Beberapa waktu yang lalu aku berkenalan dengan seseorang yang benar-benar baru dan kami tidak kenal sama sekali sebelumnya. Kami ngobrol secara langsung hanya sebentar dan lanjut chatting beberapa hal yang perlu diobrolkan terkait pekerjaannya melalui Whatsapp. Orang ini bilang kalau dia merasa sudah kenal dekat lama denganku padahal kami baru berkenalan.
Dia merasa nyaman ngobrol denganku bahkan dengan ringan menceritakan tentang hal-hal yang jarang sekali dia ceritakan kepada orang lain, apalagi yang baru dikenal sehari. Diapun heran, kenapa dia bisa bercerita padaku sejauh itu, tentang kehidupannya termasuk 'aib' nya , mengatakan hal-hal yang seharusnya diketahui olehku jika kita sudah berteman lama atau aku adalah teman dekatnya. Dia menyadari itu diakhir ceritanya, mungkin sedikit menyesal karena bercerita terlalu banyak kepada orang baru.
Dia bukan orang pertama yang mengatakan hal seperti itu, dan akupun heran hal seperti itu bisa sering terjadi padaku. Aku mudah membuat orang lain nyaman bercerita seolah-olah aku sudah kenal lama dengannya, padahal bisajadi itu adalah pertemuan pertama aku dengan orang tersebut. Kenapa mereka dengan mudah percaya dan menceritakan banyak hal tentang dirinya? Akupun kadang heran. Aku tidak pernah berusaha memancing mereka untuk bercerita. Hanya obrolan biasa, santai dan tanpa tujuan apapun. Aku hanya belajar menyukai teman bicaraku, tertarik tetang dirinya bukan dalam arti khusus. Menurutku, pengalaman setiap orang dalam hidupnya itu berharga dan unik. Aku senang jika ada orang lain yang mau terbuka bercerita.
Oia, satu hal yang menarik sebelum melanjutkan soal memulai hubungan.
Kebanyakan dari kita menyebut dan menganggap orang lain itu 'lawan bicara'. Padahal lebih nyaman jika kita sebut dan kita anggap orang lain sebagai 'teman bicara'. Lebih ramah dan enak didengar bukan? Kecuali kita memang sedang berada dalam suatu acara debat. Setiap orang pasti mendambakan punya teman bicara yang baik dalam hidupnya. Maka beruntunglah bagi mereka yang memiliki sahabat, apalagi  teman hidup (pendamping) yang bisa sekaligus menjadi teman bicara yang menyenangkan.
Oke, mari kita lanjutkan....
Hal ini pernah kutanyakan kepada salah satu teman dekatku.
"Menurutmu, kenapa ada beberapa orang merasa nyaman bercerita denganku dan terbuka soal hal-hal pribadi mereka padahal baru pertama bertemu?"
Menurutnya, aku bisa memahami perasaan orang tersebut (bisa berempati), mengerti kekhawatirannya dan bukan orang yang suka men judge atau menilai orang hitam dan putih. Jadi orang lain juga tidak sungkan menceritakan banyak hal, merasa aman tidak akan dihakimi atau dinilai buruk. Ini yang katanya sering dilakukan seorang psikolog atau psikiater. Bedanya, aku tidak bisa memberikan solusi, hanya mendengarkan. Hehehe....
Menurutnya juga, aku cukup tolerant dan bisa tahan mendengarkan hal-hal yang sebenarnya tidak ingin kudengar, bahkan hal-hal yang sebenarnya tidak sesuai dengan prinsipku sendiri. Aku tidak berusaha tidak membantah atau mendebatnya dan membuat orang lain merasa kalah. Menurutku hal itu tidak ada gunanya, hanya akan membuat teman bicaramu tidak nyaman. Biarkan saja orang lain berbicara dengan apa yang dipikirnya baik, pemahaman orang kan berbeda-beda. Tidak perlu memaksakan pemahaman kita kepada orang lain, apalagi orang yang baru kita kenal. Meskipun dalam hati kita tidak setuju dengan apa yang dikatakannya, selama itu tidak merugikan kita tidak perlu dibantah. Biarkan saja. Toh baru kenal. Ingat  ya, dia ini 'teman' bukan 'lawan'.
Banyak orang senang menjadi penilai dan ingin memenangkan percakapan saat berbicara dengan orang lain. Padahal kita tidak berada dalam kontes debat atau lomba apapun. Tujuan kita kan berteman atau memulai suatu hubungan, bukan memenangkan perang. Tahanlah diri untuk menilai orang lain ketika dia menceritakan tenang dirinya. Kita sering langsung menilai orang lain: ini orang ga bener nih, kafir nih orang, ini orang pemahamannya cetek nih, ini orang sesat nih, dia fanatik, dia ini pelit kayaknya, dia ini so tau, dia ini ribet orangnya, dan lain-lain. Pikiran kita sibuk menilai. Bahkan terlalu cepat menilai terlalu jauh. Tak jarang juga ada yang langsung menunjukan ketidaksukaannya dan pergi.
Tidak ada manusia sempurna dan sama pemahamannya dengan kita seratus persen. Perbedaan itu pasti ada, tidak mungkin tidak. Jangan terlalu cepat menilai baik buruk seseorang pada saat awal memulai hubungan apapun hanya karena dia tidak sama dengan kita, tidak se frekuensi dengan kita. Perlu waktu lama, perlu banyak interaksi untuk benar-benar memahami seseorang. Kenal saja dulu, ajak ngobrol sebanyak mungkin dan saling menghargai satu sama lain. Kecuali, sudah kenal cukup lama dan berniat menjadikannya orang tersebut teman dekat kita bahkan pasangan kita, tentu penilaian, berdiskusi dan berdebat tentang suatu nilai atau pemahaman bisa dilakukan, bahhkan memang harus dilakukan.
Jadilah orang yang menyenangkan, jangan membuat teman bicaramu merasa tidak nyaman bahkan merasa terancam. Jangan terlalu kejam jadi orang, jangan terlalu kaku, itapun belum tentu baik. Nikmati dan syukuri setiap moment dalam hidup ini bersama siapapun.
Banyak sekali manfaat jika kita memiliki banyak kenalan atau teman. Meskipun aku bukan orang yang ahli dalam hal memulai dan membangun sebuah hubungan, Semoga bermanfaat ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H