Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Tantangan 100 Hari Menulis Novel] The Oxygen

15 Maret 2016   21:43 Diperbarui: 15 Maret 2016   21:59 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Tangan mungil itu memegang erat pada tangan yang menjulur dari atas. "Please, jangan lepasin gue!"

"Enggak akan."

Entah tetesan peluh ke berapa membasahi wajahnya yang jatuh dari wajah pria itu, dia tak lagi perduli.

"Ayun badan, Lo. Gerakin kaki! Gue di sini buat nyelametin Lo, okee?!” Matanya menatap tajam pada gadis mungil yang kini menggantung di flyover jalanan besar Jakarta. Menyuntikkan janji dan kepastian tentang keselamatannya melalui tatapan mata yang diharapkan bisa berhasil walau tak bisa dipungkiri degub jantungnya terasa meningkat entah berapa ratus kali lipat hanya untuk menyelamatkan sang gadis.

Gadis mungil itu balas menatap matanya sesaat. Tidak ada jawaban. Tak lama, dia memejamkan mata, menelan air liur. Sekian detik setelah membuka mata, sekali lagi dia kembali menatap ke bawah, meyakinkan diri dengan segala kejadian yang tengah dihadapinya telah usai.

Bus yang dinaiki mereka menabrak sempurna pembatas flyover lalu terguling hingga akhirnya jatuh dan meledak. Kobaran api yang berasal dari ledakan bus masih cukup besar untuk memanggang dan menghancurkan dirinya dalam hitungan menit jika sampai dia terjatuh.

Matanya masih sempat berkelana menyapu bersih pemandangan di sekelilingnya. Kendaraan yang berlalu lalang, lampu lalu lintas hijau yang sedang menyala. Kemacetan yang cukup panjang di area jatuhnya bus yang mungkin akan semakin panjang nantinya, sekian banyak masyarakat yang kaget, dan tak sedikit yang berkeliling menonton kejadian yang sangat jarang terjadi ini tanpa melakukan apapun walau ada beberapa diantaranya yang berlari ke sana ke sini dan memegang handphone mereka masing-masing. Entah untuk apa, dia hanya bisa berharap satu bantuan yang bisa menyelesaikan semua mimpi buruk ini.

"Phuffh! Gue siap.” Wanita itu kembali mengedipkan mata lalu mengangguk mantap. Arghhh!!!" Kaki kanannya mencoba menggapai tepi flyover yang telah bersih dari pembatas akibat insiden yang baru saja diselesaikan olehnya. Tangannya berpegang erat pada  tangan pria tersebut. Sementara pria itu berjuang menariknya ke atas hingga urat-urat disepanjang tangannya menyembul timbul dan tampak jelas di kulit coklatnya. Gadis itu membantu meringankan tubuhnya untuk menyelamatkan diri. Bergegas berada di tempat aman dimana dia bisa kembali menikmati "Oksigen" yang sesungguhnya.

"Ughhhh.. I got you! I got you!" Tangan kokoh pria itu memeluknya erat sesaat setelah berhasil menjejakkan kaki di jalanan. Mereka mundur menjauh dari pinggiran flyover tak perduli dengan beberapa kendaraan yang menepi di sana mencoba untuk menolong, beberapa tak berhenti membunyikan klakson berharap kejadian ini secepatnya usai hingga tidak mengganggu perjalanan mereka ke tempat tujuan dan mereka terhindar dari kata terlambat!.

Dari kejauhan sirine terdengar semakin mendekat ke lokasi kejadian. Kendaraan-kendaraan pribadi meminggir memberi jalan. Pria itu menatap gadis mungil di pelukannya. Rambut kuncir kudanya awut-awutan, darah segar mengalir dari pelipis dan bibirnya, pipinya lebam membiru. Tak lama, tubuh gadis tersebut semakin melemah hingga akhirnya ambruk di pelukan sang pria.

"Hey...Heyy.. Bangun!!" Tangan pria itu mengguncang bahunya, menepuk wajahnya. Kekuatan yang seolah semakin habis disedot alam membuat sang gadis tak mampu bahkan untuk memberi jawaban termudah sekalipun. Setidaknya mengedipkan mata atau tersenyum. Teriakan pria itu samar di telinganya, matanya mengedip perlahan lalu semua terlihat gelap pekat.

Pria tersebut mendekapnya erat. Merangkul dalam pelukannya. Berlari menuju sebuah ambulans yang entah bagaimana bisa menghampiri mereka. Sementara beberapa tim penyelamat yang lain mengambil posisi mengamankan kobaran api di bawah sana. Pria itu meletakkan tubuh sang gadis pada tempat tidur dorong yang telah disiapkan oleh tim medis,  dan akhirnya semuanya menggelap...

 

*Karya ini untuk mengikuti tantangan 100 hari menulis novel Fiksiana Community

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun