Seusai sambutan, dan sesuai arahan yang telah disampaikan oleh Mba Widha selaku MC, pemagang dibagi dalam tiga kelompok dengan jumlah 5-5-4. Pun dengan kompasianer dibagi menjadi 3 kelompok dengan jumlah 10 orang untuk masing-masing kelompok serta tiga juri untuk masing-masing kelompok, dua juri dari Kompasiana dan satu juri dari PLN.
Saya masuk ke dalam kelompok yang ditempatkan di ruang Teuku Umar bersama dengan 9 orang Kompasianer lainnya, sementara juri yang dipercaya untuk menilai pemagang di ruangan ini adalah Bapak Imade selaku KSKOM - PT. PLN (Persero), Mas Iskandar Z dari Kompasiana serta Getar Jagatraya yang juga dari Kompas.
Tidak perlu menunggu lama untuk dimulainya sidang, peserta pertama memasuki ruangan Teuku Umar setelah sebelumnya mendapatkan pelatihan intensif dari suhu-suhu Kompasiana. Teknik menulis berita, straight and hard new, feature news serta opini yang dimentori oleh Kang Pepih Nugroho, mengenal dan membuat blog oleh Mas Nurulloh, penulisan online yang prinsipnya sama dengan menulis berita online yang disampaikan oleh Mas Iskandar Zulkarnain atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mas Isjet, bahasan mengenai “How To Be a Key Opinion Leader” oleh Mas Hilman serta cara pembuatan fotoblogging serta videoblogging oleh Fikria Hidayat.
1. Ibu Rosmalina
Sebagai seorang Praktisi Public Relation PLN yang bertanggung jawab membentuk opini publik serta meningkatkan kepercayaan untuk menentukan sukses atau tidaknya aktivitas dalam pelaksanaan program perusahaan, dan sesuai dengan apa yang telah diterima dari para tentor selama magang membuat beliau memutuskan untuk mengangkat topik presentasi dengan judul: “Cara Mengaplikasikan Pengalaman Magang di Kompasiana untuk Unit Kerja dan Perusahaan”
Hal yang menarik dari penampilan pemagang pertama ini tentu saja adalah cara Beliau menyampaikannya. Walau presentasi berjalan lancar, dan tepat waktu tidak bisa dipungkiri ada nada gugup pada suaranya sepanjang penyampaian materi maupun ketika menjawab pertanyaan dari tim juri dan Kompasianer. Bahkan hal ini juga diakui ketika akan keluar dari ruang Teuku Umar "Saya gugup sekali, Pak" Candanya sembari tersenyum manis dan menjabat tangan para juri.
Selama magang, Beliau berhasil menulis empat tulisan. Menurutnya, ilmu yang diperoleh selama magang akan digunakan untuk keperluan majalah internal PLN, sosial media PLN, media cetak lokal dan nasional. Baginya, ilmu yang disampaikan oleh Suhu-suhu Kompasiana mampu menjadi wadah pendekatan yang berkesinambungan dan interaksi antara PLN dengan publik.
Lanjut diakuinya, ada beberapa kelemahan yang membuatnya sedikit kesulitan selama mengikuti magang, yaitu meja kecil seperti meja di ruang kuliah, koneksi wifi yang kurang lancar, cara editing video yang belum diajari, beberapa kesulitan ketika akan menghadapi narasumber (harus ada ijin, objek belum tentu bersedia untuk diwawancarai) serta keadaan baterai smartphone yang kapan saja bisa mati setelah digunakan terus menerus untuk kepentingan pencarian informasi. Namun begitu, alasan-alasan tersebut tidak menjadi penghalang baginya untuk terus belajar lebih memahami media interaksi tanpa tatap muka ini.
Tips menarik yang saya dapatkan (dan mungkin bisa dimanfaatkan oleh Kompasianer yang lain) dari Mas Getar di sesi ini adalah bahwa pembuatan video dengan menggunakan handycam saat pengumpulan informasi kurang efisien. Penggunaan smartphone justeru lebih baik karena memiliki pilihan pause yang memberi kesempatan pada pencari informasi untuk stop merekam dan melanjutkan dengan hasil yang masih dalam satu video.