Makin gerah saja. Ini bukan lantaran kota Jakarta beberapa hari didera udara panas, tetapi perseteruan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Hidayat Nur Wahid dengan Menteri Agama, Fachrul Razi, makin menguat.
Hidayat Nur Wahid makin getol menyoroti dan mengeritik kebijakan Kementerian Agama (Kemenag), terutama terkait program penceramah bersertifikat.
Sepertinya persoalan program penceramah bersertifikat itu makin "dibesarkan". Bagai bara apa di tungku terus dikipasi.
Mengapa begitu?
Ya, lantaran program tak wajib bagi penceramah agama itu ditentang habis-habisan. Nur Wahid, yang juga merupakan pentolan dari Partai Keadilan Sosial (PKS) sepertinya merasa terganggu dengan program kementerian itu.
Menteri Agama, sepertinya terus menerus mendapat tantangan prihal kebijakannya itu. Bahkan digaungkan ia harus segera dicopot.
Jika saja nanti terjadi perombakan kabinet, menteri agama itu sangat diunggulkan untuk dicopot. Pasalnya, ya banyak pihak yang terganggu kepentingannya dengan hadirnya Fachru Rozi di kemeneterian itu. Dan, andai saja Joko Widodo (Jokowi) selaku presiden tak jeli, bisa saja "kecele" dengan para pengusul bahwa menteri yang berasal dari kalangan militer itu dicopot.
Kita patut ingat, rusaknya dan suburnya korupsi di kementerian penjaga moral itu juga tak lepas dari intervensi anggota legislatif. Lihat, praktek korupsi percetakan Alquran, ujungnya melibatkan anggota dewan. Juga beberapa proyek lainnya, orang partai ikut bermain di situ.
Ah, sudahlah. Kita maafkan saja para pelakunya. Tapi, ya tentu tak untuk dilupakan.
Kembali kepada program penceramah bersertifikat, kini seolah Nur Wahid tengah berada di atas angin. Boleh jadi dapat dikatakan tengah naik daun lantaran kritiknya atas kebijakan kepada Kemenag mendapat sambutan hangat.
Itu tercermin dari pernyataan Sekretaris Jenderal MUI Anwar Abbas akan mundur kalau MUI ikut terlibat dalam penyelenggaraan program itu. Wakil Sekretaris Jenderal MUI Tengku Zulkarnain juga ikut menyuarakan penolakan terhadap program Kemenag itu.Â