Idealnya, rekrutmen reporter dibarengi dengan pendidikan jurnalistik dan kode etik dari perusahaan pers bersangkutan. Hal itu perlu lantaran latar belakang pendidikan mereka itu beragam: hukum, pertanian hingga dokter sekalipun punya hak menjadi jurnalis.Â
Perusahaan pers kini tengah mencari posisi nyaman di tengah persaingan antarperusahaan pers itu sendiri. Sesama media televisi, radio dan perusahaan pers dalam bentuk portal web bersaing ketat untuk mendapatkan pembaca sebanyak mungkin. Ini kaitannya dengan iklan.Â
Perkembangannya pun kini makin dinamis. Masing-masing perusahaan media mulai menunjukan jati dirinya kepada publik dengan segmen khusus misalnya sebagai media berita, media hiburan (entertainment), iklan melulu sampai konten ceramah agama. Atau kombinasi pesan yang disampaikan kepada khalayak luas.Â
Media yang mengusung portel web pun makin agresif. Belakangan ini sudah melengkapi dirinya dengan konten video disamping berita terkini yang makin cepat dan lengkap, dapat dilihat oleh publik sejauh jaringan internet tersedia, kapan dan dimana pun.Â
Nah, poin penting bagi awak media agar dalam menjalankan profesinya selamat, terhindar perbuatan tercela, bisa memegang panduan yang digagas sang suhu Parni Hadi. Yaitu, "Prophetic Journalism", jurnalistik cinta.Â
Jurnalistik cinta itu bisa juga disebut jurnalistik kenabian karena pada penyampaian pesan mengedepankan sifat yang dimiliki Rasulullah, Nabi Muhammad SAW yaitu Shiddiq (jujur), Amanah (dapat dipercaya), Fathonah (cerdas/pandai), dan Tabligh (menyampaikan) sesuai kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.
Mulai dari Darinya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H