“Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari'at tertentu yang mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syari'at) ini dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus.” (QS. Al-Hajj [22]:67)
Ketika nabi Muhammad saw. datang menegakkan kembali Islam di tanah Arab 1400 tahun yang lalu, kita tahu bahwa di masa sebelum itu telah banyak nabi-nabi yang datang membawa Islam lengkap bersama dengan syariatnya. Bahkan telah datang pula sebelum itu beberapa kitab yang diturunkan Allah untuk manusia. Dan kitab yang dibawa oleh para nabi sebelum Nabi Muhammad saw. itu pun disebut Allah sebagai kitab yang memberi penjelasan yang sempurna sebagaimana diterangkan dalam surat Al-Imran [3]:184 berikut: “Jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya rasul-rasul sebelum kamupun telah didustakan (pula), mereka membawa mukjizat-mukjizat yang nyata, Zabur dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna.” Jika telah ada kitab-kitab yang memberi penjelasan yang sempurna, yang berarti pula telah ada seperangkat syariat yang sempurna padanya, lalu lantaran sebab apakah Nabi Muhammad saw. harus membangun kembali Islam, dan lantaran sebab apakah harus hadir kembali sebuah kitab baru di masa itu?
Akan sulit tentu bagi kita untuk memahami dengan baik jika kita belum mengerti apa-apa yang sudah dijelaskan sebelumnya. Melalui pengertian yang kita dapat dari penjelasan-penjelasan sebelumnya kita akan dapat sampai pada sebuah pengertian bahwa Zabur dan kitab lainnya disebut sebagai kitab yang memberi penjelasan yang sempurna adalah dalam ukuran zamannya masing-masing. Dan Nabi Muhammad saw. hadir dalam sebuah zaman yang berbeda. Sebuah zaman dengan kebutuhan, tuntutan dan karakteristik umat yang berbeda dengan para nabi sebelumnya.
Dapatkah secara meyakinkan dan tegas kita katakan bahwa tidak ada sedikitpun pertentangan antara nabi yang satu dengan nabi lainnya? Ya! Melalui sejarah panjang perjalanan para nabi kita tahu bahwa sesungguhnya tidak ada sedikitpun pertentangan antara nabi yang satu dengan yang lainnya. Hal yang demikian itu terjadi tentulah oleh karena mereka semua tidak membawa ajaran yang berbeda. Perbedaan syariat yang mereka bawa bukanlah ukuran yang membuat kita dapat berkata bahwa mereka membawa ajaran yang berbeda. Ketika Nabi Muhammad saw. datang, tidaklah ia membawa ajaran yang baru. Sesungguhnya ia datang membawa ajaran yang sudah dikenal sebelumnya. Betul memang bahwa Nabi Muhammad saw. membawa syariat yang baru. Syariat yang berbeda.
Dan adalah betul pula bahwa ada peraturan dan tata cara berkehidupan yang telah disyariatkan oleh nabi-nabi sebelumnya yang dinasakhkan. Yang tidak lagi digunakan. Yang digantinya dengan yang serupa atau dengan yang lebih baik. Semua itu benar adanya dan memanglah sudah merupakan keharusan zaman. Menjadi penting untuk ditegaskan kembali di sini, bahwa meski demikian adanya, ajaran yang dibawa oleh para nabi itu adalah sama. Adalah serupa. Adalah satu. Al-Islam.
“Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?” (QS. Al-Baqarah [2]:106)
Perkara dinaskhkanya suatu ayat, suatu aturan atau suatu bagian dari syariat, di dalam sejarah perjalanan peradaban agama para nabi adalah hal yang umum. Kita telah melihat itu terjadi berkali-kali di tiap-tiap zamannya. Tentang hal ini tidaklah perlu menjadi sesuatu yang mengherankan bagi kita, meskipun kita juga harus tahu bahwa perkara nasakh-menasakhkan itu merupakan perkara yang tidak sembarangan. Ini bukanlah perkara suka-suka. Ini bukanlah perkara yang bisa dilakukan sekehendak nafsu dan kepentingan. Ini adalah perkara yang sepenuhnya harus berjalan menurut kehendak Allah. Tidak sedikit memang hal-hal yang berubah, yang ditiadakan dan yang didatangkan yang baru oleh Nabi Muhammad saw. ketika membangun kembali Islam di masanya itu. Itu semua karena memang Nabi Muhammad saw.
Harus merakit kembali Islam menurut zamannya. Islam yang kompetibel dengan kebutuhan, tuntutan dan karaketeristik umat pada zamannya itu. Islam yang benar-benar dapat membawa manusia di zaman itu kepada keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan. Di sinilah justru letak, ukuran dan nilai Islam itu. Yaitu ketika ajaranya itu terimplementasikan dalam sebuah syariat yang sepenuhnya selaras dengan zaman. Karena itulah tidak mengherankan bagi kita ketika mendapati datangnya pernyataan Allah akan telah diridhai-Nya agama yang dibangun oleh Nabi Muhammad saw. tersebut baru terjadi dipenghujung masa risalah kenabian Nabi Muhammad saw. Karena memang pada saat itulah Allah memandang telah menjadi lengkap dan sempurnanya agama Islam yang dibangun oleh Nabi Muhammad saw. itu. Ketika itulah Allah baru menyatakan telah ridho agama yang telah diselesaikan pembangunannya itu sebagai Al-Islam.
Manusia memanglah mahluk yang berbeda. Manusia adalah mahluk yang diciptakan Allah dalam kesempurnaanya. Manusia dibakali oleh Allah dengan kecerdasan akal yang tidak dimiliki oleh mahluk-mahluk lainnya. Hal ini karena memang manusia diciptakan oleh Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi. Manusia diciptakan untuk menjadi wakil Allah atas bumi ini. Hal ini dapat kita lihat dari bagaimana Allah telah menundukan bumi dan segala isinya untuk manusia. Kita dapat melihat bagaimana manusia yang tidak memiliki sayap itu dapat terbang jauh melibihi segala mahluk bersayap yang ada di bumi.
Kita dapat melihat bagaimana manusia yang tidak memiliki pengelihatan sehebat elang itu mampu melihat bahkan sampai dengan struktur atom yang amat kecil itu dan mampu memetakan bintang-bintang di langit. Kita dapat melihat bagaimana manusia yang tidak mempunyai pendengaran secanggih ngengat itu mampu menangkap frekwensi suara sampai dengan tataran terendahnya. Kita juga dapat melihat bagaimana manusia yang tidak seperkasa banteng itu mampu menundukan singa si raja hutan yang perkasa dan berbagai binatang perkasa dan buas lainnya. Manusia mempunyai segala kehebatan yang luar biasa itu karena memang manusia dirancang oleh Allah untuk menjadi wakil-Nya dalam menjaga harmoni dan keseimbangan di alam semesta ini.
Amanat untuk menjadi wakil Tuhan dalam menjaga dan memelihara harmoni dan keseimbangan di alam semesta ini tentu adalah sebuah perkara yang amat berat. Dan karena itulah juga manusia dibekali oleh Allah dengan hati. Dengan sebuah intstrumen yang amat penting bagi manusia yang dengannya manusia dapat mengenali dan memahami kehendak Allah atas kehidupan ini, untuk kemudian menterjemahkan dan mengimplementasikannya ke dalam perikehidupannya.