Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Bin Kohar, Hantu Jembatan Kapuas Pun Dilawannya

5 Oktober 2020   03:34 Diperbarui: 6 Oktober 2020   16:11 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiba-tiba, pada bagian puncak jembatan, Bin Kohar hampir menabrak tiang pembatas jembatan. Ia terkejut dengan sosok penampilan mahluk besar. Wujud kepalanya botak, berkumis, bertelanjang dada. 

Saking besar dan tingginya, kepala si Botak itu nyaris menyundul atap besi baja jembatan. Bin Kohar meluncur terus dengan mobilnya, menembus sela-sela dua kaki si botak. 

Kemudian, dengan reflek, Bin Kohar menghentikan mobilnya di pos polisi di ujung jembatan Kapuas. Dari belakang setir, Bin Kohar melihat pos polisi tengah kosong ketika itu. 

Namun itu bukan berarti menimbulkan rasa takut. Bin Kohar turun dari kendaraannya, lalu pergi ke tepi sungai. Dari atas gertak (jembatan kecil terbuat dari kayu), ia berteriak. 

Katanya: "Jangan ganggu orang lewat. Hadapi aku kalau ingin betumbuk (berkelahi, red)." 

Bin Kohar pun naik kembali ke mobilnya. Meluncur pulang. 

***

Di areal seperti lapangan sepakbola, Bin Kohar seperti kehabisan nafas. Ia terengah-engah seperti orang lari dikejar seekor anjing. 

Meski begitu, dengan tekatnya yang kuat, ia terus menghadapi si Botak yang berasal dari jembatan Kapuas. Jurus ilmu dalam dan mantera yang dipelajari, semua dibacanya. 

Kala Bin Kohar membaca tri-kol (tiga kol = An Nas, Falaq dan Al Ikhlas) plus ayat Kursi, namun si Botak menertawakannya. Ilmu Bin Kohar disebutnya sangat "cetek". 

Tapi, Bin Kohar tak kehilangan akal. Ketika tangan si Botak yang besar itu hendak menangkap tubuhnya yang mungil, Bin Kohar berhasil menaburkan sekepal pasir ke arah muka si Botak. Botak mundur lantaran matanya kelilipan. Tak lama lari menghindar sambil berteriak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun