Mohon tunggu...
Eeduy Haw
Eeduy Haw Mohon Tunggu... -

seseorang yang tinggal di makassar

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tadinya Mau Diberi Judul ‘Keyakinan Romantik di Neraka,' Lalu Diganti 'Kesetiaan Jin,’ Lalu Kombinasi Dari 'Keyakinan Romantik, Kesetian Jin,' Berhubung Sesuatu dan Lain Hal, yang Persisnya Gak Tahu dan Gak Jelas Apa, Maka Batal

19 September 2011   16:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:49 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan hanya gara-gara satu sempilan kata 'KESETIAAN' itulah, dari sekian banyak pilihan kata yang menghambur di atas, yang kemudian mengingatkan satu cerita, yang entah berhubungan dengan kalimat di dinding akunnya orang itu atau tidak, atau kalaupun tidak nyambung paling tidak cerita ini bukan diinterpretasikan secara sok tahubahkan mengada-ada dari sumber sebelumnya, ataupun paling tidak cerita ini minimal menarik, pun itu gak ada yang berani menjamin, yang jelas intinya teringat saja.
*     *     *

Kala itu penciptaan manusia pertama,
Ketika ruh baru saja ditiupkan ke dalam sanubari makhluk berasalkan tanah,
Tuhan lalu menyuruh semua makhluk besimpuh sujud kehadapan Adam.

Serta merta hati Jin diliputi resah mendalam. Tak pernah sekalipun sebelumnya, hatinya sesak seperti ini. Alkisah, dengan berat hati ia mengucap kalimat:

“Sungguh, semata-mata hanya kepadaMulah aku menyembah, tak ada yang lain.” Jin mematung, tak melakukan gerak apapun.

Sujud, gerak bukan sembarang gerak.
Sembah boleh berupa apapun.
Sekuntum wangi bunga, sesajenan, tetes darah hewan sembelihan, sekarung emas berlian atau istana megah sekalipun, ihklas sanggup kita berikan.

Tetapi sujud, punya sesuatu yang lain. Sesuatu yang berikrar tentang ketundukan, kepatuhan, kecintaan mendalam, penyerahan keseluruhan, kesetiaan, bahkan meleburnya harga diri.

Ketika kepala ini rebah ke tanah, ke landasan yang bahkan lebih rendah dari telapak kaki, itulah penegasan dari bahasa tubuh paling mulia, yang melukiskan bagaimana segenap diri ini mangakui bahwa dihadapannya adalah keagungan.

Jin sangat paham akan itu.
Maka demi cinta yang teramat dalam, demi kesetiaan yang teramat suci, ia diluar dugaan terpaksa menampik perintah.
Baginya, hanya satu yang agung, hanya satu yang mulia. Cinta itu tak mendua, kesetiaan suci itu tak berbagi. Sujudku hanyalah milikMu. Tuhan.

Perintah terlanggar.
Meski hati kecilnya sedih, itu bukanlah maksud pembangkangan apalagi pemberontakan.

Setiap pelanggaran melahirkan hukuman.
Dilemparkan (diasingkan) dirinya ke tempat yang begitu mengerikan bagi siapa saja.
Begitu kitab mengisahkan.

Apalagi yang paling menyakitkan, bila kesetian seorang hamba dipisahkan dari sisi tuan yang dicintainya.
Apalagi yang paling memerihkan, bila cinta tak lagi mampu bertemu kekasih hati.
Bahkan untuk sekedar meresapi wajahnya ataukah mendengar bisik suaranya.

Apalagi yang paling mengerikan, sebuah tempat bernama Neraka.
Mengerikan.
(Sebab otak kanan kita terlanjur diajari, inilah tempat dimana isinya tak lain lidah-lidah api yang menjulur.
Lalu otak kiri kita juga diajari, bahwa Jin adalah makhluk yang diciptakan berbahan baku api).
Sungguh-sungguh mengerikan memang. Ajaran model kayak gini maksudnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun