Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bagi "Santri Kodok", Bertukar Peran dalam Pekerjaan Rumah Lazim Dilakukan

31 Oktober 2020   18:02 Diperbarui: 1 November 2020   08:40 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Benar. Ada di sebagian etnis di Tanah Air sangat pantang seorang suami melakukan pekerjaan di dapur. Misalnya mencuci piring, meski sejatinya yang bersangkutan bekerja di sebuah restoran sebagai tukang mencuci pring.

Jangankan mencuci piring, memasak untuk kebutuhan sendiri dan mencuci baju sendiri saja tabu dilakukan. Ketika istri melahirkan, urusan tetek bengek menyangkut urusan dapur tak diurusnya. Malah, sang mertua yang mengambil peran.

Ada pula seorang suami pantang mencuci pakaian istri, seperti pakaian dalam. Pokoknya, sang suami dapat "ongkang-ongkang" di rumah meski berstatus pengangguran lantaran di-PHK sebagai dampak dari pandemi Covid-19.

Di sini, peran istri -- meski ia punya karier di kantor melangit -- di rumah diperlakukan bagai 'jongos'. Sang suami, dengan gaya feodalnya, tampil seperti raja dalam peran sandiwara lenong.

Enggak percaya?

Jika ada penelitian, meski sekarang sudah memasuki zaman reformasi, masih dapat dijumpai hal demikian. Cobalah sesekali jalan-jalan dan mencari tahu tentang seluk beluk kehidupan rumah tangga dari kalangan "wah" di Jakarta. Pokoknya, prihatin!

Dapat dibayangkan betapa menderitanya perempuan yang bersuamikan demikian itu. Kala di rumah, suami makan harus disuguhi. Piring disediakan dan didekatkan lalu disendoki nasinya. Ketika istri pulang terlambat dari kantor dipertanyakan.

Suami pengangguran macam ini memang tak tahu diri. Jangankan bersyukur tentang kehidupannya, merasa malu saja menyaksikan istri banting-tulang setiap hari tidak ada.

Betul, suami adalah imam di dalam rumah. Tetapi bukan minta perlakukan seperti itu. Suami demikian adalah kepala rumah tangga yang menciptakan "neraka" bagi istri dan dirinya.

Seyogianya, suami menjadi pemimpin dan istri mengabdi semata-mata atas ibadah. Dengan cara itu, istri mendapat surga karenai perilaku yang baik dari seorang suami.

**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun