Lelaki persia berwajah tirus ini tidak ada bedanya dengan yang dirumah, tak sebagaimana makan malam mewah fine dining di tepi eufrat yang selalu hadir di mimpi-mimpiku.
Lelaki persia berwajah tirus tidak lagi memberi getar sensasi, semua mimpi siang hari telah menjadi basi.
Ini semua bukan yang kucari, setengah mati aku memikirkan apa yang kucari, aku merasakan pusaran kebingungan yang luar biasa di sanubari, kenangan lama pada lagu atiek cb seraya mendayu di ruang hampa kepalaku, tanpa pernah mau dipause.., auto rewind berulangkali...motor tape dan sensor optik di kepalaku serasa soak..tak terawat..
tenggelam di gelapnya malam...
tak kulihat setitikpun cahya..
aku mulai merasa...
mulai terganggu....
rasa benci sendiri...
Ini tidak benar. Ini tidak benar. Ini tidak benar. Saya merasa tak layak untuk sekedar mengedepankan rasa. Saya merasa tak berhak untuk meminta. Saya merasa linglung, hina, linglung, hina, bergantian, gila, gila dan gila seperti akhir tokoh psikopat di novel novel yang sering kubaca.
Hembusan angin dari jendela kamarku yang sedikit tersingkap, menyadarkanku, raga ini, pikiran ini, hasrat ini tak sepenuhnya milikku, saya masih seperti anak-anak yang kebingungan menentukan, memilih, dan selalu, selalu, menginginkan mainan baru tiap minggu..
Seperti anak anak yang tak tahu apa yang terbaik buat dirinya. Tak jua tahu, entah tak jua mau, entah kapan, entah dimana, entah bagaimana, bagaimana, bagaimana, beranjak keluar dari masa kanak-kanak ini...