Siapa yang tidak marah dan sedih menyaksikan suami tiap malam pulang dengan aroma di mulut minuman keras. Kalau sudah demikian, jangankan untuk melaksanakan kesalehan sosial, untuk dirinya sendiri seperti menunaikan ibadah sholat tidak mungkin dapat ditunaikan dengan baik.
Sudah tentu, seorang pemabuk akan dekat dengan perjudian, foya-foya dengan wanita lain dan pokoknya sangat dekat dengan hidup hedonisme.
"Ini pembelajaran bagi kita, semua yang ada di sini," ujar Habibah sambil menitikan air mata.
**
Sejak Habibah menyandang status janda, undangan tampil di berbagai forum pengajian makin banyak. Terlebih pada hari libur dan hari besar Islam, seperti Maulid, Isra' Mi'raj, dan memberi tausiyah kepada para calon jemaah umrah dan haji.
Tentu saja rejekinya makin banyak. Tapi ia tetap tak melepaskan bisnisnya, mengorganisir para pengrajin mukena dan pakaian muslimah lainnya. Sudah lama menggeluti bisnis ini dan ia tak mau mengecewakan para pelanggannya.
Kadang ia mengunjungi kediaman para pengerajin sambil memotivasi, memberi bantuan dari rejeki yang diperolehnya hingga mengajak tetap konsisten melaksanakan ibadah yang menjadi kewajiban dalam kehidupan.
Kala punya waktu luang, ia menyempatkan diri mengunjungi puteranya yang dititipkan di salah satu pondok pesantren. Jadi, komunikasi antara guru (ustaz),pimpinan pondok dengan dirinya berlangsung baik. Ini dimaksudkan guna menjaga silaturahim mengingat lagi ia menitipkan puteranya untuk dididik di lembaga pendidikan itu.
Itulah hebatnya Habibah.
Kesibukan bisnis, kegiatan majelis taklim hingga urusan rumah tangga tak dilupakannya. Ia tampil mendiri. Tegar menghadapi berbagai cobaan.
Untuk meluaskan usahanya, ia tidak merasa malu untuk berbisnis dengan kalangan etnis Cina yang berbeda agama sekalipun. Kepercayaan dan kejujuran sangat dipegang teguh. Ini prinsip. Dan, ia pun tak mau dalam usahanya itu jatuh ke lembah riba yang berujung pada perbuatan terlarang.