Medio Mei 2020, Penulis mendapat kiriman formulir link kuesioner dari seorang sahabat. Ia adalah mantan Sekjen Kemenag Bahrul Hayat, PhD.Â
Sungguh, penulis mendapat kehormatan. Bahrul yang juga dosen di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, ternyata ia perhatian dengan pandemi Covid-19. Ia bersama sejumlah rekannya menggelar penitian terkait dengan dampak dari virus corona itu.
Lalu ia ditunjuk sebagai ketua tim peneliti berasal dari Centre of Applied Psychometrics Fakultas Psikologi pada perguruan Islam negeri itu.
Maksud  Bapak Bahrul Hayat mengirim kuesioner, ya jelas untuk diisi sebagai bahan penelitian untuk memberikan gambaran tentang sikap keberagamaan terhadap kondisi Pandemi Covid-19. Wuih, keren!
Lama menanti hasil penelitian itu dirampungkan. Barulah pada medio Oktober ini hasilnya disampaikan kepada penulis tentang tujuan Riset Sikap Keberagamaan terhadap Pandemi Covid-19.
Covid-19, muncul dan mulai ramai jadi pembahasan di media massa, termasuk media sosial pada Maret 2020. Dalam perjalanannya, pandemi ini makin menyibukan seluruh lapisan masyarakat, jajaran kesehatan, pemerintah (daerah) dan aktivitas publik dengan segala keberagamaannya.
Nah, seperti pernah disebut Bahrul, ia bersama rekan-rekannya melakukan penelitian itu tidak datang ujug-ujung. Punya latar-belakang, yaitu adanya beberapa reaksi yang muncul dalam menghadapi pandemi Covid-19. Reaksi itu di antaranya ketakutan dan kepanikan yang dapat mengarah kepada gangguan psikologis. Reaksi kedua adalah perilaku seperti menghadapi pandemi.
Nah, dari situ, dari penelitian itu dimaksudkan untuk memberi gambaran rekasi masyarakat terhadap pandemi Covid-19, yaitu: berupa (a) reaksi psikilogis (resiliansi dan gangguan psikologisnya) serta (b) perilaku menghadapi pandemi (ditinjau dari sikap keberangaman, aktivitas sosial keagamaan, dan sikap terhadap Covid-19.
Variabel penelitian meliputi sikap keberagaan. Keberagamaan adalah sikap yang dibentuk oleh dogma keyakinan didasari aliran teologi dalam agama, terdiri dari: (a) Fatalist. Yakni, manusia tidak memiliki kehendak/tidak merdeka atas takdir/nasib/perbuatan. (b) Moderate. Yakni, manusia memiliki porsi kebebasan dalam menentukan nasibnya. (c) Free will. Yaitu, manusia memiliki kebabasan mutlak atas takdir/nasib/perilakunya.