Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar! Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana" Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?(QS. Al-Baqarah [2]:30-33)
Saya sendiri merasa sebenarnya judul di atas itu kurang tepat karena memang ayat-ayat di atas itu bukan benar-benar sebuah ramalan Al-Qur’an tentang manusia. Hanya saja, tetap saya gunakannya judul di atas karena saya melihat melalui ayat-ayat tersebut kita akan dapat memahami mahluk seperti apa manusia itu dan kita juga dapat menemukan prediksi akan seperti apa perjalanan peradaban umat manusia di bumi ini.
Ayat-ayat di atas adalah dialog singkat antara Allah dengan para malaikat ketika Allah hendak menciptakan manusia untuk pertama kali. Melalui ayat-ayat tersebut kita mendapati Allah meminta kita untuk mengingat kembali dialog tersebut yang tentunya agar kita mengambil pelajaran darinya. Ada hal-hal penting memang yang perlu kita perhatikan dari dialog tersebut, yang tentu saja akan sangat berpengaruh terhadap cara kita memandang diri manusia dan cara kita memahami dan membaca arah jalannya peradaban umat manusia yang sedang dan akan terus berlangsung ini. Poin-poin penting yang perlu kita perhatikan dari dialog tersebut diantaranya:
Pertama, dari dialog itu kita tahu bahwa manusia memanglah mahluk yang dalam penciptaannya itu dirancang oleh Allah untuk menjadi khalifah di bumi. Mungkin sebahagian orang yang membaca ayat-ayat tersebut di atas dengan teliti akan cukup bingung mendapati keterangan yang menerangkan bahwa memang sedari awal penciptaannya, sebenarnya Adam as. dimaksudkan Allah untuk tinggal dan hidup di bumi. Padahal sebagaimana yang kita tahu juga dari beberapa keterangan bahwa Adam as. Allah maksudkan untuk menempati dan mendiami surga dan karena lantaran sebab pelanggaran yang telah dilakukannyalah yang kemudian membuat Adam terusir dari surga dan kemudian harus menghabiskan hidupnya di bumi.
Tentang hal tersebut tidak akan kita bahas di sini karena fokus bahasan kita di bagian ini akan lebih menyoroti tentang maksud Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Kata khalifah sendiri secara bahasa mempunyai arti “yang menggantikan”. Dan mungkin sah-sah saja jika sebagian orang kemudian mentafsirkan hal ini dengan menganggap manusia diciptakan Allah adalah sebagai pengganti atau yang menggantikan mahluk bumi sebelum manusia.
Namun jika kita membaca lagi dengan teliti dialog tersebut di atas dan juga membaca berbagai ayat lain yang menerangkan tentang manusia, menurut hemat saya, lebih berdasar jika kita mengartikan bahwa manusia diciptakan Allah sebagai “yang menggantikan” Allah di muka bumi. Dalam hal ini tentu bukan dimaksudkan agar manusia menjadi Tuhan di muka bumi, melainkan manusia itu diciptakan untuk menjadi wakil Allah dalam menjaga keseimbangan dan kelestarian bumi. Manusia diciptakan Allah untuk menjadi pengatur, penata, pengelola, pemelihara dan pemimpin di atas bumi ini. Karena itulah kita mendapati manusia mewarisi sifat-sifat Allah dalam dimensi kemanusiaannya.
Amanat untuk menjadi wakil Allah di muka bumi inilah yang membuat manusia dibekali oleh Allah dengan akal dan hati. Yang dengannya itu manusia menjadi memiliki kemampuan untuk mengenali dan memahami apa yang Allah kehendaki untuk ia lakukan dan jalankan di atas bumi ini. Sebab tentu saja manusia tidak bisa dan tidak boleh menjalankan dan menerapkan sesuatu semaunya sendiri. Manusia memanglah harus mengatur, menata, mengelola, memelihara dan memimpin bumi ini sejalan dengan apa yang Allah kehendaki.
Selaras dengan ketetapan Allah yang merupakan sebuah syarat dari terciptanya keseimbangan dan harmoni di muka bumi ini. Dan sebagimana yang kita tahu, bahwa manusia adalah satu-satunya mahluk Tuhan yang mempunyai kemampuan untuk menterjemahkan kehendak Allah; menterjemahkan hukum-hukum Allah atas penciptaan ini serta menselaraskan segala sesuatunya menurut hukum itu. Kita tidak mendapati ada mahluk lain yang memiliki kemampuan seperti itu selain manusia.
Kedua, dari dialog di atas kita juga mengetahui bahwa manusia adalah mahluk yang mempunyai potensi merusak dan mempertumpahkan darah yang sangat besar. Tentu sangat beralasan ketika para malaikat mengajukan keberatan kepada Allah atas rencana-Nya menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Para malaikat memprediksi bahwa manusia hanya akan menjadi mahluk yang membuat kerusakan dan pertumpahan darah di atas bumi ini. Malaikat tahu bahwa manusia mempunyai potensi yang besar untuk mengingkari ketetapan Allah dan hidup menyimpang dari hukum-hukum-Nya. Sampai-sampai malaikat, walau tidak secara langsung, menawarkan diri kepada Allah agar mereka saja; mahluk yang memang mempunyai ketaatan yang tinggi dan tidak akan pernah menyimpang dan mengingkari ketetapan Allah itu yang menjadi khalifah di muka bumi.
Kekhawatiran malaikat atas rencana Allah untuk menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, tentu sangat beralasan dan logis. Kita pun tentu mengakui adanya potensi merusak yang hebat di dalam diri manusia itu. Di dalam diri setiap kita itu. Ya, memang ada potensi merusak yang amat besar di dalam diri setiap manusia. Manusia memiliki hawa nafsu dan keserakahan yang sangat mungkin untuk membuat bumi ini hancur sehancur-hancurnya. Jika manusia menyalah-gunakan kecerdasan akal yang diberikan Allah itu hanya untuk memuaskan ego dan nafsunya sungguh memang tidak terbayakan kerusakan yang dapat ditimbulkanya di atas bumi ini. Hal ini haruslah kita akui dan sadari keberadaannya.
Sebenarnya dapat kita katakan potensi negatif dalam diri manusia; kecenderungannya untuk mengingkari kehendak Allah dan membuat kerusakan di bumi, itu adalah bagian dari instrumen yang Allah adakah agar manusia memiliki rasa yang kuat atas kebenaran. Kita harus tahu bahwa meskipun malaikat adalah mahluk yang dapat disebut tidak akan pernah menyimpang dari kebenaran yang telah Allah tetapkan, tapi malaikat itu tidak akan dapat memiliki rasa yang kuat atas kebenaran itu. Karena malaikat tidak mempunyai pembanding di dalam dirinya yang membuatnya akan mengenal dan merasa dengan kuat atas kebenaran itu.
Malaikat hanya memiliki kebenaran di dalam dirinya dan tidak ada kejahatan padanya. Sedangkan manusia, sensasinya atas kebenaran sungguh-sungguh akan berbeda. Ketika manusia mengenali kebenaran, kebenaran tersebut benar-benar memiliki rasa yang kuat. Karena setiap kebenaran yang kita punya lahir ke permukaan melalui sebuah proses berpikir yang melibatkan akal dan hati. Semisal dengan pengenalan kita akan rasa manis yang tentu tidak terlepas dari pengenalan kita akan rasa pahit, demikian juga pengenalan kita atas keberanan yang tentu tidak terlepas dari pengenalan akan kejahatan.
Kita tentu saja tidak akan mengenali dengan kuat sepertia\ apa rasa manis itu jika kita tidak pernah tahu seperti apa rasa pahit itu. Dengan keadaannya yang mendua itu memang manusia akan banyak terobang-ambing dalam konflik batin antara benar dan salah; antara baik dan jahat, tapi melalui itulah manusia akan sampai kepada pengenalan yang kuat dan memiliki rasa yang kuat akan kebenaran.
Ketiga, dari dialog di atas kita pun memahami bahwa Allah tahu persis adanya potensi merusak yang hebat di dalam diri manusia sebagaimana yang menjadi kekhawatiran para malaikat itu. Dalam sanggahan yang Allah sampaikan kepada para malaikat itu, kita melihat bahwa Allah tidak menapikkan sepenuhnya kekhawatiran para malaikat tersebut. Allah menerangkan: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".Yang dari keterangan itu kita dapat memahami bahwa Allah tidak seratus persen menyalahkan malaikat atas kekhawatirannya itu. Allah tahu bahwa hal itu sangat beralasan, meski itu tidak sepenuhnya benar. Malikat berpandangan demikian tentulah karena melihat berdasarkan pengetahuannya yang terbatas tentang manusia. Ada rahasia yang malaikat tidak ketahui tentang manusia. Karena itu untuk menghapuskan kekhawatiran para malaikat ini kemudian Allah menunjukan sesuatu yang mereka belum tahu dengan lengkap tentang siapa dan mahluk seperti apa manusia ini.
Allah mengajarkan kepada Adam as. tentang nama-nama benda-benda keseluruhannya dan kemudian Allah meminta malaikat untuk menyebutkan nama-nama benda tersebut. Seketika itu pula malaikat menyadari akan keterbatasan pengetahuaannya. Menyadari bahwa dirinya hanya dapat tahu apa yang diberitahukan kepada mereka. Ya, itulah malaikat. Mahluk yang hanya tahu apa-apa yang diberitahukan Allah kepadanya saja. Kemudian sesudah itu Allah meminta Adam as. untuk mengemukakan nama-nama benda tersebut kepada para malaikat. Dan setelah Adam as. memberitahukannya, menjadi jelas sejelas-jelasnyalah bagi para malaikat rahasia tentang manusia yang belum diketahuinya.
Bahwa rupanya manusia adalah mahluk yang berbeda. Manusia adalah mahluk pembelajar yang hebat. Manusia mampu mengenali karakter dari benda-benda. Manusia mampu menggali rahasia dan hikmah dari tiap-tiap ciptaan. Manusia mampu mengenali ajaran yang tersebunyi di setiap kejadian dan benda-benda. Jadi, meskipun manusia mempunyai potensi berbuat salah yang besar, meskipun manusia mempunyai potensi menyimpang yang kuat, meskipun manusia mempunyai potensi merusak yang hebat, tapi kecerdasan akal dan hati manusia pada akhirnya akan membawanya sampai kepada pengenalan yang sebaik-baiknya akan kehendak Tuhannya.
Pemahaman-pemahaman yang kita temukan dari rangkaian dialog antara Allah dan para malaikat di atas, semua ini adalah pengetahuan yang bermanfaat bagi kita untuk dapat membaca arah perjalanan peradaban manusia. Ini adalah bekal kita dalam membaca sejarah peradaban panjang umat manusia. Sungguh sejarah panjang peradaban kita yang telah berlalu itu tidaklah boleh dilewatkan dengan percuma. Tentu ada banyak sekali hikmah dari setiap cerita yang ada dalam sejarah peradaban umat manusia itu.
Dengan kecerdasan untuk membaca dan mengenali makna dan ilmu di balik setiap potong benda dan dibalik setiap serpihan kejadian, kita akan dapat menemukan nama, isme, konsep, ajaran yang terbaik untuk membangun peradaban kita ini. Dari dialog di atas kita juga dapat melihat dan memprediksi bahwa perjalanan peradaban umat manusia memanglah akan banyak diwarnai oleh berbagai tindakan merusak dan pertumpahan darah yang hebat. Tapi itu adalah bagian dari proses pembelajaran yang memang akan dialami umat manusia untuk pada akhirnya sampai kepada bentuk terbaik bagi peradabannya. Pada akhirnya umat manusia akan benar-benar tahu jalan untuk kembali ke surga itu.
Kembali ke surga yang saya maksud di sini tentulah bukan dalam konteks surga setelah alam kematian saja. Kembali ke surga yang saya maksud di sini juga adalah bahwa manusia pada akhirnya akan mampu membangun sebuah peradaban yang benar-benar bernuasa surgawi di atas bumi ini. Karena sebagaimana kita ketahui bersama bahwa sebenarnya bumi ini amatlah berpotensi menjadi sebuah tempat hidup yang surgawi. Ada begitu banyak ragam makan dan minuman yang lezat yang disediakan bumi ini dengan sangat berlimpah ruah. Yang semua itu sangatlah cukup untuk mengenyangkan dan memuaskan seluruh umat manusia di bumi ini.
Ada begitu banyak kekayaan yang tersimpan dan tersebar di hamparan bumi ini. Yang semua itu sangatlah cukup untuk memakmurkan kehidupan seluruh umat manusia di bumi ini. Ada begitu banyak keindahan yang tersedia dan yang dapat kita ciptakan di atas bumi ini. Yang semua itu sangatlah cukup untuk membuat manusia merasa tentram dan berbahagia dengan kehidupan ini. Sungguh bumi ini benar-benar berpotensi menjadi tempat hidup yang surgawi. Keserakan dan nafsu kitalah yang telah membuat bumi ini masih dipenuhi penderitaan dan kesengsaraan.
Dapatkah kita bayangkan jika saja umat manusia mau untuk melepaskan ego dan nafsunya dan dengan segala kerendahan hati bersedia menjalin persatuan dan persaudaraan dengan sesama anak manusia atas nama Tuhan dan kemanusiaan, dan kemudian secara bersama-sama menata dan mengelola bumi ini dengan sepenuhnya untuk kesejahteraan bersama umat manusia. Tentu tidak terbayangkan kemakmuran yang dapat kita ciptakan. Tidak terbayang betapa banyaknya keindahan dan kemudahan yang bisa kita wujudkan. Tidak terbayangkan betapa banyaknya kedamaian dan kebahagiaan yang dapat kita bersama rasakan.
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.(QS. Al-Isra [17]:70)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H