Penulis agak bingung, suasana apa yang dimaksud Alwi itu. Namun penulis sadar bahwa ia tengah membuka percakapan agar penulis dapat bercerita apa saja, seperti ketika rapat redaksi sore di kantor. Berita apa yang didapat dan hal apa yang terkait dengan isu di lapangan.
Jawab penulis sekenanya, yang lagi jadi topik hangat masih berita bohong alias hoaks. Â
Abah sekarang lagi cerewet. Mungkin, pikir penulis, ia minta perhatian. Maklum ketika jadi wartawan yang ada di benaknya cuma mencari dan menulis berita, memperluas jaringan lobi dan memperkuat silaturahim dengan para narasumber.
Alwi ketika menjadi pimpinan para reporter tergolong cerewet. Ia tak mau kebobolan berita dan bekerja disiplin. Tapi ia murah hati dan memang sering memberi hadiah kepada anak buah secara diam-diam.Â
Alwi Shahab lahir di Jakarta, pada 31 Agustus 1936. Ia menekuni profesinya selama hampir 60 tahun. Kariernya dimulai pada 1960 sebagai wartawan pada kantor berita Arabian Press Board di Jakarta.
Sejak Agustus 1963 ia bekerja di Kantor Berita Antara. Berbagai liputan digelutinya saat di Antara, mulai dari reporter kota, kepolisian parlemen, sampai bidang ekonomi. Selama sembilan tahun (1969-1978), anak Betawi kelahiran Kwitang, Jakarta Pusat ini, menjadi wartawan Istana.
Alwi Shahab, seperti diceritakan Tirto, sering menjumpai sumber berita dan meneliti berbagai bahan berita untuk menjaga keobyektifitasan tulisannya. Dan memang demikian kegigihan Alwi dalam menggali tulisan agar terasa komprehensif.
Banyak kisah bertema Batavia ditulisnya dalam sebuah buku berjudul Hukum Pancung di Batavia terbitan tahun 2007. Juga buku terbitan tahun 2007 berjudul Ciliwung: Venesia dari Timur, di tahun yang sama Alwi kembali menerbitkan Kasino Bernama Kepulauan Seribu.Â
Pada tahun 2009 sebuah bukunya berjudul Batavia Kota Banjir diterbitkan, Batavia Kota Hantu dengan Nurul Hikmah sebagai editornya yang dicetak tahun 2010. Karena dedikasinya pada sejarah dan budaya Betawi, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberikan penghargaan Anugerah Budaya pada Alwi Shahab tahun 2009.
Kisah Betawi yang ditulis Alwi Shahab hingga kini masih dinantikan. Tapi apa boleh buat, ia kini terbaring sakit. Dan, di ruang tamu, penulis menyaksikan beberapa penghargaan di pajang di dinding. Tak berapa lama, beberapa buku diperlihatkan isterinya kepada penulis. Ketika penulis pamit, kembali terdengar suara Alwi dari kamar memanggil isterinya.
"Yam... iyam.. yam," penulis merasa sedih mengingat suaranya kala ia memanggil isterinya yang terus menerus menemani dengan setia.