaran dari Trian baru saja diterima, Rangga memunculkan batang hidungnya dan memporakporandakan semua rencana hanya dalam hitungan hari. Cinta kembali kepelukannya.
Semua kisah manis ini semakin dipermanis dengan kumpulan puisi "TIdak Ada New York Hari Ini" oleh M. Aan Mansyur.