Mohon tunggu...
Edy Suryadi
Edy Suryadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ketua Umum Rumah Kebangsaan Pancasila

Inner Life is The Real Life

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Siapa Khilafah ala Minhajin Nubuwwah Itu? (#1 Pendahuluan)

30 Mei 2022   18:25 Diperbarui: 30 Mei 2022   18:33 5211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Terkait dengan itu, pada dasarnya kita bisa saja langsung masuk kepada kajian di zaman Nabi Muhammad untuk melihat sistem pemerintahan atau syariat bernegara seperti apa yang beliau contohkan kepada kita. Terlebih-lebih nabi Muhammad sendiri adalah seorang nabi yang berada di puncak estafeta peradaban yang dibangun di sepanjang garis peradaban para nabi. Dan nabi Muhammad juga adalah nabi akhir zaman atau penutup dari para nabi.

Namun dari itu, jika kita bermaksud untuk sampai kepada titik keteguhan hati tentang perkara ini; sampai kepada titik tidak ada keraguan kepadanya; sampai pada titik mengerti sepenuhnya seperti apa sistem pemerintahan yang digariskan para nabi untuk kita itu, maka kita memang harus mengkajinya dari keseluruhan zaman kenabian. Artinya kita harus melakukan kajian dari zaman Nabi Adam sampai dengan zaman Nabi Muhammad.

Hal penting yang juga harus kita pahami, para nabi itu meski satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jarak waktu yang jauh, tapi sebenarnya mereka tidaklah berada dalam misi yang terputus. Mereka berada dalam satu garis misi yang sama. Sehingga setiap kisah dan peninggalan yang diwariskan para nabi kepada kita hari ini sebenarnya satu kesatuan rangkaian pesan dan pengajaran untuk kita. Tentang hal ini kita dapat melihat penjelasan QS. Hud [11] ayat 120:

"Dan semua kisah rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu, agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan di dalamnya telah diberikan kepadamu kebenaran, pelajaran dan peringatan bagi orang yang beriman."

Jadi, lantaran apa Qur'an mengabadikan kisah para pembawa risalah itu untuk kita yang hidup di hari ini, tidak lain adalah agar kita dapat melihat kebenaran dengan utuh melalui rangkaian kisah tersebut. Dan agar dengan itu menjadi teguh hatilah kita. Menjadi yakinlah kita akan konstruksi kebenaran yang dimaksud oleh para pembawa risalah itu.

Setiap kisah para nabi yang Allah ceritakan kepada kita melalui Qur'an seumpama kepingan-kepingan puzzle yang harus kita rangkai dan satukan agar kita dapat melihat gambar kebenaran secara utuh dan menjadi teguh hati karenanya. Di dalam setiap kisah para nabi itulah terkandung kebenaran, pelajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.

Para nabi Allah yang diutus kepada kita dari zaman ke zaman itu sesunguhnya berada dalam satu wasiat yang sama dan untuk menegakkan satu syariat yang sama. Para nabi Allah itu berada dalam satu rangkaian estafeta untuk mewujudkan satu bangunan peradaban yang disebut dengan din yang tidak terdapat ruang perpecahan di dalamnya sebagaimana dijelaskan oleh QS. Asy-Syura [42] ayat 13 berikut: 

"Dia (Allah) telah mensyariatkan kepadamu agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah di dalamnya. Sangat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu serukan kepada mereka. Allah memilih orang yang Dia kehendaki kepada agama tauhid dan memberi petunjuk kepada-Nya bagi orang yang kembali."

Keterangan pada ayat tersebut menjadi sebuah catatan yang sangat penting buat kita untuk mengerti bahwa pada nabi Allah itu berada dalam satu garis misi yang sama. Bahwa Allah mewasiatkan hal yang sama kepada para nabi-Nya, yaitu untuk menegakkan din atau sistem hidup yang tidak ada perpecahan padanya.

Dan sistem hidup yang demikian itu hanya bisa diwujudkan dengan mengacu kepada fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu. Bersentral kepada fitrah Allah inilah satu-satunya jalan untuk mewujudkan sistem hidup yang tidak ada perpecahan di dalamnya sebagaimana dapat kita pahami melalui QS. Ar-Rum [30] ayat 30-32:

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama; (selaras) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta laksanakanlah salat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun