Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jakob Oetama, Panutan bagi Awak Media dalam Mencintai Profesi

9 September 2020   23:49 Diperbarui: 9 September 2020   23:50 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jacob Oetama meninggal dunia. Foto | CNN Indonesia

Namun ia menganjurkan juga untuk selalu menjaga jarak dengan narasumbernya secara profesional. Hal itu sangat penting untuk meneguhkan independensi para awak media dalam menjalankan tugas secara profesional.

Wartawan atau jurnalis sangat ditekankan untuk menjalankan tugas secara profesional. Hal itu pulalah ia sangat mendorong agar pemahaman terhadap kompetensi profesional, teguh dalam memaknai kode etik jurnalistik.

Kompetensi wartawan -- layaknya profesi lain -- harus didukung keilmuan, pengetahuan yang luas yang terus menerus diaktualiasikan.

**

Sejatinya memang pers harus ikut ambil bagian dalam dinamika masyarakat. Hambatan pers dibungkem, pers dikekang, pers didikte pada cerita masa lalu, untuk masa kini sudah tak ada lagi. Pers, seperti pernah diingatkan Jakob Oetama, harus sadar bahwa kebebasan yang diraihnya itu tidak datang dari langit. Kebebasan pers adalah hasil perjuangan. Pers memang tidak dapat dibatasi, sama seperti  orang-orang yang memiliki kebebasan.

Meski ada kekebasan, pers sejatinya akan bertindak secara bertanggung jawab dalam memajukan kesejahteraan. Dalam berbagai pencerahannya, Jakob Oetama juga menekankan hendaknya pers    mencurahkan perhatiannya kepada kepentingan nasional.  

Ada kalimat yang terus terngiang di telinga penulis dari Jakob Oetama yang sering diulang rekan penulis, Priyambodo RH, wartawan dan Ombudsman LKBN ANTARA, serta Direktur Eksekutif Lembaga Pers Dr Soetomo (LPDS) 2008-2018.

Katanya: "Jadi guru dan wartawan harus punya pantangan yang sama. 'Ojo Jarkoni, iso ujar ning ora iso nglakoni'.

"Kalimat terakhir menggunakan Bahasa Jawa, yang artinya "Jangan Jarkoni, bisa berujar namun tidak bisa menjalani."

Senyatanya sosok Jakob Utama adalah seorang pemikir dan wirausahawan. Di sisi lain, tanpa disadarinya, ia pun menjadi panutan bagi penulis dan mungkin juga rekan awak media lainnya.

Tak heran karenanya Parni Hadi, Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi LKBN ANTARA (1998-1999) pernah berucap kepada anak buahnya dengan menyebut Jakob Oetama tajam mengritisi masalah, namun santun dalam mengemas tulisannya. Santun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun