Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kala Buruh Menggelar Ritual

8 Oktober 2020   20:51 Diperbarui: 8 Oktober 2020   21:30 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

 

Pasca UU Cipta Kerja disahkan legislatif, buruh menyambutnya dengan unjuk rasa. Ruas jalan raya dekat Istana Jakarta dijadikan pusat para buruh melampiaskan kekecewaannya.

Dari persimpangan Jalan Harmoni, melalui tayangan siaran langsung televisi, para  buruh tak nampak lagi berteriak menyuarakan tuntutan. Mereka lebih menikmati pedihnya muka dan kulit anggota badan sebagai dampak sasaran tembakan gas air mata petugas.

Mata perih yang diderita tak sebanding dengan hati mereka yang tengah merintih. Lebih sakit. Lebih sakit lagi anggota keluarga terancam tak makan lantaran sudah hampir setahun mereka kebanyakan terkena pemutusan hubungan kerja akibat pandemi Covid-19.

Jangan pandang unjuk rasa itu sebagai wujud tidak suka dengan pemerintah. Jangan pandang kepedihan hati mereka dapat terobati seketika. Untuk saat itu, hanya nasi bungkus memang jadi pelipur lara sementara.

Sudah tentu para buruh tak akan berniat, apa lagi untuk membeli gedung parlemen yang dilelang murah melalui media sosial.

Mereka tak akan mampu membeli sekalipun di bawah harga normal. Digratiskan pun untuk tinggal di gedung parlemen yang terhormat itu para buruh menolak.


Sebab, komunitas buruh bukan di situ. Mereka pun melampiaskan kemarahannya bukan di ruang berudara sejuk di gedung itu. Mereka lebih memilih berteriak lantang di luar parlemen. Bukan seperti anggota parlemen dengan standar gaji melangit namun enggan menyisihkan gajinya untuk buruh miskin.

Di lapangan terbuka seperti di beberapa ruas jalan, buruh melaksanakan ritualnya. Mereka, sambil melempar batu ke arah pak polisi disertai harapan. Mungkin di antaranya sambil berdoa, moga-moga hari ini nasi bungkus cepat tersaji sekedar mengusir rasa lapar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun