Jodoh itu kan juga merupakan salah satu dari rejeki dari Allah SWT ya. Jadi ingat tentang konsep rejeki yang dijelaskan oleh Ust. Weemar Aditya tentang jalan rejeki. Rejeki dari Allah turun melalui dua jalan yaitu dengan usaha manusia dan tanpa usaha manusia.Â
Jadi, dengan atau tanpa usaha manusia, rejeki yang sudah Allah takar untuk kita akan tetap diberikan semuanya sebelum kita akhirnya wafat. Kalau gitu rebahan aja dong, nanti rejeki bakal datang sendiri. Betul. Tapi ingat ada yang namanya hisab atas setiap rejeki yang Allah titipkan.
Nah, Jika rejeki itu tidak diusahakan sama sekali dan datang menghampiri, maka tidak akan ada hisabnya. Tidak menjadi pahala dan tidak menjadi dosa. Lantas jadi apa? Sia-sia, tidak bermanfaat, tidak berkah, tidak ada dampaknya untuk kehidupan akhirat kita. Untuk apa rejeki yang seperti itu?
Sama hal nya dengan jodoh. Diikhtiarkan atau tidak pasti datang, tapi apakah kita akan menunggu terus dan melepaskan hisab pahala pada rejeki jodoh itu? Harusnya kita khawatir akan keberkahannya.
Yang penting keberkahannya. Perkara kapan, siapa, bagaimana, dimana, semuanya urusan Allah SWT. Tugas kita hanya taat, menerima dan selalu berikhtiar dengan tujuan meraih ridhaNya dikondisi apapun, baik ketika masih lajang ataupun sudah menikah. Baik lapang atupun sempit.
Kan sudah sering diingatkan oleh Allah SWT bahwa dunia ini hanya ujian bagi kita, hanya permainan yang sebentar. Entah itu fisik, karir, jabatan, pasangan, anak, harta semua hanya alat permainan. Jika sudah selesai main, ya kembalikan semuanya karena harus pulang untuk beristirahat. Allah udah kasih petunjuk permainan yang benar, biar bisa pulang ke tempat yang benar dengan selamat, juga tidak tersesat. Â Tapi kita kadang kita sok tau dan bandel gamau ikuti petunjuknya, maka jadinya kita tersesat dan lupa jalan pulang.
Semoga kita bisa terus berbenah diri meluruskan niat dalam berikhtiar menuju pernikahan yang Allah ridhoi. Aamiin
Mari berjalan di jalan terbaik dari Allah, untuk menggapai ridho Allah dalam hal apapun.
Wallahua'lam bisawab.