Mohon tunggu...
Een Nuraeni
Een Nuraeni Mohon Tunggu... Administrasi - pekerja sosial

"Orang yang tidak menulis, tidak punya sejarah"

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menikah = Membeli Pakaian

30 Mei 2021   11:18 Diperbarui: 30 Mei 2021   11:42 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa jadinya jika kita tidak menggunakan pakaian? Telanjang... (OMG!!!)

Malu tentu saja. Tidak usah dijelaskan bagaimana rasanya. Coba saja bayangkan dirimu tanpa pakaian dalam sehari saja dan melakukan aktifitas seperti biasa, apa bisa? Ke Pasar,  tempat kerja, ke sekolah, keluar rumah, bahkan di dalam rumah pun pasti akan risih sekali.

Lantas bagaimana jika pakaian kita jelek atau kotor?

Malu juga. Tidak percaya diri dan mungkin enggan bertemu dengan banyak orang saat kita mengenakan pakaian tersebut.

Dalam hidup, kita memerlukan pakaian sebagai kebutuhan pokok. Pakaian kita butuhkan setiap hari. Bahkan saat ini, fungsi dan tujuan berpakaian pun sangat banyak. Tidak hanya sebagai penutup tubuh tapi juga  bentuk kesopanan, kepantasan, kebanggan, gaya, ciri khas, identitas dan bahkan menunjukan kelas seseorang.

Apa hubungan pakaian dan 'menikah'?

"Istri-istrimu adalah pakaian bagi kamu sekalian, dan kalian adalah pakaian bagi mereka"

(QS. Al Baqarah; 185)

Tentang dengan siapa seseorang ingin menikah, bisa jadi sama dengan pertanyaan 'pakaian mana yang ingin ia kenakan?'

Memilih pasangan bisa dianalogikan dengan memilih pakaian. Menikah sama dengan membeli pakaian itu. Membeli pakaian untuk digunakan dalam jangka waktu yang lama.

Pakaian apa yang dibutuhkan, pakaian mana yang menurut dia nyaman digunakan, pakaian mana yang sesuai untuk tujuannya, pakaian mana yang mampu ia 'beli', pakaian mana yang mudah dia rawat, pakaian mana yang tidak mudah rusak, pakaian mana yang mampu membuatnya percaya diri saat dikenakan.

Pantaskah jika aku berpakaian seperti ini ke sana..

Kebutuhan pakaian seseorang bisa berbeda dengan orang lain. Tergantung siapa dirinya. Tergantung ke mana tujuannya.

Bila dia adalah seorang Kiyai/Ustadz tentu kebutuhanya akan pakaian muslim (sejenis koko) mungkin lebih prioritas dibandingkan pakaian kerja (sejenis kemeja). Namun,  bila dia adalah seorang pekerja, tentu yang prioritas bisa berbanding terbalik dengan kebutuhan pakaian seorang Kiyai/Ustadz tadi. Kenyamanan pun pasti beda. Meskipun bisa saja digunakan keduanya.

Apa yang kita pilih dan gunakan juga harus sesuai tujuannya... 

Jika tujuan kita pesta, maka pilihlah pakaian pesta. Jika tujuan kita sekolah pilihlah pakaian untuk sekolah. Jika tujuan kita untuk bekerja, pilihlah pakaian bekerja. Jika tujuan kita tempat ibadah, maka  pilihlah pakaian sopan untuk beribadah. Mau kemana?

Jika tujuan kita beberapa tempat sekaligus, pilihlah pakaian yang paling nyaman digunakan.

'Begitupun menikah, memilih pasangan. Tergantung ke mana tujuanmu dan dengan siapa menurutmu kamu bisa pantas menuju ke sana.'

Soal selera berpakaian...

Selera setiap orang berbeda-beda. Ada yang senang menggunakan berpakaian formal, casual atau glamour. Ada yang senang warna-warna cerah, namun ada juga suka warna kalem atau bahkan monokrom. Selera tersebut sedikit banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Jika kita terbiasa berada dilingkungan formal, maka selera berpakaian pun akan cenderung ke formal.

Soal selera sepertinya bisa fleksibel dan kadang bisa kalah oleh lingkungan. Misalnya, selera kita glamour tapi kita dihadapkan dengan lingkungan relegius seperti pesantren. Apakah kita akan tetap memilih pakaian glamour untuk dikenakan? Atau demi kenyamanan, kita akan menggantinya dengan pakaian yang lebih sesuai?

Saran orang lain...

"Ini bagus loh, cocok buat kamu..."

Terpengaruh? Biasanya iya. Tapi jangan sampai menyesal karena tidak berpikir ulang atas saran orang lain. Kembalikan semua keputusan pada hatimu, jika memang cocok, nyaman dan kamu suka apapun saran orang lain. Ambil saja.

Jangan lupa mengukur kemampuan...

Kemampuan. Jika tidak mampu membeli pakaian mahal jangan dipaksakan. Jikapun bisa memaksakan diri memilikinya kamu akan bingung akan menggunakannya ke mana. Apakah pantas pakaian mewah nan mahal dipakai ke pasar tradisional atau dipakai sehari-hari. Kalau pakaian itu bisa berbicara, mungkin dia akan berteriak "Aku tidak pantas disini....Aku terlalu indah disini, Aku ingin pulang " Wkwkwk. Tidak cocok dengan lingkungan kita.

Bisa saja, bisa. Tapi bukankah akan tidak nyaman, merepotkan dan sayang sekali rasanya 'kemewahan itu' yang kamu beli dengan banyak pengorbanan. Manfaatnya pun terbatas hanya untuk acara penting dan pesta saja. Tentu bisa dibanggakan jika memang tujuanmu mencari pakaian untuk itu.

Pakaian sederhana (menurutku)  tentu akan lebih nyaman, fleksibel, dan sepertinya bisa lebih bermanfaat dapat digunakan kemana saja. Hal ini berlaku jika kamupun adalah orang yang memang masih berada di lingkungan 'sederhana' dan masih jauh dari kemewahan. Kebutuhannya dan tujuan berpakaian masih soal kenyamanan dan bukan kebanggaan.

Sesuai saja dengan kemampuan, pakaian yang sederhana bukankah akan lebih menenangkan batinmu, dan bisa digunakan dalam jangka waktu panjang dilingkunganmu? Dibandingkan pakaian mewah yang hanya bisa digunakan sesekali.

Tergantung tujuan dan fungsi yang kamu inginkan dari pakaian yang kamu pilih...

Agar tidak malu karena tidak berpakaian ditengah banyak orang (menjaga harga dirimu).

Untuk melindungi diri dari panas dingin.

Untuk menjaga diri dari bahaya.

Untuk memberikan kebanggan.

Untuk memberikan kenyamanan.

Atau untuk apa? Kamu membeli pakaian itu.

Jangan lupa merawatnya, jika sudah dibeli..

Dan jangan lupa, setelah membeli pakaian juga kita harus merawatnya. Dicuci, diberi pewangi, dijemur dan disetrika agar bisa rapih, bersih dan nyaman digunakan.

Sebagus dan semewah apapun pakaian yang kamu belimu, jika lalai kamu rawat dalam jangka waktu lama akan lusuh juga bukan?

'Bagitupun dengan pasanganmu nanti,  seseorang yang kamu nikahi harus kamu rawat. Waktu bisa merubah semuanya..... jika kamu lalai, sebaik apapun pilihanmu akan terlihat jelek dimatamu'

Pantaskah aku jadi pakaiannya...

"Sudikah memakai ku?"

Akupun mematut diri didepan cermin.

Siapkah kamu memakai pakaian seperti 'aku' ini? 

Setiap hari mengenakan pakaian model 'aku' ini. 

Bertemu dengan banyak orang dan berjalan kebanyak tempat dengan pakaian bernama 'aku ini. 

Seumur hidup.

Aku tidak ingin membuat kamu merasa malu dan minder dengan pakaian yang kamu kenakan. Aku ingin kamu tampak gagah dan percaya diri dengan pakaian yang kamu kenakan. Aku ingin kamu menyukai pakaianmu. Mensyukuri pakaianmu karena bisa memiliki dan menggunakannya.

Bukan karena begitu cantik dan tampak mewah.

Tapi karena kamu merasa cukup dan nyaman saat mengenakannya.

Bukan karena sangat mahal harganya.

Tapi karena kamu merasa bersyukur memilih dan bisa memilikinya.

Bukan karena rasa bangga saat mengenakannya.

Tapi karena kamu merasakan manfaat dan keberkahan saat memakainya.

Dengan pakaian itu, semoga kita bisa menutupi kekurangan satu sama lain. Semoga bisa melindungi satu sama lain. Bahkan menghiasi satu sama lain.

Mari merawat pakaian satu sama lain.

Ini tentang pakaian bernama 'aku': Diriku, secara fisik, sikap, prilaku, kebiasaan, pekerjaan, keluarga, dan semua yang melekat. 

 "Istri-istrimu adalah pakaian bagi kamu sekalian, dan kalian adalah pakaian bagi mereka"

(QS. Al Baqarah; 185)

Semoga bermanfaat. Waallahu a'lam bisawab.

30/05/2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun