Mohon tunggu...
Edy Suryadi
Edy Suryadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ketua Umum Rumah Kebangsaan Pancasila

Inner Life is The Real Life

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Revolusi Suci Bangsa Indonesia: Dimulainya Era Perdamaian Abadi

27 Maret 2017   16:40 Diperbarui: 27 Maret 2017   16:54 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Dan orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim mereka membela diri."

Siapapun yang membaca kalimat atas, apapun latar belakang suku, bangsa dan agamanya tentulah akan setuju dan membenarkan kebenaran dari apa yang disampaikan oleh kalimat tersebut. Karena terlepas dari manapun datangnya kalimat tersebut, kita akan tetap dapat mengenalinya sebagai suara kebenaran. Sebagai suara kemanusiaan kita. Dari dalam kalbu kita, kita dapat mengetahui bahwa tentulah tidak ada seorang manusiapun yang boleh dizalimi oleh manusia lainnya dan tidak ada seorang manusiapun yang mempunyai hak untuk menzalimi manusia lainnya. Tentu kita percaya dan menyakini kebenaran akan hal itu sepenuhnya. Karena itu adalah fitrahnya setiap manusia. Itulah adalah hak yang telah Tuhan materaikan untuk setiap manusia. Dimana pun ia dilahirkan, apapun warna kulitnya dan apapun latar belakangnya, setiap manusia mempunyai hak yang sama. Hak yang sama untuk menjalani hidup selayaknya manusia.

"Dan orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim mereka membela diri."  (QS. Asy Syura [42]:39)

Ya, betul sekali. Kalimat tersebut adalah salah satu ayat yang tertulis dalam Al-Qur’an. Itulah ajaran Allah Tuhan semesta alam. Itulah hukum dan ketetapan-Nya atas seluruh manusia. Tidak ada satupun manusia yang boleh dizalimi manusia lainnya. Tidak boleh ada satupun manusia yang berhak menzalimi manusia lainnya. Dan bahkan lebih jauh lagi kita tahu bahwa setiap ciptaan mempunyai hak mereka masing-masing yang telah Allah berikan kepada mereka sebagai bagian dari fitrah penciptaan tiap-tiap ciptaan. Dengan mudah kita dapat mengetahui dan memahami hal ini dari adanya asma Allah Al-Hakam (Yang Maha Menghakimi) dan Al-Adl (Yang Maha Adil). Keberadaan sifat Allah sebagai Al-Hakam dan Al-Adl itu tentulah sangat berkaitan erat dengan adanya hak dan kewajiban dari tiap-tiap mahluk ciptaan-Nya. Sebab bagaimana Allah bisa berdiri sebagai Al-Hakam dan Al-Adl jika tidak ada hak dan kewajiban dari tiap-tiap ciptaan? Apa yang Allah harus hakimi dan atas dasar apa Allah menjadi Tuhan Yang Maha Adil jika bukan karena memang pada tiap-tiap ciptaan itu terdapat hak dan kewajiban mereka masing-masing? Karenanya itu bahkan terhadap seekor binatangpun kita tidak boleh memperlakukannya sembarangan. Kita tidak bisa menangkap seekor kucing lalu mencincangnya dan meninggalkannya begitu saja. Semua akan ada perhitungannya dari Allah Yang Maha Menghakimi dan Maha Adil itu. Maka terlebih-lebih lagilah terhadap manusia. Sungguh adalah sebuah kepastian bahwa tidak ada seorang manusiapun yang boleh diperlakukan sembarangan. Tidak boleh ada seorang manusiapun yang boleh diperlakukan secara zalim. Setiap manusia berhak untuk hidup merdeka sebagai manusia. Ajaran inilah; hukum inilah; prinsip inilah yang telah mendasari perjuangan panjang bangsa Indonesia. Yang telah mendasari lahirnya Revolusi Indonesia.

Jadi sebenarnya dapatlah kita katakan bahwa lahir dan terbentuknya Revolusi Indonesia ini adalah bersifat alamiah adanya. Ia lahir dan terbentuk begitu saja sebagai sebuah reaksi dari terampasnya kebebasan kehidupan kebangsaannya akibat penjajahan dari bangsa lain. Penjajahan, penindasan dan perbudakan yang dialami bangsa Indonesia telah menyebabkan penderitaan hebat yang berkepanjangan. Bangsa ini harus menjadi budak bangsa lain di dalam negerinya sendiri. Bangsa ini harus menanggung derita kemiskinan dalam paksaan melayani bangsa lain untuk memperkaya diri. Bangsa ini sama sekali tidak mempunyai arah dan kesempatan untuk membangun bangsanya menurut budaya dan keyakinannya sendiri karena harus hidup di bawah kaki bangsa lain. Dan tentulah sudah merupakan kodrat dan fitrahnya manusia untuk melawan dan membela diri ketika diperlakukan secara zalim. Sebab dapatlah kita pastikan bahwa tidak ada seorang manusiapun yang akan merasa senang, merasa bahagia dan merasa nyaman ketika ia diperlakukan dengan zalim. Bahkan seekor semut saja akan membela dirinya sampai mati ketika ia dizalimi.

Dari ayat di atas, nyata bagi kita bahwa membela diri ketika diperlakukan dengan zalim adalah sebuah keharusan di mata Tuhan. Karenanya itulah dapat kita dengan yakin mengatakan bahwa revolusi bangsa Indonesia untuk memerdekakan bangsanya dari penjajahan merupakan sebuah revolusi yang suci dan fitrati. Dan tentu saja bangsa Indonesiapun menyadari betul akan hal itu. Bangsa Indonesia menyadari betul bahwa adalah hak bagi bangsanya untuk dapat hidup secara merdeka. Untuk hidup menurut cara bangsanya sendiri. Menurut budaya dan keyakinan bangsanya sendiri. Bangsa Indonesia tentulah menyadari betul bahwa tidak ada satu bangsa pun yang boleh dijajah oleh bangsa lain dan tidak ada satu bangsa pun yang mempunyai hak yang membuatnya boleh menjajah bangsa lain. Inilah kayakinannya bangsa Indonesia yang amat jelas nyata tergambar ketika kita membaca deklarasi kemerdekaan Indonesia.

"Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan." (Deklarasi Kemerdekaan Indonesia Alinea 1)

Jika kita perhatikan dengan seksama apa yang bangsa Indonesia telah nyatakan dalam deklarasi kemerdekaannya itu, dan kita perhatikan juga dengan apa yang telah Allah nyatakan dalam surat Asy Syura ayat 39 di atas, betapa itu amat senada. Betapa itu benar-benar satu nafas dan jiwa. Dua kalimat yang berbeda kata itu benar-benar nyata saling membenarkan satu sama lain. Maka dengan yakinlah juga kita dapat berkata bahwa perjuangan bangsa Indonesia untuk mewujudkan kemerdekaan bangsanya, perjuangan bangsa Indonesia untuk mewujudukan kemerdekaan sebagai hak segala bangsa dan perjuangan bangsa Indonesia untuk menghapuskan zalimnya penjajahan dari atas dunia adalah sebuah Revolusi suci yang sepenuhnya diridhai oleh Ilahi Rabbi. Inilah sebuah revolusi yang berdiri tegak diatas dasar perikemanusiaan dan perikeadilan.

Satu hal penting yang harus kita tahu bahwa sejak lahirnya deklarasi kemerdekaan Indonesia, sejak hari itulah telah dimulai sebuah era baru peradaban umat manusia. Sebuah era yang menghapuskan budaya mempertumpahkan darah; budaya jajah menjajah secara total dari atas dunia ini. Inilah sebuah dunia baru yang oleh Bung Karno disebut sebagai sebuah “dunia tanpa eksploitasi manusia atas manusia bangsa atas bangsa”. Bersama dengan revolusi Indonesia ini maka telah dimulailah era perdamaian abadi. Dan ini sesungguhnya sebuah amanat suci. Ini adalah sebuah jalan bagi tergenapinya kalimat Allah ketika membela manusia dari praduga para malaikat yang menyebut manusia adalah mahluk yang hanya akan membuat kerusakan dan mempertumpahkan dari di muka bumi ini. Maka maha benar Allah atas firman-Nya kepada para malaikat itu: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".

Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" (QS. Al-Baqarah [2]:33)

Telah sampai juga akhirnya umat manusia pada pengenalan sebuah asma; sebuah nama; sebuah isme; sebuah ajaran; sebuah konsep yang akan menjadi ladasan berakhirnya era mempertumpahkan darah. Yaitu, ajaran kemerdekaan. Ya, benar memang bahwa ini sebenarnya bukanlah sebuah ajaran baru. Ajaran ini sudah dikenal dan diimani oleh para nabi. Ajaran kemerdekaan ini pula yang menjadi dasar lahirnya Piagam Madinah di zaman Rasulullah Muhammad saw. Hanya saja memang seakan-akan ajaran kemerdekaan ini masihlah tertolak oleh manusia di zaman-zaman yang lalu. Seakan-akan manusia memang harus melewati dulu suatu masa yang panjang untuk saling perang-merangi, jajah-menjajah dan takluk menaklukan satu sama lain. Sampai pada akhirnya manusia menyadari bahwa kemerdekaan adalah hak setiap diri. Kemerdekaan adalah hak setiap bangsa. Kemerdekaan adalah milik kita bersama. Dan kemerdekaan hanya bisa terwujud nyata dalam kebersamaan, persatuan dan persaudaraan umat manusia.

Atas nama perikemanusiaan dan perikeadilan itu maka jajah-menjajah; perang-memerangi; takluk-menaklukan; tumpah-menumpahkan darah haruslah dihapuskan. Hal ini harus kita pandang sebagai sebuah titah suci dari Ilahi. Kerena tentu keadilan adalah hal pasti yang Allah kehendaki. Karena kezaliman manusia atas manusia, bangsa atas bangsa adalah hal pasti yang tiada sedikitpun Allah ridhai. Dan tidak boleh juga kita menjadi abai bahwa saat ini masihlah ada mengendap di dalam diri sebahagian manusia dan bangsa-bangsa semangat untuk berkuasa di atas cara-cara penaklukan dan penjajahan itu. Karenanya deklarasi kemerdekaan bangsa Indonesia yang menyatakan: "Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan." Haruslah menjadi pula deklarasinya setiap bangsa-bangsa. Haruslah menjadi pula deklarasinya setiap umat manusia. Karena hanya dengan inilah perdamaian abadi dapat diwujudkan di atas dunia ini. Hanya dengan inilah tatanan kehidupan yang surgawi dapat diwujudkan di atas bumi.

Terlebih-lebih lagi bagi kita bangsa Indonesia. Tentu tidaklah boleh kita sedikitpun lupa akan revolusi bangsa kita. Meski nyaris kita melihat bangsa ini menjadi bangsa yang lalai akan revolusi yang diembannya; meski nyaris kita melihat bangsa ini menjadi bangsa yang ingkar akan titah sucinya; meski nyaris kita melihat bangsa ini menjadi bangsa yang khianat atas apa yang telah ia nyatakan sendiri itu, tapi masihlah kita bersyukur bahwa kita mendapati masih banyak anak-anak negeri tercinta ini yang menyala di dalam dadanya semangat revolusi itu. Semangat untuk mewujudkan perdamaian abadi itu. Semangat untuk mewujudukan sebuah dunia baru tanpa ekploitasi manusia atas manusia, bangsa atas bangsa itu.

“Kami berusaha membangun suatu dunia yang sehat dan aman. Kami berusaha membangun suatu dunia, di mana setiap orang dapat hidup dalam suasana damai. Kami berusaha membangun suatu dunia, di mana terdapat keadilan dan kemakmuran untuk semua orang. Kami berusaha membangun suatu dunia di mana kemanusiaan dapat mencapai kejayaannya yang penuh.” (Bung Karno Pada Majelis Sidang Umum PBB 1960)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun