Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[My Diary] Bahkan Hati Menegur Takutku Lembut

13 April 2016   21:24 Diperbarui: 13 April 2016   21:31 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                      Fiksiana Community 

Dear Diary

Halo Diaryku.

Hari ini aku letih sekali. Dan lagi-lagi aku berterima kasih dengan keberadaanmu yang siap 7 hari 24 jam untuk menemaniku, menampung semua keluh kesahku, diam dengan semua ocehanku dan tidak memberitahu siapapun tentang apa yang kurasakan. Bersamamu aku merasa semua cerita sepanjang hariku aman. Hehehe. Terima kasih, Ry!

Ry, hari ini aku seharian berada di depan komputer. Mengisi semua putaran jam dengan kesibukan. Aku sangat tidak berharap memiliki waktu luang sedikitpun dan membiarkan otak dan hatiku bersekongkol untuk kembali membahas semua hal yang bisa membuatku galau. Sungguh, Ry, aku merasa seperti seorang wanita yang sangat lemah ketika galau. Dan yang paling kubenci saat galau itu datang adalah ketika aku tidak memiliki kalimat yang sangat tepat untuk menggambarkan bagaimana rasa hatiku saat itu. Dibilang sakit, lebih dari sakit. Dibilang nyeri, tapi ya bukan nyeri juga. Komplit Ry rasanya, bikin merinding dan hati "nyes-nyes". Ry, please jangan tanya padaku apa arti kata itu! Aku membuatnya hanya untuk sebutan bagi diriku sendiri tentang rasa yang tidak bisa kuungkapkan.

Kembali ke pekerjaanku, Ry. Hari Senin besok, project yang aku handle saat ini sudah harus tayang tanpa peduli aku bisa atau tidak. Yang Beliau tahu, ya aku harus bisa dan tidak ada alasan bagiku untuk tidak bisa! Bukankah aku digaji setiap bulan untuk disuruh dan diperintah? Ah, Diary, rasanya hatiku berontak menerima sebutan itu untuk diriku sendiri. Tapi ya bagaimanapun, aku harus tetap melakukannya kan? Itu pilihan hidupku. Memilih bekerja di perusahaan lain dan mengabdi di sana dengan konsekuensi segala bentakan, tekanan dan apapun itu harus siap kuterima. Dan atasan yang begitu baik terus memberikan semangat padaku sebagai tim untuk bersama-sama menyelesaikan project tersebut. Aku sungguh lelah, Ry. Mataku rasanya melihat warna putih terang bahkan ketika aku sedang berada di tempat dengan backgroun warna yang berbeda. Mungkin karena kebanyakan berada di depan layar. Dan kamu tahu, Ry apa kata hatiku? Aku seolah bisa mendengarnya menegurku lembut di sana. "Ada harga untuk setiap kesuksesan yang ingin kamu raih, teruslah berusaha dan jangan cekoki aku dengan keluhan-keluhan tak bermutu yang hanya menghabiskan waktumu tanpa hasil itu!" Aku seperti mendengarnya dengan sangat jelas.

Diary ku, aku belum pernah terjun dalam hal yang seperti ini sebelumnya. Menurutmu gimana, Ry? Aku seolah tidak yakin dengan diriku. Aku seperti orang buta yang ingin berjalan tanpa diberi tongkat atau pegangan untuk mengantarkanku ke tujuan. Hanya meraba di sepanjang tembok tak terlihat tanpa tau akhirnya dimana dan tetap berjalan berharap akan ada tembok terakhir yang mengantarkan pada bola mata baru yang memberikanku penglihatan tentang apa yang telah kuperjuangkan selama ini.

Ry, aku mau melakukan semua itu. Tapi bagaimana kalau akhirnya di tengah jalan hasil dari pekerjaanku tidak terlihat mencolok walau telah sebanyak apa yang aku korbankan untuk itu? Bagaimana jika teman-temanku tahu aku melakukan pekerjaan yang tidak sehebat mereka? Bagaimana kalau ternyata pekerjaan yang kuupayakan ini pada akhirnya tidak memberikanku masa depan? Ry, aku benci mengatakannya. Aku kembali dipeluk galau bahkan ketika aku mencoba untuk mengusirnya jauh dari benakku.

Tidakkah bagimu itu lucu? Aku terlalu menakutkan banyak hal tanpa tahu apa itu akan benar-benar terjadi atau tidak? Apa aku sepengecut itu, Ry? Bagaimana aku bisa menjawab semua pertanyaan itu jika aku tidak menyelesaikan tugas ini? Setidaknya jikapun kenyataan yang akan terjadi nantinya memang akan sepahit itu, Ry, aku rasa aku siap. Setidaknya aku pernah berjuang. Berjuang untuk sesuatu yang ingin kuwujudkan. Dan Ry, jika ternyata nanti kenyataan lebih ramah dari khayalanku, setidaknya aku bisa sedikit lebih lega dan berhasil menaklukkan takutku.

Hei, Ry! Kamu tahu? Aku rasa aku benar-benar seperti mendapatkan suntikan energi full yang membuatku percaya bahwa aku bisa! Ry, sungguh! Aku sangat mencintaimu.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun