Mohon tunggu...
Edy Suryadi
Edy Suryadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ketua Umum Rumah Kebangsaan Pancasila

Inner Life is The Real Life

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lahirnya Bangsa Pembawa Perdamaian di Penghujung Era Pertumpahan Darah

6 Desember 2016   17:34 Diperbarui: 6 Desember 2016   18:59 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari panjangnya rentan masa mempertumpahkan darah yang kita alami itu, terdapat sebuah peristiwa besar yang amat penting untuk menjadi catatan kita bersama. Karena nampaknya peristiwa tersebut dapat menjadi tanda buat kita bahwa kita telah tiba dipenghujung era mempertumpahkan darah. Telah terjadi di masa perang dunia II sebuah peristiwa yang mampu mengguncang dan membuka kesadaran umat manusia akan betapa besarnya bahaya kehancuran yang menanti umat manusia dari budaya perang ini. Peristiwa besar tersebut adalah peristiwa dijatuhkannya bom atom di dua kota besar Hirosima dan Nagasaki di Jepang oleh Amerika dan Sekutu. Dasyatnya peristiwa ini benar-benar telah merubah pandangan umat manusia tentang perang.

Menyaksikan hancurnya kota Hirosima dan Nagasaki dan menyaksikan tewasnya lebih dari 450.000 manusia dalam sekejap mata oleh kedasyatan bom atom tersebut, telah membuat umat manusia dan telah membuat bangsa-bangsa tercengang dan tersadarkan akan besarnya potensi yang dimiliki umat manusia untuk saling menghancurkan dirinya sendiri. Spontan peristiwa tersebut telah membuat dunia memutuskan untuk mengakhiri perang dunia II yang sedang berlangsung tersebut.

Rupanya modernisasi yang dicapai umat manusia telah menempatkan budaya perang; budaya imperialisme dan kolonialisme menjadi sebuah mesin penghancur peradaban umat manusia yang tak terelakan. Perang telah menjadi ancaman yang amat serius bagi keberlangsungan umat manusia dan bumi ini. Dan meskipun peristiwa besar ini belum berhasil membuat sebahagiaan manuisa dan bangsa mengubur secara total budaya imperialisme dan kolonialisme dari otak dan jiwa mereka, namun gema yang dihasilkan dari peristiwa ini telah menghidupkan semangat banyak manusia, banyak kalangan dan banyak bangsa untuk dapat melahirkan sebuah resolusi yang dapat menjamin terwujudnya perdamaian abadi.

Bersamaan dengan itu, masih di tahun 1945, di tahun yang sama dengan berakhirnya perang dunia II itu dan di tengah kegalauan dan kegelisahan umat manusia akan dasyatnya ancaman kehancuran yang dapat ditimbulkan oleh peperangan, lahirlah sebuah bangsa yang bersama dengan kelahirannya itu membawa sebuah ajaran; sebuah prinsip; sebuah maklumat; sebuah resolusi yang akan dan dapat menghentikan serta menghapuskan secara total budaya perang; budaya jajah-menjajah; budaya takluk-menaklukan; budaya imperialisme dan kolonialisme itu. Bangsa tersebut adalah bangsa Indonesia.

Bangsa yang memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejarah panjang yang dialami bangsa Indonesia dan tempaan-tempaan hebat yang dijalaninya selama ratusan tahun hidup dalam penindasan bangsa lain, telah membentuk bangsa Indonesia menjadi bangsa yang secara mengagumkan mengenal dengan amat baik arti dari kemerdekaan. Penjajahan panjang yang dialami bangsa Indonesia telah membuatnya memahami dan menyakini bahwa semestinya tidak ada satu bangsa pun di dunia ini yang boleh dijajah oleh bangsa lain.

Dan tidak boleh ada satu bangsa pun di dunia ini yang mempunyai hak untuk menjajah bangsa lain. Maka sudah semestinyalah setiap bangsa mempunyai hak yang sama untuk menjalani kehidupan kebangsaannya secara merdeka tanpa ada intervensi dan eksploitasi dari bangsa lain. Dan sudah semestinyalah setiap bangsa itu merdeka untuk menjadi bangsanya sendiri dan hidup secara berdikari menurut nilai-nilai, budaya dan keyakinan kebangsaannya sendiri. Di dalam deklarasi kemerdekaannya, bangsa Indonesia dengan tegas dan gamblang menyatakan:

"Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan."(Deklarasi Kemerdekaan Indonesia Alinea 1)

Apa yang dinyatakan bangsa Indonesia di dalam deklarasi kemerdekaannya tersebut adalah sebuah maklumat yang insya Allah akan merubah secara total tatanan dunia lama yang masih mengandung budaya pertumpahan darah. Sekaligus ini juga merupakan sebuah dasar berpijak yang amat kokoh bagi terbentuknya tatanan dunia baru yang sepenuhnya terbebas dari budaya mempertumpahkan darah itu. Datangnya ajaran kemerdekan bangsa-bangsa yang dibawa oleh bangsa Indonesia inilah yang akan menjadi titik awal tergenapinya sanggahan Allah kepada para malaikat atas kekhawatiran mereka terhadap kecenderungan umat manusia menumpahkan darah dan membuat kerusakan di muka bumi.

Akan tergenapilah firman Allah yang menyatakan: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".Telah Allah perkenalkan kepada manusia suatu nama; asma; isme; ajaran; konsep; prinsip; hikmah yang akan menjadi landasan bagi manusia untuk mengakhiri era mempertumpahkan darah. Dan dari ini kita tahu bahwa telah dekatlah saatnya bagi umat manusia untuk membuktikan diri mereka mampu untuk melahirkan sebuah peradaban yang dapat secara total menghapuskan budaya pertumpahan darah; budaya imperialisme dan kolonialisme; budaya eksploitasi manusia atas manusia bangsa atas bangsa itu. Inilah sebuah dasar yang membuat mungkin bagi terwujudnya perdamaian yang abadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun